Caramel semakin menundukkan kepalanya kala William menatap tepat ke bagian matanya. Caramel merasakan wajahnya memanas dan memerah.
"ah sialan...!!!" Makian seseorang membuat Caramel tersadar dan mendorong pelan William.
"Gue bilang juga apa kan? MU yang menang bukan Liverpool, tau gitu gue taruhan buat MU deh..."Dua orang siswa melewati Caramel dan William begitu saja, mereka nampak sibuk dengan percakapan mereka tak memperhatikan dimana mereka berada.
William melirik ke arah Caramel yang tengah membaca buku atau justru tengah menutupi wajahnya. William hanya tersenyum simpul, adik temannya itu sangat imut kalau sedang malu. Ah, ia jadi ingin menggoda Caramel sesering mungkin.
"Ya ampun, kenapa kak Willi masih natap aku terus sih?" Batin Caramel.
William yang menyadari kerisihan Caramel akhirnya harus merelakan untuk berhenti menatap gadis itu. Padahal sebenarnya ia masih ingin terus menatap gadis itu.
"Apa rencanamu?" Tanya William.
"Hahh???" Caramel menatap bingung William, ia tidak mengerti apa yang dibicarakan lelaki itu.
William menahan tawanya. Ia benar-benar tidak tahu harus bicara apa lagi tentang gadis manis didepannya ini.
"Embun dan Aruna. Apa rencanamu, Sunshine?" Tanya William lagi.
Caramel menepuk keningnya. Ia baru ingat sekarang. Bukannya mereka janjian di perpustakaan karna ingin membahas rencana itu.
Caramel menutup buku bacaannya. Menyingkirkan buku itu disisi kanannya dan mulai membahas rencananya- lebih tepatnya rencana Cempaka.
"Gimana kak? Kakak setuju kan sama rencananya ak- eh Cempaka maksudnya," tanya Caramel.
William mengangguk. "Kakak setuju aja kalo kamu juga setuju."
"Bagus, kalo gitu mulai besok aja kita lakuin rencana itu kak. Kalo hari ini nggak bisa deh, soalnya aku lagi sibuk-sibuknya lomba dan juga---"
Caramel masih terus berbicara dan William hanya mendengarkan celotehan Caramel sambil menopang dagunya.
Caramel berhenti berbicara saat William tak merespon dirinya. Ia menggoyang-goyangkan tangannya didepan wajah William sambil memanggil lelaki itu.
"Kak...."
"Ya?"
"Kakak dengerin aku kan?" Tanya Caramel, William tersenyum dan mengangguk.
Caramel melihat jam yang melingkar ditangannya. Lomba Futsal untuk kelasnya sudah selesai lima menit yang lalu menurut perhitungannya. Cempaka pasti sudah mencarinya, jangan sampai ia menelepon Embun. Bisa panjang urusannya nanti.
"Kak Willi, Kara duluan ya kak. Soalnya Futsalnya udah selesai dari tadi, takut Cempaka nyariin. Nanti Kara kabarin kakak lagi ya?" Ucap Caramel.
"Ya, hati-hati... Nanti kamu dukung kakak ya?" Tanya William.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionSedari kecil tinggal di panti asuhan tak membuat Caramel Malaika Princessa atau yang biasa disapa Kara ini tak bahagia.... Buktinya, ia selalu bisa tersenyum walau harus bekerja banting tulang demi melunasi pinjaman bank yang dilakukan oleh ibu pant...