Yaudah!

89 19 3
                                    

Komen, vote dan share yang banyak dong!

Kalau mencapai 10 vote, aku double up nih wkwk.

***

Setelah seharian bored karena jamkos dan mabar di kampus, gue lanjut kongkow sama anak-anak kelas, yeah katanya buat membangun chemistry.

Cafe HurryUp jadi pilihan paling cocok. Selain deket banget sama kampus, harganya pun mahasiswa-able.

Sayangnya, cuma ada beberapa orang yang bisa join. Yang cowok ada gue, Rangga, Dendi, Fathan, Endrik, Bagas, Ciko, Alpin, Fikram, Aldi, Kiki, Bobi. Kalau yang cewek, ada Caca, Ifat, Jeslin, sama kak Laras.

Kita lagi bahas soal asal usul, bukan cuma itu sih, out of the box banget bahasannya. Ngalor ngidul.

"Do, lo jebolan apa?" Tanya Bobi.

"STM gue. Ambil elektro." Kata gue.

"Wih STM, sekolah terserah murid hahaha." Kata Endrik.

"Anjir, jago nyetrum dong ngab." Kata Alpin.

"Apanya nih yang disetrum?" Tanya kak Laras.

Denger pertanyaan senior gue itu, semua cowok-cowok pada ketawa ngakak. Biasalah, sekalipun gak kenal, otak cowok kalau full signal pasti sinkron. Sedangkan kak Laras, malah bingung sendiri.

"Dasar otak udang!" Makinya sambil geplakin cowok-cowok pake kipas kipliknya.

"Eh eh, lo sama Kia satu sekolah emang?" Kali ini Caca yang tanya.

"Hm. Dia TGB. Primadona banget dia pas zaman sekolah." Jawab gue.

"Wajarlah! Cakep begitu." Timpal Fikram.

"Gue juga kalau satu sekolah sama dia, udah gue uber dah." Saut Aldi.

"Lo pikir dia maling? Pake diuber." Kata Rangga.

"Well, itu anak kemana btw, Do? Dari awal ospek selalu nempel sama lo dah, kok sekarang gak ada?" Tanya Jeslin.

"Balik tadi dia, sama si Binbin."

"Binbin?" Kompak semua orang.

"Iya, si Bintang. Anak sipil." Jawab gue acuh.

"Anjay. Bintang Maheswara? Doi kan ponakan rektor." Kata Ciko heboh.

"Ho'oh bener! Yang sombong itu kan?" Kata Bagas.

"Dia bukannya sombong, bentukan mukanya emang gitu." Bela kak Laras.

Bintang Maheswara. Semua orang udah pasti kenal dia, selain karena modal tampang, dia juga punya tameng di kampus. Label 'keponakan rektor' jadi roket yang bikin dia melejit. Bayangin aja, masih maba tapi udah famous, gimana nanti?

Gue males menanggapi, akhirnya cuma dengerin mereka ngobrol aja. Gak bener-bener dengerin sih, karena badan gue di sini, tapi otak gue di lain tempat.

Iya, otak gue penuh sama Cecen. Nerka-nerka apa alasannya, ada masalah apa sama Diandra sampe dia bahas itu tiba-tiba. Masa Diandra gangguin Cecen sih? Dia kan udah lama pacaran sama gue, gak mungkin kan?

Diandra Pacarku♡  is calling...

"Do."

Gue denger samar-samar, tapi gue abai. Masih melayang pikiran gue.

"Heh! Itu hp lo bunyi terus daritadi." Kata Caca.

"Oh? Thanks, Ca. Gue gak ngeh."

Gue pamit angkat telepon dari Diandra ke teras Cafe, gak enak kan ngobrol di depan temen-temen.

Lamar Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang