Something For Me

73 16 2
                                    

Gue udah selesai dengan serangkaian proses keberangkatan, dan lagi jalan menuju pintu pesawat. Pas gue nyerahin boarding pass, mbak-mbak petugas ngasih gue kotak warna biru awan yang lumayan besar. Gue yang bingung, takut isinya bom dan tektekbengek hal-hal ngawur yang ada di otak gue, gue tanya si mbaknya.

"Maaf, ini untuk saya?"

"Iya, mas. Ini titipan dari perempuan di lobi tadi, saya diminta untuk kasih kotak ini ke penumpang an Ando Samantha. Sudah diperiksa oleh pihak keamanan, dan isinya hanya benda pribadi."

"Benda pribadi?"

"Maaf mas, di belakang kotak sudah tertera notesnya. Silahkan masuk, karena masih ada penumpang lain yang harus diperiksa."

Gue noleh ke belakang, dan emang ada beberapa orang yang nunggu gue ngobrol sama si mbak. Buset dah, di pagi buta begini orang-orang ada urusan apa coba?

"Makasih, mbak." Kata gue setelahnya. Sedangkan si mbaknya cuma senyum dan mempersilahkan gue masuk.

Setelah duduk di kursi, gue perhatiin kotak di tangan gue. Tertulis :

Kalau lo udah baca ini, berarti lo lagi duduk di samping jendela, kursi nomor tiga. Safe flight, ya! Jangan dulu dibuka, nanti aja kalau lo udah sampe di sana.
-C. Reshati.

"Kadang, ada banyak hal yang gue gak paham tentang lo, Cen. Padahal, kita udah lama bareng. Lo, kenapa harus tarik ulur gue terus sih? Gue kan bukan layangan."

Lagian, apa susahnya sih nemuin gue saat kemarin gue cari-cari? Dia malah sengaja menghilang. Harusnya sebagai orang terdekat, dia anter gue, nemenin gue, meluk gue disaat gue akan pergi jauh, bahkan dalam waktu yang gak sebentar. Gue gak minta banyak hal, cuma itu aja. Sulit banget ya, Cen?

Huft.

Emang ya, makhluk yang namanya perempuan itu terlalu sulit dipahami. Isi hati dan apa yang keluar dari lisannya gak bisa dijadiin patokan pasti.

***

Setelah berjam-jam di dalam kabin, akhirnya gue tiba di bandara Oxford. Gue buru-buru telepon aunty Carol.

"Halo, aunty Carol?"

"Hi dear! Kamu udah sampe airport?"

Suara aunty Carol makin hebring aja dari lima tahun terakhir, heran gue.

"Yap, Sam udah di lobi nih. Aunty nunggu dimana?"

"I'm so sorry, Sam. Aunty masih dinas luar. But, someone will pick you up."

"Who's that?"

"Someone you met last time, here."

"Clara?"

"Haha, you got it. Iya, Sam. Clara yang jemput kamu, dia nunggu di lobi juga deh. Coba kamu liat sekitar."

"But, Sam agak lupa sama waj--"

"Sam Sam, I'll call you later. See ya!"

Dep.

Sambungan diputus gitu aja. Ini gimana caranya gue cari si Clara? Gue bahkan gak inget wajah atau suaranya.

Gue celingak-celinguk, nyari orang yang sama sekali gue gak inget gimana bentukannya. Mana semua orang di sini rambutnya pada merah, pada hobi main di sawah kali ya?

"Sam!"

Wait, did someone call my name?

"Ando Samantha!"

Lamar Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang