Hai guys! Aku tiba-tiba kangen sama Skema Nestapa wkwk, sebenernya iseng pen bikin ginian.
Gimana kabar kalian??
Aku mau tanya kalo Skema Nestapa naik cetak kalian ada yang mau beli nggak? Soalnya beberapa kali Skema Nestapa dilamar penerbit jadi aku kepikiran aja siapa tau ada yang mau beli><
Kalo belum ada yang mau beli gapapa, kita nikmatin ceritanya di versi wattpad dulu🤍Segitu dulu yaaa, selamat membaca!!!
🕊️
Dulu aku selalu berpikir bahwa hidupku terlalu gelap untuk kembali melanjutkan perjalanan, yang aku sendiri merasa perjalanan itu sudah lama terhenti dan tidak lagi menemukan arah.
“Menyedihkan sekali memang, bahwa ketika aku mengerti ada sebagian diriku yang memiliki rumpang, namun ternyata rumpang itu tidak akan pernah menemukan bagian yang hilang.”
Begitulah pikiran gelap manusia setelah mereka menghadapi sebuah kehilangan.
Tapi katanya, di setiap perjalanan panjang pasti ada suatu pencarian yang memang tidak perlu menemukan jawaban. Ada penantian yang memang tidak harus berakhir temu. Dan ada cinta yang pada akhirnya harus bersanding dengan perpisahan dan ikhlas.
Aku banyak belajar dari perjalanan panjang kemarin. Meski sempat tertatih, tapi tahun-tahun yang sangat menyesakkan kemarin membuatku kembali menemukan siapa diriku sebenarnya.
Arsen Putra Atmaja, dia yang perlu menemukan bahagia dan meniti cerita baru. Begitulah pikirku ketika aku berhasil membuang semua sesak yang aku pendam selama bertahun-tahun lamanya. Setelah aku menebus segalanya dengan air mata yang tumpah ruah semalaman. Akhirnya aku memutuskan untuk berdiri kembali dengan harapan-harapan kecil sebagai penopang.
Seseorang pernah berkata padaku, "Jika kita putus asa, kita harus berpegang pada hal sekecil apa pun."
Malam itu, aku menemukan hal kecil yang menyelamatkanku dari kegelapan.
Ingatan yang sempat hilang.
Meski sesaat setelah aku menemukan bagian-bagian yang sempat hilang itu, aku hancur. Rasanya aku seperti sedang berhadapan dengan bom waktu, bertumpu hanya pada satu batu di tepian jurang dan hidup sekedar menunggu waktu kapan aku harus terjatuh sampai dasar jurangnya.
Aku menyalahkan diriku sendiri atas semua yang telah terjadi. Bagaimana dia pergi, bagaimana aku yang tidak bisa menyelamatkannya, dan bagaimana aku yang tidak mampu mengenangnya. Pasti itu sangat menyedihkan.
Dia berpulang, tapi aku tidak mengenangnya.
Kala itu aku terus mempertanyakan, akankah hal itu membuatnya kesepian di sana? Apakah jika aku tak mengenang dan mengingatnya, ia akan kesepian?
Ketika semuanya masih terasa rumit, aku kerap kali menghabiskan sisa-sisa hari kemarin dengan sibuk mempertanyakan segalanya. Mengesampingkan hal-hal yang sebelumnya aku jaga mati-matian. Karena Demi Tuhan, aku sempat ingin menghentikan semua rasa sakit itu dengan jalan yang keji.
Tapi... satu ingatan itu kembali menghantam kelemahanku. Dia yang sebelum pergi telah memohon padaku agar aku tetap melanjutkan hidup dan menghargai diriku sendiri. Aku harus bisa menyelesaikan sisa-sisa perjalanan yang Tuhan percayakan padaku.
Akhirnya malam itu, aku menjadikannya sebagai perayaan patah yang teramat pilu. Aku membiarkan segalanya tumpah ruah. Karena aku memutuskan, ketika aku terbangun esok hari, kesedihan itu bukan lagi hal yang memberatkan langkahku. Sebab ada janji yang harus aku tepati, janji untuk aku tetap hidup dan menemukan kebahagiaan.
"Saat saya melihat mata favorit saya, saya menemukan kecewamu pada takdir. Dan seperti katamu, kita memang berakhir redup. Tapi, ketika hujan menemukan kita kala itu, saya melihat apa yang tak mampu saya lihat sebelumnya. Yaitu sebuah pengakuan bahwa kamu mencintai saya."
"Saya memang bukan untuk kamu, pun sebaliknya. Tapi sore itu, kita mengiringi irama hujan dengan jemari yang saling bertaut. Sejenak melupa, bahwa kita akan terluka."
Seperti yang selalu mereka tanyakan, apabila kita tau sesuatu akan berakhir buruk, sanggupkah kita menghentikan keindahan itu?
Dan, aku memilih untuk tetap membiarkan semua berjalan seperti semestinya. Biarlah keindahan itu berlangsung, biarlah lukanya menunggu. Sebab meski singkat setidaknya keindahannya pernah kita genggam bersama-sama.
•Skema Nestapa •
08 Januari 2024,
hotkopilatte.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skema Nestapa [Selesai]✓
Teen Fiction𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚 𝐍𝐀𝐓𝐀 : 𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐮, 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐫𝐞𝐭 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮. (Boleh dibaca terpisah tanpa membaca Nata terlebih dahulu) Hari-hari suram terus berlalu. Bayang-bayang masa lalu masih melek...