Pantai dan Kita

41 6 0
                                    

Terhitung satu minggu gue di Indo. Kuliah gue? Udah dibantu sama aunty Carol dan Clara. Syukurnya, gue bisa via online kuliahnya.

"Cen, lo beneran udah sehat?"

Iya, gue lagi ada di rumah Cecen. Tepatnya ada di kamar dia.

"UDAAAAH. BAWEL BANGET SIH LO KAYAK DORA!" Teriakan Cecen dari dalem kamar mandi bikin gue senyum, kalau udah gitu, berarti dia emang udah sehat. Syukurlah, lega rasanya.

"Yaudah, gue tunggu di bawah ya."

"IYAA! SANA LO."

Buset, gue diusir guys. Yaudah, gue langsung turun ke bawah. Mampir ke dapur sih, ambil jus sirsak. Minuman kesukaan Cecen sih, gue mah sebenernya kurang suka.

Kebetulan hari ini mbak Kosasih lagi pulkam, ortunya juga masih di Aussie, adiknya masih di negeri Kincir Angin. Jadilah gue satu-satunya orang yang dipercaya jagain Cecen. Perintah ayah Dave dan bunda Desi juga.

"Ngapain lo di dapur?" Tanya Cecen setelah turun ke bawah.

Gue gak langsung jawab, tapi liat penampilan dia dulu. Rambut Cecen emang udah sedikit panjangan, gak mirip dora dan gak berwarna lagi. Bayangin, dia pakai setelan crop top warna cream.

"Apasih? Liatinnya gitu banget!" Kata Cecen sambil ngeraup wajah gue.

"Buset Cen, lo kira muka gue bumbu dapur apa! Main raup aja."

"Ya lo! Liatin gue kayak apa aja."

"Lo beneran udah sehat?" Tanya gue sambil nempelin telapak tangan ke dahinya.

"Gimana? Sehat gak gue?"

"Gak panas sih. Tapi, lo serius mau keluar kayak gini?"

Cecen liat dirinya sendiri dari atas ke bawah.

"Kenapa? Baju gue gak ada masalah."

"Lo kayak cewek jadinya, Cen." Celetuk gue yang tentu aja dapet satu bogem dari Cecen.

"Wadaw! Sakit oy!" Gue usap-usap bahu gue yang nyaman dipakai sandaran ini.

"Selama ini di mata lo gue cowok emang ha?!"

"Bercanda, yaila. Sekalinya sembuh langsung bandrong. Galak lo."

"Salah sendiri ngatain gue!"

"Iya iya, gue cowok, gue salah. Gue minta maaf."

"Yaudah ayok berangkat."

***

"Do, berhenti dulu."

"Kenapa?"

"Gue pingin foto di taman itu." Tunjuk Cecen ke arah taman komplek yang lagi sepi. Iya lah, udah siang bolong gini.

"Karena ini hari pertama lo keluar rumah, gue turutin! Gue turutin. Ayok, gue fotoin sampe lo mati gaya." Kata gue sambil parkirin mobil.

Beruntunglah bawa mini cooper toscanya Cecen, gak jadi pergi naik si Jagur. Bisa gosong kulit dia karena pakai baju kurang bahan siang-siang.

"Di sini?"

Cecen ngangguk, sambil berdiri di tengah-tengah taman.

"Yaudah, pakai hp gue apa hp lo?"

"Kan hp kita sama aja, Ando! Gimana sih. Hp lo aja, punya gue di mobil."

Haduh, sudah gue duga! Galeri gue bakalan penuh lagi nih sama foto Cecen. Baru aja back up semalam.

"Yaudah iya."

Gue fotoin Cecen, berkali-kali. Heran sih gue sama cewek, padahal gayanya itu-itu aja. Tapi gak mau berhenti untuk difotoin. Biar apa coba?

Lamar Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang