Pulang - Day 1

35 8 0
                                    

Setelah semalaman gue di depan RS, alias tidur di mobil bareng pak Muklas, gue samperin suster yang jaga.

"Permisi, sus. Maaf, saya mau tanya. Apa ada pasien korban kecelakaan atas nama Cendekia Reshati?"

"Sebentar ya, saya bantu cek."

Gue cuma ngangguk, dan liatin si suster klik klik mouse.

"Ada mas. Tapi sudah pulang setelah penanganan."

"Pulang?"

"Iya."

"Tapi, bener kalau pasien tersebut korban kecelakaan?"

"Bukan mas. Pasien hanya pingsan akibat dehidrasi."

Ha? Dehidrasi? Terus? Ini gue kudu percaya yang mana? Masa aunty Carol bohongin gue sih? Gak lucu kan, terbang jauh-jauh dari UK ke sini dan ternyata cuma prank?!

"Baik, sus. Terima kasih atas informasinya."

"Iya mas, sama-sama."

Gue langsung balik ke mobil, dan minta pak Muklas untuk anter gue ke rumah Cecen sekarang juga.

"Pak, kita ke rumah Cendekia sekarang juga."

"Non Kia beneran gak kecelakaan kan, den?"

"Sam belum tau pak, makanya kita langsung ke sana aja. Pastiin. Ini saya kena prank kayaknya."

Pak Muklas cuma natap gue bingung, dan langsung tancap gas sesuai permintaan gue.

Gue juga gak tinggal diam, gue teleponin semua orang rumah, baik itu keluarga gue, ataupun keluarganya Cecen.

Gak ada satupun yang angkat, bahkan mbak Kosasih dan mang Jupri pun nomornya tetiba gak aktif.

Ini gue seriusan di prank?! Awas aja kalau sampe beneran. Gue bakal ngamuk! Gila aja, jantung gue berasa mau copot setelah denger Cecen kecelakaan, dan saat sampe di sini gue dibohongin!

***

Gue pencet bel, setelah beberapa kali pencet, baru kedengeran langkah kaki dari dalam.

"Eh, mas Aliando!" Sapa mbak Kosasih yang keliatan kaget setengah mampus liat gue.

"Cecen mana mbak?"

Dia masih natap gue kaget, bayangin aja ekspresi ART yang ada di sinetron Indosiar.

"Mbak, Cecen mana?"

"Ng-nganu mas.."

"Apaan ngana nganu? Mana?"

"Di kamar mas."

"Yaudah, saya mau masuk."

"T-tapi mas.."

"Mbak, tolong. Saya mau masuk."

Akhirnya mbak Kosasih ngebiarin gue masuk. Tanpa babibu, gue langsung naik ke lantai atas, tepatnya ke kamar Cecen.

Gue ketuk pintu dulu, "Cen."

Gak ada jawaban.

Gue coba ketuk lagi, "Cendekia. Lo ada dalam? Ini gue, Ando."

Tetep gak ada jawaban.

Akhirnya, gue masuk. Pintu pun gak dikunci. Tau apa yang gue liat setelah masuk ke sini? Cecen lagi terbaring di kasur dan diinfus.

Gue langsung ambil langkah besar dan duduk di sisi ranjang.

"Cen.."

Tapi Cecen diem aja, wajahnya pucat pasi dan sedikit demam. Gue genggam tangannya.

Lamar Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang