Caramel menatap dokter Santoso yang nampak ragu untuk menyetujui permohonan gadis itu.
• Flashback
Caramel meninggalkan ruangan sang kakak untuk menuju ruangan dokter Santoso, ia ingin sebuah jawaban.
Tok tok tok
"Masuk!!!" Ucap dokter Santoso.
"Ada yang bis- nona Caramel? Ada apa nona? Silahkan duduk," Tanya dokter Santoso.
Caramel duduk dan hanya menatap dokter Santoso tanpa bersuara. Membuat sang dokter canggung, lalu mengesampingkan dokumen yang sedang ia baca untuk mencari tahu perihal adik kesayangan sang pemilik rumah sakit menemuinya sendirian.
"Ada yang bisa saya bantu nona?" Tanyanya sekali lagi.
Caramel meremat jemarinya lalu tersenyum tipis. "Dokter--"
Hening hanya kata itu yang keluar dari mulut gadis itu."I- ya nona?"
Caramel menaruh hasil lab miliknya diatas meja. "Apa ini benar?"
Dokter Santoso menerima hasil lab itu, ia menatap Caramel yang juga membalas tatapannya. Seolah mengatakan bahwa gadis itu membutuhkan jawaban yang berbeda dari hasil itu.
Dokter Santoso berdehem sebelum mulai berbicara.
"Kanker darah atau yang biasa dikenal dengan sebutan Leukimia adalah berlebihnya sel darah putih dibandingkan sel darah merah-""Intinya dokter!" Interupsi Caramel.
"Hasil lab milik nona adalah benar adanya. Nona Caramel positif terkena Leukimia. Untuk seberapa parahnya, saya belum bisa memastikannya karna untuk mengetahuinya, tulang sumsum belakang nona harus diambil...." Jelas dokter Santoso.
"Apa-- apa saya akan meninggal seperti ibu saya?"
Sebisa mungkin dokter Santoso tersenyum. "Kalau sudah diketahui seberapa parah Kanker yang nona miliki dan secepat mungkin melakukan berbagai macam pengobatan, seperti kemoterapi, radiasi dan penanaman sel induk/pencangkokan sumsum tulang jika diperlukan. Tahap itu tidak akan sampai terjadi,"
"Pencangkokan dokter?"
"Ya, pencagkokan sumsum tulang belakang antara pasien dengan pendonor. Untuk pendonor bisa ayah nona atau saudara kandung. Sebelumnya, akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu, apakah calon pendonor sehat dan cocok dengan sumsum tulang belakang pasien; yakni nona sendiri. Tapi pencakokan itu sendiri akan dilakukan jika sudah diketahui seberapa parahkah Leukimia yang nona derita," jelas dokter Santoso.
Caramel tertunduk, ia tak tahu harus berkata apa. Bibirnya amat sangat kelu. Rasanya ia ingin sekali memaki Tuhan. Tapi apa daya. Percuma saja ia memaki Tuhan, kalaupun pada akhirnya ini sudah menjadi garis hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionSedari kecil tinggal di panti asuhan tak membuat Caramel Malaika Princessa atau yang biasa disapa Kara ini tak bahagia.... Buktinya, ia selalu bisa tersenyum walau harus bekerja banting tulang demi melunasi pinjaman bank yang dilakukan oleh ibu pant...