Pagi hari didapur kediaman Dirgantara begitu sibuk. Nyonya besar dan kedua menantunya turun tangan menyiapkan sarapan pagi untuk para suami dan anak-anak mereka. Sudah menjadi rutinitas penting bagi para wanita di keluarga Dirgantara ini.
"Pindahkan semuanya diatas meja!" Perintah Chintya, nyonya besar sekaligus merupakan istri dari Richard Dirgantara.
"Baik nyonya..." jawab beberapa maid yang langsung menuruti perintah sang majikan.
Butuh waktu lima belas menit bagi mereka untuk menyelesaikan pekerjaannya. "Permisi nyonya, semua sudah siap...." Ucap salah satu maid yang paling senior diantara kedua maid itu. Sang nyonya hanya mengangguk.
Tak lama, ketujuh pria dengan perbedaan usia menuruni tangga untuk menuju ruang makan, dimana para istri dan ibu mereka menunggu.
Richard Dirgantara menempati kursi khusus untuk sang kepala keluarga. Disisi kanannya Chintya, Aryo -anak pertama- dan istrinya -Melody- beserta kedua anak mereka. Alaska Islan Dirgantara dan Langit Skyandra Dirgantara.
Di sisi kirinya, terdapat Arya -anak kedua- dan istrinya -Tara- beserta ketiga anak mereka. Si kembar Banyu Maliq Dirgantara dan Biru Randu Dirgantara, serta Embun Ankara Dirgantara.
Bunyi dentingan sendok dan garpu yang saling beradu mengisi keheningan yang tercipta di ruang makan. Sampai panggilan salah seorang maid, menghentikan jamuan makan mereka.
"Permisi tuan, nyonya... Didepan ada tamu yang mencari tuan Aryo," beritahu Surti -kepala Asisten Rumah Tangga- walaupun usianya sudah 60 tahun, namun fisiknya tak kalah dengan yang muda.
"Mencari saya? Siapa bi?" Tanya Aryo.
"Maaf, saya tidak tahu tuan. Wanita itu tidak memberitahu saya siapa namanya. Dia bilang, mau bertemu tuan. Penting katanya."
"Wanita? Siapa?" Gumam Aryo. "Baiklah. Bilang padanya suruh tunggu sebentar.."
"Baik tuan. Saya permisi..."
•••
"Silahkan diminum non,,," bi Surti meletakkan secangkir teh dihadapan tamu majikannya.
"Maya bi... panggil Maya aja.." Ucap Maya sambil tersenyum.
Tak butuh waktu lama, seseorang yang ditunggu Maya datang. Membuat jantung wanita itu berdebar kencang. Bukan, bukan karena ia jatuh cinta pada lelaki itu. Melainkan ia ragu, apakah ia harus memberitahunya?
"Ekhem...."
Deheman seseorang membuyarkan lamunannya. Dan ia tersadar bahwa dihadapannya kini, bukan hanya Aryo Dirgantara. Tetapi pria paruh baya yang ia tahu bernama Richard Dirgantara.
"Ada perlu apa nona ingin bertemu saya?" Tanya Aryo to the point.
"Em.. be- begini tuan.. saya- maaf, boleh saya minum?"
"Silahkan!!" Ucap Aryo.
Maya menenggak tehnya sampai habis. Kemudian ia menghela napas dan mengeluarkan sebuah surat beramplop putih dengan lambang sebuah klinik.
Aryo menerimanya dengan kening berkerut. Ia tak mengerti apa yang dimaksud wanita muda ini. Bukannya berbicara padanya tiba-tiba saja wanita dihadapannya ini mengeluarkan sebuah surat yang entah apa, ia juga tidak tahu.
Dengan rasa penasaran, Aryo membuka surat itu dan mulai membacanya. Raut wajahnya berubah, jemarinya mengerat di kertas surat yang ia baca.
PRAKK
"APA MAKSUD SEMUA INI???" Teriak Aryo, sambil melempar kertas itu ke atas meja.
"Seperti apa yang tertulis didalam surat itu, bahwa saya positif hamil tuan." Jawab Maya sambil tertunduk.
"APA???!!!"
Bukan Aryo atau Richard yang berteriak. Tetapi Melody, istri Aryo yang berniat untuk menghampiri suaminya karena ia mendengar teriakan sang suami.
"Apa maksud perkataanmu? Kau jangan mengada-ngada ya?" Melody tak terima dan menghampiri Maya, yang tengah tertunduk seolah-olah bahwa ia sedang dihakimi. Tapi memang benar kan, sekarang ia sedang dihakimi.
"Tapi saya punya buktinya nyonya," ucap Maya.
"Surat ini tidak bisa dijadikan bukti. Bisa saja kau mengandung anak orang lain, dan mengambil kesempatan emas dengan mengaku-ngaku bahwa suami saya menghamili mu."
"Melody!?" Tegur Richard.
"Tidak Ayah. Memang benar, banyak wanita diluaran sana yang mengaku-ngaku bahwa ia hamil anak Mas Aryo tapi nyatanya, ia hamil anak lelaki lain. Semua itu hanya demi harta semata."
"Tapi, saya tidak seperti itu nyonya. Kalau nyonya dan tuan tidak percaya, saya masih punya bukti yang lain." Maya mengeluarkan sebuah kotak berukuran kecil dari dalam tasnya.
Melody langsung merampas kotak itu dan membukanya. Sebuah jam tangan bermerk terkenal dan hanya dimiliki beberapa buah di dunia terpampang jelas dihadapannya.
Setetes air mata jatuh ke pipinya begitu melihat sebuah ukiran inisial nama mereka yang terdapat di belakang jam tangan.
AD&MC - Aryo Dirgantara & Melody Citra
"Saya bisa menceritakan semuanya, tuan dan nyonya. Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi."
Maya pun mulai menceritakan masa kelam itu, semuanya. Tanpa ada yang ia tambah atau kurangi.
Bahkan kini, keluarga besar Dirgantara tengah berkumpul dan menatap Maya juga Aryo bergantian. Hanya Richard yang nampak tenang.
"Saya berani bersumpah, bahwa saya tidak berdusta tuan-nyonya. Dan tolong maaf kan saya nyonya, jika saya datang kemari untuk meminta pertanggung jawaban tuan Aryo. Tapi sumpah demi Allah, bukan harta yang membuat saya berani datang ke kediaman Dirgantara."
"Semua ini semata-mata hanya untuk masa depan putri saya. Saya hanya memikirkan bagaimana nasibnya kalau ia besar nanti dan saya tidak ingin nasibnya seperti saya. Tidak memiliki orangtua dan tinggal di panti." Jelas Maya panjang lebar. Dengan harapan keluarga Dirgantara mempercayai semua ceritanya.
Hening. Itu yang terjadi saat Maya menyelesaikan ceritanya. Sampai sebuah suara memecah keheningan.
"Seorang putri?" Tanya Richard.
"Maaf tuan?" Maya balik bertanya.
"Apa bayi dikandunganmu itu seorang putri?" Tanya Richard sekali lagi yang mendapat tatapan bingung dari istri, anak dan menantunya.
"Be- benar tuan.." jawab Maya.
Lalu sebuah senyuman terbit di wajah Richard. Senyuman yang mengandung arti.
"Lusa, kau akan menikah dengan putraku!" Deklar Richard, membuat semua orang yang ada di sana terkejut.
"Sayang??!!"
"Ayah??!!"
•••
Vote dan commentnya...
Sorry typo
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionSedari kecil tinggal di panti asuhan tak membuat Caramel Malaika Princessa atau yang biasa disapa Kara ini tak bahagia.... Buktinya, ia selalu bisa tersenyum walau harus bekerja banting tulang demi melunasi pinjaman bank yang dilakukan oleh ibu pant...