Banyak Drama

84 21 3
                                    

Bucin alert!!!

Kalau kamu jomblo, dan gak sanggup baca, skip aja yaa..

Because, hampir keseluruhan part ini mengandung kalimat yang menggugah rasa mual dan memancing huru-hara.

***

Gue baru kelar mandi, niatnya mau masak indomie, tapi mendadak kenyang setelah kena kultum dari bunda Desi.

Iya, bunda marah karena gue keluar seharian tapi gak bawa oleh-oleh kayak biasanya. Bunda sampe bilang kalau gue lupain orang-orang yang setiap hari ketemu dan selalu ada, malah mentingin ngabisin waktu sama yang lain di luaran.

Cewek tuh gitu ya? Melodrama banget huft.

Jadilah gue di sini, merenung di balkon kamar. Persis anak-anak yang lagi dihukum karena dapet nilai 4 sehat 5 sempurna.

Hp gue bunyi, Diandra telepon. Astaga?! Gue lupa telepon duluan, haduh. Udah bunda ngambek, pasti Diandra juga.

Gue berdeham sebentar, pasang suara paling adem.

"Halo by."

"Masih di luar, hm?"

"Enggak kok. Aku udah di rumah, ini lagi di balkon."

"Udah di rumah, tapi gak ditelepon akunya. Padahal janji."

Tuh tuh, apa kata gue. Bener kan?

"Maaf ya, by. Aku tadi abis denger kultum bunda, makanya agak teralihkan. Bukan sengaja lupa. Maafin ya?"

"Kapan sih aku gak maafin?"

Gue diem. Nada suaranyaaaaa itu lho. Ya Tuhan, ada apa sih sama orang-orang di sekeliling gue? Tadi, Cecen. Lanjut bunda,  ini Diandra. Perasaan bukan hari Selasa, kenapa gue terus-menerus kena amuk massa?

"By?"

Suara Diandra lebih dulu mecah keheningan.

"Iya, dengan Ando Samantha. Ada yang bisa dipeluk?"

"Apasih, jayus ah."

"Hehehe, abisnya. Tegang banget kayak arus listrik."

"Kamu duluan ya yang ngediemin."

"Otak aku lagi agak padet, by. Maklumin ya."

"Ada apa emangnya? Karena diomelin bunda?"

"Bukan cuma bunda, by. Tapi Cecen juga. Masa by, tadi dia ngamuk-ngamuk sama aku di kantin, terus..."

Gue ceritain semua kejadian hari ini, semuanya. Gak ada satupun yang terlewat. Sampe gue sadar, ternyata gue udah terlalu panjang cerita, tapi Diandra diem aja. Gak menanggapi kayak biasa.

"By? Kamu denger aku?"

"Iya, aku masih denger kok."

"Huh, aku kira tidur. Rese banget kalau mis--"

"Kamu merenung sampe segitunya karena Cecen?"

Lagi-lagi gue diem, mikir. Kayaknya ada yang salah dari kalimat gue deh.

"Enggak, bukan itu maks--"

"Sebenernya, kamu ada perasaan gak sih sama dia?"

Gue ngernyit, "Maksud kamu?"

"Ya, aku tanya. Apa kamu ada perasaan sama dia?"

"Kamu ngomong apa sih? Jelas-jelas pacar aku ya kamu, Diandra Aletha."

Lamar Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang