"Nona...." Teriak Aji menghampiri Caramel yang sudah dikelilingi orang banyak. "Maaf, permisi... Permisi..."
Aji berada dihadapan Caramel langsung menghela napasnya lega. Pasalnya tidak terjadi sesuatu pada majikannya itu. Bahkan kini Caramel tengah tersenyum manis saat mendapat jawaban yang membuat hatinya lega.
"Syukurlah kalau Tante nggak apa-apa. Tapi beneran kan tante nggak kenapa-napa? Coba sini Kara cek.." ucap Caramel.
"Tante nggak kenapa-napa sayang. Terimakasih karna sudah menolong tante. Justru Tante khawatir sama kamu. Kening kamu terluka juga telapak tangan kamu." Ucap wanita itu khawatir.
Seketika Caramel memegangi keningnya yang mengeluarkan darah. Ia sedikit terkejut namun langsung tersenyum.
"Oh iya, kenapa Kara nggak nyadar ya," ucapnya.
Aji langsung menghampiri Caramel melihat luka yang ada dikeningnya, lalu membersihkannya dengan perlahan tak lupa ia menyuruh semua orang untuk bubar, agar ia lebih leluasa mengobati Caramel.
"Aku nggak apa-apa Om.. cuma luka kecil," tolak Caramel.
"Tapi nona, saya hanya takut luk-"
"Kara om... Just Kara. Om tidak perlu khawatir. Kara baik-baik aja. Luka seperti ini sudah biasa bagi Kara," Caramel meyakinkan.
"Baiklah,,"Aji mengangguk dan tersenyum tipis. Sikap keras kepalanya sama seperti ibunya.
"Tante nggak usah khawatirkan luka aku. Sekarang Tante mau kemana? Kara anter sampe rumah Tante ya? Tante jangan nolak. Kara nggak suka penolakan." Ucap Caramel dengan wajah kesal yang dibuat-buat.
Wanita itu langsung tertawa. Entah kenapa, ia senang dengan gadis itu. Ia jadi ingin menjodohkan anaknya dengan gadis dihadapannya ini. Sudah cantik, manis, baik, sopan dan sepertinya dari keluarga terpandang.
"Baiklah- baiklah... Bisa antar Tante ke alamat ini. Tante tidak mungkin menelepon anak Tante yang sedang ada rapat penting di sekolahnya." Wanita itu memberitahukan alamat rumahnya yang langsung di angguki Aji.
Namun Aji langsung mengernyit begitu mengenali alamat rumah wanita itu. Bukan kah alamat ini tidak jauh dari mansion Dirgantara.
***
"Nama tante Anisa. Kamu nggak mau mampir sayang?" Tanya wanita itu setelah mobil Caramel berhenti di depan gerbang rumahnya.
"Anisa? Nama tante sama seperti ibu aku. Bedanya dipenekanan huruf 'N' aja. Anisa dan Annisa. O iya kapan-kapan aja Kara mampirnya, udah sore juga. Keluarga aku udah nungguin dirumah, Tante tau sendiri kan tadi dimobil, mereka nelpon berkali-kali." Tolak Caramel.
"Kara sampe malu sama Tante..." Lanjutnya, tersipu malu mengingat kejadian dimobil tadi saat hampir seluruh anggota keluarganya meneleponnya untuk menanyakan dimana dirinya dan menyuruhnya untuk cepat pulang karna hari sudah sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionSedari kecil tinggal di panti asuhan tak membuat Caramel Malaika Princessa atau yang biasa disapa Kara ini tak bahagia.... Buktinya, ia selalu bisa tersenyum walau harus bekerja banting tulang demi melunasi pinjaman bank yang dilakukan oleh ibu pant...