Randy dan Adrian berada dikamar rawat William yang keadaannya semakin membaik. Sesaat sebelumnya mereka berdua menemani Embun sebagai penghiburan karena adik sahabatnya itu sedang operasi. Dan sekarang mereka harus menemani William yang sedang sendirian karena ibunya yang harus pulang ke rumah sebentar untuk membawa pakaian kotor pulang kerumah dan menggantinya dengan yang bersih.
Randy menyenggol lengan Adrian. Membuat perhatian Adrian terhadap layar televisi teralihkan.
"Kasih tahu nggak?" Randy melontarkan pertanyaan pada Adrian tanpa bersuara.
Adrian hanya mengangkat bahu, membuat Randy menepuk keningnya karena jawaban yang harus ia anggap sahabat itu.
"Ekhem," Randy melirik William yang terlihat sibuk mengotak-atik handphone-nya. "Babang Willi~" panggil Randy.
"Hem," gumam William, masih sibuk dengan handphone-nya dan kini terlihat William sedang menelepon seseorang.
"Kenapa nggak aktif sih? Sunshine, aku khawatir~~" gumamnya yang dapat didengar Randy.
"E- Babang Willi, kenapa terlihat cemas? Ada apakah gerangan?" Tanya Randy dengan tata bahasa yang baku.
"Embun cerita sama Lo soal Sunshine gue nggak? Soalnya gue telepon dari tadi nomornya nggak aktif. Nggak biasanya Sunshine gue tuh kayak gini."
Randy mengerjap-ngerjap matanya seolah baru saja melihat sesuatu hal yang jarang terjadi. Begitupun dengan Adrian, ia langsung mengalihkan pandangannya dari layar televisi, menatap William.
"Kalian berdua kenapa?" Heran William. "Ngeliatin gue ampe segitunya."
"Gila! Bapak dokter di rumah sakit ini sudah memberikan Babang Willi obat apa, sampai-sampai dirinya berbicara banyak seperti tadi. Apakah dirimu menyangkanya Kangmas Adrian?" Randy menggelengkan kepalanya.
"Diriku juga tidak menyangkanya adinda Randy," balas Adrian dengan menggunakan bahasa baku, tertular Randy.
William bergidik mendengar dua orang di hadapannya saling melompat kegirangan sambil berpegangan tangan. Ditambah dengan panggilan mereka masing-masing.
Adrian tersadar, ia langsung menghempaskan tangan Randy. "Bangsat! Kenapa gue jadi ikut-ikutan kayak elo?" Sewot Adrian langsung kembali duduk, melanjutkan apa yang ia lakukan tadi.
Mengikuti Adrian, Randy juga kembali duduk. Memainkan handphone-nya, namun ia teringat dengan apa yang ingin ia bicarakan dengan William.
"Oh iya, tadi elo nanyain Kara kan?"
William beralih fokus ke Randy. "Iya. Elo tau?"
"Enggak,"
.
.
.Chintya menatap layar televisi yang sedang menayangkan berita oleh salah satu stasiun televisi. Tatapannya berubah tajam saat ia melihat wajahnya terpampang di layar televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionSedari kecil tinggal di panti asuhan tak membuat Caramel Malaika Princessa atau yang biasa disapa Kara ini tak bahagia.... Buktinya, ia selalu bisa tersenyum walau harus bekerja banting tulang demi melunasi pinjaman bank yang dilakukan oleh ibu pant...