Still. To me, you're my first love.~Januari, 2014
Dengan menyipitkan kedua mata melihat para siswa kelas tiga bermain basket, Tisya duduk bersama teman-teman sekelasnya. Matahari yang begitu terik membuat kulit rasa terbakar akan kehangatan. Tisya merasa tidak tahan, ia beranjak pergi dari kursi dan berdiri di samping pohon yang teduh. Bola mata Tisya hanya mengarah pada satu pria yang mempunyai tubuh tinggi, tegap, dan memiliki hidung yang mancung. Tak lama, latihan basket itu pun selesai. Pria yang sedari tadi Tisya tatap mendekat ke arahnya.
"Hai, Sayang. Panas, ya?" ucap pria itu sembari tersenyum sempurna.
"He-he. Gak pa-pa. Kamu udah siap? Kalau udah, aku mau ke ruang tari."
"Udah. Tapi ..., kita duduk bentar dulu, yuk! Aku capek," ucap Fino sambil menarik tangan Tisya untuk duduk di kursi kosong yang ada di lapangan.
Tisya mengulum senyum sambil mengangguk.
"Alfino! Jangan lupa habis ini kita lanjut ekskul musik, ya," ucap Rafi, teman sekelas Fino yang tiba-tiba mendekat.
"Oh, okey," jawab Fino singkat.
Seperti biasa, sehabis kakak kelas tiga bermain basket segerombolan cewek kelas dua, sebaya Tisya selalu datang mendekati dirinya dan Fino. Teman sebaya Tisya memberikan beberapa air kepada pacarnya itu. Tisya hanya bisa mengelus dada dan memiringkan bibir ketika melihat para gadis itu datang karena Tisya sadar bahwa ia pacaran dengan pria terganteng dan populer di sekolah.
"Sorry, gue gak bisa terima," jawab Fino sambil memandang wajah Tisya yang tampak masam.
Semua minuman yang diulurkan, Alfino tolak. Tetapi ada satu wanita. Shasha, kakak kelas yang terkenal centil dan sok cantik sekelas dengan Alfino juga selalu memberikan minuman kepada Fino. Minuman itu selalu Fino terima dengan senyum yang ramah. Entah, karena segan Shasha yang merupakan teman sekelasnya atau karena Shasha kapten Cheers yang membuat mereka saling terhubung, apa pun alasannya hanya Fino yang tahu.
"Hai, ini untuk lo," ucap Shasha sambil tersenyum lebar.
"Makasih, ya," jawab Fino membalas senyum Shasha.
Perlakuan yang tampak manis itu membuat Tisya jengkel. Ia memalingkan pandangan sembari memanyunkan bibir.
"Biasa aja, dong. Gak rela banget pacarnya diperhatiin," ucap Shasha yang sedari tadi tersenyum sinis melihat wajah Tisya.
"Enggak, kok. Gue biasa aja," jawab Tisya sambil mengangkat kedua bahu dan kembali memalingkan pandangannya ke arah lain.
Shasha tersenyum miring. "Iya, udah. Gue pergi dulu ya ..."- Shasha mengangkat satu alis. "Fi-no," lanjut Shasha ngeloyor pergi.
Melihat bayang tubuh Shasha sudah hilang. Tisya menyipitkan mata melihat mata Alfino.
"Hish, kamu kenapa sih. Selalu ambil pemberian dari dia, udah jelas aku sama dia gak akrab. Masih aja di terima," ucap Tisya kesal.
Fino memajukan bibir, menatap wajah Tisya sambil tertawa kecil.
"Kok ketawa?" tanya Tisya bingung.
"Gak ada. Senang aja lihat kamu cemburu gitu. Wajah kamu jadi gemesin banget. Rasa mau aku cubit," ucap Fino sembari tersenyum senang.
"Hih, siapa juga yang cemburu," jawab Tisya sembari beranjak dari kursi.
Tak ada yang lebih membuat Fino tersenyum merekah melainkan ketika melihat Tisya cemberut. Dengan pelan, Fino memegang tangan Tisya sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
For My First Love [SUDAH TERBIT]✔
Novela Juvenil🏅Rank tagar: #1 ~ Katakata (7/09/21) #1 - Menari (1/09/21) #1 - Cintasegiempat (18/9/21) #1 - Faren (2/9/21) #1 - Tisya (3/9/21) #1 - Youaremylove #1 - Cerita populer (12/9/21) #2 - Ungkapan (9/9/21) Seperti hujan yang datang dimusim kemarau sepert...