Caramel memperhatikan dokter Santoso dengan serius, membuat sang dokter salah tingkah diperhatikan seperti itu.
"Sugar, kamu kenapa sih ngeliatin dokter Santoso ampe segitunya? Jangan buat dia ge-er deh.." tanya Embun tak suka.
Caramel langsung menoleh ke Embun dan menatap sinis kakaknya yang sedari tadi begitu cerewet. "Kakak bawel deh... Kakak kenapa masih disini sih? Kakak nggak sekolah apa? Kalo di DO sama kepala sekolah gimana?"
"Kakak lagi dapet tugas negara, yaitu jagain kamu. Kalo masalah sekolah, kamu tenang aja sugar. Kepala sekolah nggak akan berani DO kakak. Ya kali cucu pemilik sekolah di DO dari sekolahnya sendiri. Kan nggak lucu!" Jawab Embun.
Caramel menatap sang kakak tak percaya. Masa bodo menurutnya. Caramel langsung tersenyum saat dokter Santoso selesai memeriksanya.
"Semuanya normal. Dari suhu tubuh nona muda sampai tensi-nya. Semua normal.." jelas dokter Santoso. Embun manggut-manggut paham.
"Jadi... Aku boleh pulang kan dokter?" Tanya Caramel.
"Ten-"
"Enggak boleh!!!" Potong Embun cepat.
"Kakak!!! Kenapa nggak boleh? Dokter Santoso aja ngijinin. Ya kan dokter?" Caramel menatap dokter Santoso penuh harap.
Dokter Santoso menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Yahh... Sebetulnya sih, dari kemarin pun nona muda sudah bisa pulang-"
"Tuh kan!!!" Caramel menunjuk Embun. Membuat Embun menatap dokter Santoso tak suka. Dokter satu ini tidak bisa bekerja sama dengannya.
"Oke- oke, tapi kau harus ijin dulu dengan bang es. Kakak nggak mau ya disalahin.."
"Iya kak. Mana Handphone-nya, biar aku yang telpon bang Al..."
Embun menyerahkan Handphonenya. Selagi adiknya bicara pada Alaska, ia kembali melanjutkan makan camilannya yang tertunda. Lebih tepatnya milik Caramel yang dibelikan kakak kembar bodohnya itu. Sudah tahu adiknya sedang sakit, malah dibelikan camilan.
Kalau sampai Langit ataupun Alaska tahu, bisa habis mereka berdua. Kurang baik apa coba dia sebagai adik? Tidak memberitahukan hal ini kepada kakak-kakaknya yang lain. Tapi memang dasar kakak kembar laknatnya itu saja yang tidak tahu terimakasih.Matanya beralih ke Caramel yang tersenyum lebar, nampaknya keinginan gadis itu telah terkabul. Dan ia harus segera memberitahu orang rumah. Bahwa 'permata' mereka akan segera pulang.
***
Brukk
Caramel membanting dirinya ke tempat tidur, berguling diatasnya sambil memeluk boneka besar berbentuk panda. Ia merindukan kamarnya ini, setelah hampir tiga hari ia menginap di rumah sakit.
"Kangen ya?" Tanya Alaska. Ia langsung pulang cepat karna ingin menjemput sang adik di rumah sakit.
Saat Caramel meneleponnya dan mendengar suara cerianya bahwa ia diperbolehkan pulang ke rumah, mau tidak mau ia mengijinkan gadis itu. Walaupun sebenarnya ia ragu, apakah sang adik benar-benar sudah sehat atau belum, tapi melihat reaksinya yang seperti ini. Ia bisa apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Teen FictionSedari kecil tinggal di panti asuhan tak membuat Caramel Malaika Princessa atau yang biasa disapa Kara ini tak bahagia.... Buktinya, ia selalu bisa tersenyum walau harus bekerja banting tulang demi melunasi pinjaman bank yang dilakukan oleh ibu pant...