Can-not

68 16 4
                                    

You cannot leave and have me too. I cannot exist in two places at once.
-Unknown.

••••••••••

Gue banting badan ke kasur, untung empuk. Kalau gak, tulang gue bisa remuk. Gue merem, berusaha menetralisir perasaan gue yang berkecamuk.

Gini banget jadi laki, maju kena, mundur kena. Diem di tengah-tengah, kejepet. Kan kampret!

Setelah inhale-exhale berkali-kali, gue akhirnya nyerah. Sumpah, gue kesal tapi emang teramat sangat penasaran sama 3 benda lainnya! Dasar perempuan yang penuh sejuta tanda tanya!

"Iya, cuma sama lo gue nyerahin jiwa raga gue! Ego gue jatuh sejatuh-jatuhnya ke tempat yang paling dalam sedalam-dalamnya! Cuma sama lo, Cendekia Reshati!"

Gue mengumpat, sambil pelan-pelan robekin papergift pemberian Cecen, gak dirobek ding. Gue buka pelan-pelan, dan sangat hati-hati, biar gak rusak barang sedikitpun. Silahkan bilang gue lemah, emang iya! Lemah banget gue kalau soal Cecen, ck kesal!

Gue tercengang setelah liat ketiga benda ini. Mau tau gak? Cecen kasih gue gantungan kunci, dengan tulisan 'Return home safe to me...' juga ada gambar potongan di sebelah kiri bawah yang disambung titik-titik sampe ujung. What do you mean, Cen?

Terus, gue juga dapet setoples penuh kertas yang dilipet-lipet kecil warna-warni, tertempel tulisan,

Soundless Jar
Open it one by one, before you go to sleep. So, you'll remember me.

Red : All about me and you.
Yellow : Songs that describe you.
Green : Memories.
Blue : Future dates we will do.

Yang terakhir, gue dapet CD, yang udah ditulisin pake spidol, 'I'm not good with words, Do. So, here you go.'

"Lo tuh titisan Arthur Wynne apa gimana sih, Cen?"

Gue ambil laptop, dan masukkin CD. Di layar ini, nampak Cecen yang duduk di ayunan taman, sambil pegang gitar toscanya. Iya, dia nyanyi. Lagu All I Ask mengalun merdu, match banget antara suara Cecen dan petikan gitarnya. Tuhan, gue pingin teleportasi ke Indo sekarang juga!

Gue buru-buru buka kontak Cecen di ponsel. Gue vcall dia, harusnya di Indo udah pagi, mengingat di sana 7 jam lebih awal. Dan, biasanya jam segini Cecen udah sibuk berkutat sama sketch rumah impiannya.

Setelah beberapa kali dering, wajah Cecen muncul di layar. Rambutnya yang mirip dora itu masih warna-warni.

"Hi." Sapa Cecen dengan wajah segernya, kek baru selesai mandi.

"Gampang banget say hi ya, Cen." Sinis gue.

"Kayaknya bukan itu tujuan lo hubungin gue."

"Lo tuh kenapa sih, Cen?!"

"Gue? Kenapa emang gue?"

"Sumpah ya, sikap lo seakan hari-hari kemarin gak ada trouble apapun diantara kita tau gak!"

"Iya, gue tau lo kangen. Gak usah ngomel."

"Cendekia Reshati!"

"Hm?"

Anjir, emosi gue ngadepin makhluk satu ini.

"Apa maksud lo kasih ini ke gue?"

"Bener ya tebakan gue, lo pasti gak paham. Sejelas apapun isinya."

Lamar Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang