Tentang Perasaan || 14🎶

60 26 77
                                    


Siapa sangka perasaan iseng menjadi perasaan yang tak pernah terlupakan dalam waktu yang panjang.~

Kafe itu bernuansa artistik, dipenuhi dengan kalangan anak muda, dan berisi pameran karya seni. Biasanya Tisya sangat antusias dengan seni, tapi kali ini berbeda. Sedaritadi Rendu hanya melihat raut Tisya yang begitu murung. Mencoba untuk berpikir apa yang harus dilakukan. Ekor matanya beralih melihat Fanya yang hanya diam. Rendu semakin begitu bingung, ia persis tahu apa yang ada dipikiran Tisya hanya Faren. Tapi, tak mungkin untuk Rendu membahas tentang Faren dengan Tisya di depan Fanya, pikirnya.

"Kalian duduk aja. Biar gue yang pesan," ucap Tisya mulai membuka pembicaraan.

"Gue aja, Sya. Lo duduk aja," jawab Rendu cepat.

Tisya tersenyum. "Udah. Gue aja, lo duduk aja sama Fanya." Tisya mengeloyor pergi ke meja kasir.

Melihat menu berwarna hitam yang terpampang di dinding, Tisya bingung ingin memesan apa untuk mereka berdua. Tisya lupa bertanya. "Hmm. Saya pesan Matcha Latte, Strawberry Latte." Kalau dilihat dari sifatnya, Tisya pikir Fanya mungkin suka minuman yang lembut. "Dan ... Milkshake coklat float, ya." Untuk Rendu, Tisya sudah bisa dengan jelas tahu apa yang dia suka.

" Untuk Rendu, Tisya sudah bisa dengan jelas tahu apa yang dia suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesukaan Tisya

Sambil menunggu minuman itu jadi, Tisya memainkan jemarinya sembari bernyanyi pelan.

Orang yang sedaritadi berdiri di belakang Tisya. Diam-diam mengamati. "Tisya?" tanya pria itu mencoba meyakinkan persepsinya.

Tisya berbalik melihat pria berseragam warna merah yang pasti bukan dari sekolahnya sedang tersenyum lebar melihat dirinya.
"Vandi?"

"Kan, benar. Lo Tisya, gue daritadi lihatin elo. Mau nyapa tapi takut salah." Vandi tertawa. "Lo sama siapa ke sini?"

"Sama teman gue. Lo sama siapa?"

"Gue sendirian."

"Bareng aja, yuk!"

"Yuk, boleh. Bentar ya, gue mesan dulu." Vandi langsung memesan cappucino agar cepat selesai.

Tak lama, pesanan mereka berdua selesai. Tisya dan Vandi berbarengan jalan menuju meja yang ada di tengah-tengah. Mata Vandi langsung tertuju pada Fanya. "Fanya? Kamu ngapain di sini?" tanya Vandi sembari meletakkan minumannya ke atas meja.

Tisya memejamkan mata, aduh gue lupa lagi, Vandi kan dekat banget sama Faren.

"Bang Vandi." Fanya meringis. "Aku ..." Fanya ragu-ragu ingin menjawab.

"Iya, udah. Lanjut aja." Vandi melihat wajah Rendu sekilas, lalu menoleh ke arah Tisya. "Gue mau ngomong sama lo, Sya."

Tisya menganga. "Sama gue?" Tisya mengernyit. Melihat Vandi mengangguk dan mengeloyor pergi ke meja yang paling pojok disebelah kanan begitu saja. Tisya manggut-manggut. "Oh, oke. Gue kesana dulu, ya." Tisya berbicara kepada Rendu.

For My First Love [SUDAH TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang