Sesuai permintaan, aku persingkat aja ya ...
***
Aruna cepat-cepat memasuki kamarnya. Sampai ia lupa untuk mengunci pintunya. Perasaannya campur aduk saat ia ingin melihat isi memory card itu.
Aruna menyalakan laptop miliknya, memasukkan memory card dan membuka satu-satunya folder.
Seorang wanita dengan setelan dress hamilnya berjalan mendekat ke arah camera. Raut wajahnya menunjukkan ketakutan.
"Aku harap kau menemukan rekaman ini Chiara..."
Ranti berbisik, lalu menjauh dari handycam yang ia taruh. Tak lupa ia menutupi handycam itu dengan sebuah gift box yang sudah diberi lubang. Handycam itu memang sengaja ia biarkan menyala. Ia ingin memastikan sesuatu kalau kecurigaannya tak pernah salah.
Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ranti menyuruh seseorang itu untuk masuk.
"Makan malam untukmu sudah siap. Dokter Ema bilang padaku kau harus bed rest dan tidak boleh makan makanan yang keras."
Raditya menaruh nampan berisi makanan dan minuman yang ia bawa di atas trolley makanan yang berada tepat di depan handycam yang tersembunyi.
Raditya membelakangi Ranti, diam-diam ia mengeluarkan sebuah botol kaca kecil dari kantong celananya dan menuangkan suatu bubuk berwarna putih kedalam bubur dan kembali mengaduknya.
"Maafin aku ya Mas.. akhir-akhir ini aku selalu sakit-sakitan. Jadi aku tidak bisa mengurus mu dan Rangga, justru malah sebaliknya. Mas harus repot-repot mengurusku.."
"Hei, kau ini bicara apa. Kita ini suami istri sudah seharusnya susah senang bersama. Lebih baik habiskan makanannya agar kau cepat membaik."
"Terimakasih Mas, aku beruntung memiliki suami sepertimu.."
Ranti memeluk Raditya erat. Ia tersenyum namun dalam hatinya ia menangis mengetahui kenyataan yang sesungguhnya bahwa lelaki yang berada di pelukannya ini telah meracuninya.
Video terhenti. Aruna membekap mulutnya saat mengetahui bahwa ternyata Ayahnya sendiri lah yang telah tega membunuh Ibunya. Tapi kenapa? Apa kesalahan Ibunya? Sampai Ayahnya sendiri tega melakukan hal itu.
"Kau sedang apa Aruna sayang?"
Suara berat seseorang mengejutkannya. Dengan cepat Aruna berbalik.
Raditya berdiri dihadapan Aruna dengan kedua tangan yang terlipat di dada. Tatapan matanya menyelidik."... A-"
"Apa yang sedang kau tonton itu?" Tanya Raditya.
"Tidak ada, Ayah.." jawab Aruna mencoba untuk tenang.
Raditya tak bisa percaya begitu saja dengan jawaban Aruna. "Benarkah?"
Aruna mengangguk."Tapi sepertinya yang Ayah tangkap, tidak seperti itu." Ucap Raditya, memiringkan kepalanya untuk melihat Laptop yang berada dibelakang Aruna. Aruna berusaha menutupi Laptopnya menggunakan badannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionSedari kecil tinggal di panti asuhan tak membuat Caramel Malaika Princessa atau yang biasa disapa Kara ini tak bahagia.... Buktinya, ia selalu bisa tersenyum walau harus bekerja banting tulang demi melunasi pinjaman bank yang dilakukan oleh ibu pant...