Wonder

57 16 1
                                    

If a man could be two places at one time, I'd be with you. Tomorrow and today, beside you all the way.

••••••••••••

Rasanya gue pingin ngitarin lapangan sambil nyeker! Gila sih. Udah gue bilang kan, kalau ada orang yang gak percaya takdir, gue adalah salah satunya!

GUE LOLOS INTERVIEW!!!

Kata itu bener-bener pingin gue teriakin sambil keliling Gelora Bung Karno! Kalau ada Cecen, pasti dia yang pertama kali liat keabsurdan gue.

Dan bener kata Clara, pertanyaannya out of the box banget. Iya, swear dah. Gue ditanyain gini tadi,

"Why did Colonel Sanders choose a franchise bussiness of chicken, not a duck?" Tanya Mr. Stephen.

Sumpah, gue pingin ngakak, tapi juga kepikiran. Iya juga ya? Seketika panic attack.

Pingin banget gue jawab, kalau jual bebek cekernya jelek. Tapi takut digibas atau yang lebih parah auto diskualifikasi.

Akhirnya, gue jawab sesuai yang gue tau. Kebetulan, produk waralaba Kolonel Sanders adalah favorit gue.

"Karena menurut saya, ayam termasuk unggas yang paling banyak diminati oleh berbagai kalangan di masyarakat. Selain enak, ayam juga bisa dijadikan berbagai olahan. Bisa sebagai lauk sampai dengan camilan. Sedangkan bebek, mungkin proses budidayanya lebih mudah, namun kebutuhan pakannya lebih besar daripada ayam. Eksistensinya pun masih di bawah ayam, begitu pula dengan harga yang jauh lebih mahal daripada daging ayam. Ini juga mempengaruhi pangsa pasar. Semakin besar pangsa pasar perusahaan, semakin kuat posisinya di pasar, relatif terhadap pesaing yang ada. Pangsa pasar yang lebih besar meningkatkan daya tawar perusahaan. Ini memberikan keuntungan dalam negosiasi dengan para pemasok dan anggota saluran distribusi." Jawab gue, tentu dengan bahasa Inggris.

Gue tau, jawaban gue absurd banget. Lebih ngalor ngidul gak jelas ketimbang pertanyaan Mr. Stephen. Tapi, gue cuma tau itu. Mau gimana lagi kan? Yang penting ada hubungannya sama prodi yang gue ambil.

Sebenernya gue sedikit ngerasa culture shock di sini. Kayak apa ya? Meski gue pernah masuk sekolah international, cuma rasanya masih kikuk ngomong pake bahasa Inggris. Apalagi mereka-mereka ini ngomongnya cepet banget, dan banyak slank. Otak mungil gue butuh waktu banyak untuk nyerna setiap kalimat. Mana gue gak nemuin Clara di kampus, apa dia lagi kosong mk ya? Duh, bisa-bisa gue ketergantungan sama dia nih. Biar selamat dunia akhirat 3 tahun belajar di sini.

Yaudah, gue coba jalan-jalan sendiri aja deh, cari tempat makan. Udah masuk jam makan siang juga, gue butuh amunisi setelah interview yang menguras pikiran.

Gue liat di google sih, ada restoran Jepang di deket sini. Namanya Edamame Japanese Home Cooking and Sushi, sekitar 500m. Jalan kaki 5 - 10 menit juga sampe.

Sambil jalan, gue mau cerita sedikit soal Oxford University deh. Fyi, universitas ini berdiri sekitar abad 11, universitas tertua kedua setelah Universitas Bologna, Italia. Ada bel di perpustakaan Oxford yang gak berhenti bunyi selama lebih dari 175 tahun! Dan, kalau kalian pengemar serial Harry Potter, ada banyak adegan yang berlokasi di Oxford lho. Sekeren itu!

Jalanan Oxford juga bener-bener memanjakan mata, setiap bangunannya punya nilai seni yang tinggi. Sama lah ya kayak negeri Kincir Angin, aesthetic, instagramable. Kalau Cecen ada di sini, dia pasti seneng banget. Karena rumah impiannya ada perpaduan gotik neoklasik.

 Karena rumah impiannya ada perpaduan gotik neoklasik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lamar Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang