Sekedar informasi. Part ini mengandung garam, bubuk cabai dan gula. Asin, pedes, dan ada manis-manisnya. Dikit🤏.
Jadi, siapkan mental kalian! Dimohon untuk menjadi kenyal, seperti kata Pamungkas.
Oke. Sekian, terima vote dan komen!***********
Awan bergelombang menginvasi siang hari ini. Cirrocumulus sebutannya. Cantik, secantik namanya. Dimana awan itu memiliki bentuk putus-putus, persis gelombang domba dan juga sisik ikan yang tipis. Para pelaut pun sering menyebutnya sebagai gerombolan Ikan Makarel karena susunan awannya yang teratur.
Sepasang bola mata Elzi tak juga beralih dari susunan awan itu. Indah sekali. Maka, dengan segenggam kagumnya, Elzi mengabadikan awan itu di ponselnya. Memotretnya se-apik mungkin.
Bunyi kursi yang ditarik di depannya berhasil mengambil atensi Elzi. Di sana, Putra datang seraya membawa dua piring berisi lauk pauk yang mereka beli sepulang dari tempat pemanahan. Keduanya berada di balkon rumah Putra.
"Put, cantik kan?" Elzi memaparkan layar ponsel dengan isian awan Cirrocumulus.
Putra memandang foto itu seraya tersenyum, kemudian ia menatap Elzi. "Hm, cantik." Entah mana yang ia sebut cantik.
Senyuman Elzi melebar. Matanya berbinar menatap layar ponselnya. "Kayaknya kalo aku post di Instagram bagus," ucapnya, dimana Putra menemui senyumannya tak selebar sebelumnya.
"Post aja," jawab Putra lembut. "Kamu juga lama kan nggak post foto di Instagram."
Benar. Dan itu semua, karena ketakutan Elzi.
Pernah ketika itu, Elzi mengunggah foto beberapa bulan setelah kematian dia, dan yang terjadi adalah dirinya di bully habis-habisan. Banyak ujaran kebencian di kolom komentar unggahannya. Bahkan, beberapa ketikkan di sana sangat tidak manusiawi untuk diucapkan dan dipaparkan ke khalayak ramai. Entah mendapat rumor menjijikkan dari mana, mereka menganggap Elzi adalah penyebab kematian Nata. Mereka bilang, Nata tidak akan se-menderita ini jika tidak bertemu dengan Elzi.
Dan ujaran itu justru mendapat pengakuan dari hati Elzi sendiri. Bukankah memang benar, harusnya Nata tidak usah mengenal dirinya. Harusnya Elzi pergi dari hidup Nata sebelum semuanya terlanjur runyam seperti saat itu. Semuanya memang salah Elzi. Elzi mengakui itu.
Hingga saat ini, Elzi belum berani mengunggah apa pun lagi. Walaupun Elzi sudah tidak bersekolah di SMA, yang dimana mayoritas pembully-nya saat itu adalah siswa-siswa SMA Citra Bangsa. Tapi, Elzi takut. Di kampusnya pun ia masih sering berpapasan dengan salah satu alumni SMA-nya. Dan tatapan mereka masih sama, mengintimidasi serta kental akan kebencian.
Elzi tak layak hidup, kata mereka.
Di kesunyian yang hampir mencekik keduanya, Putra terlebih dahulu bersuara. Sebelum senyap ini benar-benar menewaskan. "Punya kamu yang mana?" tanya Putra seraya melirik dua piring yang berjejer di atas meja.
Sudah ketara sekali Elzi sibuk dengan pikirannya, dimana Putra harus memegang jemarinya terlebih dahulu agar gadis itu tersadar. "Eh, iya?" tanya Elzi.
"Punya kamu yang mana?" ulangnya.
Elzi menatap dua piring itu sesaat, "aku tadi pesen yang ayam bakar, kamu pesen yang ikan bakar kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Skema Nestapa [Selesai]✓
Teen Fiction𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚 𝐍𝐀𝐓𝐀 : 𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐮, 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐫𝐞𝐭 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮. (Boleh dibaca terpisah tanpa membaca Nata terlebih dahulu) Hari-hari suram terus berlalu. Bayang-bayang masa lalu masih melek...