42|You Should Say "YES!"

33 4 2
                                    

HAPPY READING!!!

___________

A few years ago....

Jadi, bagaimana? Kau setuju dengan usulanku?" Tanya Wira kepada Theo dan juga Billy yang berada di hadapannya.

Ketiganya tengah bernegoisasi untuk membantu Billy dan Theo---tepatnya Wira yang akan membantu keduanya dengan syarat tersembunyi.

"Dasar licik!"

"Tutup mulutmu, anak muda! Perjanjian itu sudah menguntungkan kedua belah pihak. Kau bebas pergi keluar Indonesia dan aku membebaskan puteriku dari dirimu."

Theo menggertakkan giginya, bahkan ia meninggalkan Mawar diatas tempat tidur setelah keduanya menikmati malam yang panjang bersama. Bagus, ia seorang bajingan sekarang setelah ia merenggut hak istimewa kekasihnya.

"Tetapi, aku tidak mau!"

Billy menatap anak tertuanya dengan tatapan tajam, "Ingat Theo, kau harus pulang. Kita harus kembali ke Amerika karena disini tak lagi aman." Desis Billy yang membuat Theo terdiam dan geram karena merasa begitu terpojokkan.

"Benar apa kata Daddy-mu, Nak. Kau akan pergi jauh sedangkan Mawar akan berada disini. Jadi, bukankah sangat berat jika kalian menetap di negara berbeda Theo menatap Wira dengan tajam, seolah mengibarkan tanda permusuhan kepada pria tua itu. "Oke. Aku pun ingin mengajukan permintaan kepadamu,"

Wira menyeringai kemudian, ia mengedikkan kedua bahunya tak acuh. "Silakan."

"Biarkan Mawar bersekolah dan tinggal di Amerika. Aku tidak peduli ia suka atau tidak." Sahut Theo dengan rasa egoisnya yang tidak terbendung.

Wira tertawa,"Lupakan Mawar, kau tidak bisa bersama puteriku." Desis Wira setelah terdiam cukup lama.

"Bisa! Akan kulakukan segala cara untuk tetap bersamanya." Serunya dengan keras kepala.

"Setelah semua kebohonganmu yang kau lakukan kepadanya?" Pancing Wira seraya menyeringai melihat Theo yang akan menerkamnya.

"Cukup, Theo! Kemdalikan emosimu. Masalah Mawar bisa dibicarakan lain kali. dan Mr. Widianto kuharap kau bisa bekerja sama denganku setelah apa yang terjadi hari ini." Billy membuka suaranya seraya menatap Theo yang mengepalkan tangannya menahan amarah.

Wira mengangguk secara formal kepada Billy kemudian keduanya berjabat tangan. Tetapi, ketika Theo berjabat tangan dengan Wira, dirinya berkata, "Aku tahu betapa liciknya dirimu untuk menyingkirkan Mawar." Desisnya kemudian melenggang pergi diikuti dengan Billy.

Theo kembali mengingat terakhir kali ia berada di ruangan ini. Dengan pria tua yang telah semakin menua dengan sedikit keriput juga surainya yang berangsur memutih. Tetapi, tetap saja kelakuannya sukses membuat Theo menggeram kesal.

"So, benar bukan apa yang aku pikirkan!? Kau yang mencoba mencelakaiku dengan Mawar." Tuduh Theo ketika ia tidak melihat respon apapun dari pria paruh baya di hadapannya.

"Tidakkah kau ingin menikmati secangkir kopi terlebih dahulu sebelum menyerangku?" Wira bersuara seraya menyeruput kopi hitamnya yang membuat Theo menatapnya dengan datar dan dingin.

Ia sudah dewasa dan matang. Pria berusia 27 tahun yang meladeni Wira yang benar-benar membuatnya selalu tersulut emosi. Seperti dulu, ketika usianya menginjak 18 tahun dan belum bisa mengontrol emosinya.

Theo menyilangkan kakinya dan menatap secangkir kopi itu dengan tatapan tanpa minatnya. "Tidak terpikirkan olehku kau berusaha mencelakai Mawar."

Wira meletakkan cangkirnya, sikapnya terlalu tenang dan ia tersenyum congkak melihat Theo yang begitu melindungi puterinya. Puterinya? Masih pantaskah ia menganggap Mawar sebagai puterinya?

The Bad Boy STUCK With a GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang