Sampul Ando

93 20 3
                                    

Setelah ambil voting, ternyata suara terbanyak adalah gue. Yap, jadi gue lah orang pertama yang harus ceritain latar belakang sampulnya.

"Lo duluan." Tunjuk bang Regar.

Gue mendadak tremor, serius nih gue kudu cerita?

"G-gue bang?" Tunjuk gue ke diri gue sendiri.

"Iya, lo. Ando Samantha dari Arsi."

Gue diem bentar, berdeham beberapa kali persis kayak orang keselek biji kesemek.

"Gue kenalin diri dulu kali ya? Kan lo semua belum tentu kenal gue, hehe." Kalimat pembuka gue kayaknya kelewat garing, karena manusia di sini natap gue aneh.

"Gue Ando Samantha, dari Arsi. Persis kayak yang bang Regar bilang tadi."

"Tauuuuuuuuuu." Sorak semua yang ada di lapangan.

"Oke oke, santai buddies. Gue mulai sekarang?"

Dan reaksi yang gue dapet adalah...

"Taun depan!"

"Lebaran komodo!"

"Nanti aja pas brontosaurus bangkit dari kubur!"

"Ntar kalau kucing beranak ayam!"

"Gua lempar sepatu nih!"

"Untung ganteng. Kalau kagak, melayang nih batu ke kepala!"

"Ah elah, pingin cekik."

Gue terkekeh, sedangkan Cecen natap gue seolah bilang, "Lo bertingkah lagi, gue penggal pala lo."

"Ish ish, yaudah ish. Jangan emosian dong, santuy kayak di pantuy. Biar tetep awet muda, harus banyak nyengir kuda." Gue berdeham lagi, dan lanjutin cerita.

"Sebenernya gue gak nyangka kalau sampul gue akan masuk kategori terunik, sih. Tapi, karena udah masuk, gue seneng banget! Itu artinya, gak sia-sia gue ngabisin waktu 3 hari 3 malem untuk nyelesain gambar itu."

"Gambar itu adalah potret kenangan yang gue simpen di benak gue. Alasan gue lukis sampul buku itu adalah, biar semua orang tau betapa berharganya kenangan itu buat gue."

"Di sana, ada seorang gadis kecil pake dress putih di rumah pohon, dan seorang anak laki-laki yang naik tangga tali. Ada yang bisa tebak, cerita lanjutannya?"

Semua orang diem dan geleng-geleng kepala.

"Anak cewek itu, namanya Cecen. Dia tuh penakut dan aneh banget dulu. Lo kebayang gak? Dia bisa naik ke atas sana, tapi dia gak bisa turun dan akhirnya nangis teriak-teriak. Parahnya, letak rumah pohon itu ada di perbatasan antara komplek perumahan dan perkampungan. Alias, bener-bener jarang dilewatin orang."

"Kalau anak lelaki itu, iya. Itu gue. Gue adalah salah satu yang tau letak rumah pohon itu. Karena, rumah pohonnya adalah hadiah yang gue pinta sama bokap untuk ulang tahun Cecen yang ke lima."

"Entah feeling gue terlalu kuat, apa gimana. Tapi gue bisa denger suara tangisnya Cecen meski gue lagi fokus mancing ikan boongan di kolem buatan tetangga. Dan bener aja, ternyata si Cecen emang ada di sana sambil nangis. Bahkan ingusnya udah bertebaran dimana-mana."

"Gue sebagai cowok macho sejati meski masih baby baby, berusaha untuk manjat si tangga tali. Jujur, gue takut setengah mati. Ya siapa sih anak-anak yang berani manjat ke rumah pohon yang tinggi?"

"Untungnya si Cecen peka, dia pegangin talinya. Biar gue gak jatoh, padahalan sih, kalau jatoh mah jatoh aja. Tapi, saat itu gue dapet kekuatan. Di benak gue waktu itu cuma terpikir satu hal. Gue harus pastiin Cecen baik-baik aja. Harus."

"Itu kali pertama gue merasa bener-bener punya kewajiban untuk nyelamatin seseorang. Heroik banget kan gue?"

"Sejak saat itu, gue selalu merasa wajib untuk indungin Cecen. Sekecil apapun, gue bakal memastikan dia jauh dari marabahaya."

"Bagi gue, tangisan dia adalah hal yang paling gak pingin gue liat. Sampe detik ini, gue selalu berusaha ada untuk dia, dan berdo'a sama Tuhan. Minta semoga di hidupnya selalu diisi kebaikan, aman sejahtera, damai sentosa."

Tanpa gue sadari, sudut mata gue berair. Gue lirik Cecen yang berdiri tepat di sebelah gue. Ekspresi dia tetep datar, tapi lain dengan matanya. Matanya seakan bilang banyak hal yang gak bisa gue terjemahkan.

"Suitt suittt."

"Kiwwww. Cocwiit aneud akang gendang."

"Gue yakin, pasti sekarang udah pacaran."

"Beruntung banget ya Cecen."

"Pingin deh jadi princess yang diselamatin koko tamvan."

"Uwu banget."

"Duh, gue bisa diabetes diperlakukan manis kayak gitu."

Yeah, begitulah reaksi netizen. Selalu mampu menggetarkan jiwa raga sraya.

"Haha, iya. Gue tau gue romantis sejak dini, so hati-hati naksir gue." Gue ketawa jayus, "Itu aja kali ya yang gue ceritain? Sisanya, biar cuma gue dan Tuhan yang tau. Kalian, tolong bantuin gue. Do'ain biar Cecen selalu bahagia. Bahkan meski gue udah gak bisa selalu di sisinya untuk lindungin dia. Sekian, gue Ando Samantha. Love you all!"

Riuh tepuk tangan gue dapatkan, lagi-lagi gue lirik Cecen di tempatnya. Kayaknya gue harus minta dibukain mata bathin biar bisa baca pikiran deh! Apaan sih si Cecen natapnya gitu banget?!

"Wah wah, gue baru denger filosofi sampul yang kelewat romantis ini. biasanya dari tahun ke tahun, isinya cuma impian. Kali ini, kayaknya selain gugurin kewajiban, sampulnya sebagai ungkapan perasaan nih. Iya gak sih, guys?" Kata bang Regar yang tentunya memancing sorak semua orang di lapangan.

Gue kikuk. Gak bisa berkata-kata, lidah gue rasanya mendelep ke belakang lak-lakan.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Lagaknya si Ando udah kayak pucek boy banget ya haha.

16 Mei 2021

Next =>

Lamar Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang