45. Exposed

11.2K 888 105
                                    

Chintya menghabiskan waktu sorenya dengan menikmati secangkir teh hangat dan sepotong strawberry cheesecake favoritnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chintya menghabiskan waktu sorenya dengan menikmati secangkir teh hangat dan sepotong strawberry cheesecake favoritnya.

Seorang maid menghampirinya, memberitahunya bahwa seseorang sedang mencarinya. Raut wajah bingung terlihat diwajahnya. Pasalnya tidak ada seorangpun yang tahu dimana keberadaannya kini, selain Raditya dan Rangga.

"Siapa?"

"Beliau bilang, beliau adalah pengacara dari tuan Raditya, nyonya besar.."

Chintya menutup majalah yang sedang ia baca. "saya akan menemuinya. Buatkan minuman untuknya,"

"Baik nyonya," pamit maid itu.

Chintya menemui pengacara Raditya yang ia tahu bernama Hermawan. Ia bertanya-tanya. Ada apa Raditya menyuruh pengacaranya untuk menemuinya. Bukankah Raditya yang memintanya sendiri untuk bersembunyi ditempat ini sampai Raditya bebas dari balik jeruji dan meyakinkan dirinya bahwa tidak akan ada yang tahu keberadaannya.

Hermawan berdiri dan membungkuk sejenak memberi salam pada Chintya.

"Duduklah! Ada apa?"

"Mohon maaf mengganggu anda nyonya. Tapi pak Raditya menyuruh saya untuk menyampaikan sesuatu kepada anda."

"Ada apa?"

"Pak Raditya pernah menyuruh saya untuk mencelakakan Aruna, dan bukan Aruna yang berhasil saya celakai- melainkan putri Aryo Dirgantara."

"Putri Aryo? Caramel?" Chintya terkekeh, ia terkejut dengan kabar berita yang ia dapatkan. "Lalu bagaimana keadaannya kini?"

"Kabar terakhir yang saya dapat, gadis itu berada di rumah sakit milik salah seorang putra Dirgantara."

Chintya mengangguk-angguk. "Hanya itu kabar yang kau tahu darinya?"

"Benar nyonya,"

Chintya melipat kedua tangannya didada. Menatap Hermawan dengan serius. "Cari tahu kabar terbaru darinya. Akan lebih baik kalau aku mendapat kabar buruk tentang keluarga itu." Ucap Chintya. "Lakukan dengan bersih."

"Baik nyonya,"

...

Aryo menggenggam tangan kecil putrinya. Memandangi wajah Caramel yang persis seperti Maya. Istri keduanya yang ia cintai.

"Pa.." Caramel membuka kedua matanya perlahan. Memanggil seseorang yang pertama kali ia lihat.

"Nak.. kau sudah sadar? Perlu sesuatu princess-nya Papa?"

"Kara haus Pa," lapor Caramel.

Dengan sigap, Melody mengambilkan minuman dan meminumkan nya ke Caramel, sebelumnya Aryo menegakkan kepala bed.

Caramel menatap satu per satu anggota keluarganya. 'mereka pasti udah tahu,'

"Ada apa princess? Apa ada yang sakit? Bilang sama Papa nak," cecar Aryo.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang