Perubahan || 3🎶

143 83 170
                                    


Setiap pandangan yang dilayangkan, selalu mempunyai arti tertentu~

Awan tampak mendung di pagi hari, Tisya menatap langit sembari memanyunkan bibir. Lupa mengikat rambut. Angin yang bertiup kencang membuat rambut lurus dan panjang sedikit dibawah bahu itu berantakan. Tisya menyusuri koridor sekolah sambil menunduk, menghitung setiap langkah yang ia hentakkan hingga sampai ke kelas. Tepat di samping tangga menuju kelas, sejenak Tisya menyisir rambutnya menggunakan jemarinya, namun ketika ia hendak berjalan langkah sepatu kets berwarna putih yang ia pakai terhenti melihat sepatu kets warna hitam-putih berdiri dihadapannya.

Dari kaki yang panjang hingga baju rapi yang perlahan ia lihat membuat Tisya menegakkan kepala. Menatap wajah pria yang berkulit putih itu tersenyum ramah membuat jantung Tisya berdegup sangat kencang. Tisya menelan ludah, terdiam melihat wajah pria itu.

"Hai ... kelas sebelas empat dimana, ya?"

Tisya masih tertegun.

"Hellow," ujar Faren sembari melambaikan jemarinya di hadapan Tisya.

"Aaa ... Oh, iya." Tisya gugup. "Lokal sebelas empat bersebrangan dengan lokal aku, sebelas dua."

"Oh, boleh antarin? Aku gak tau, karena masih baru," ucap Faren lembut.

"Iya, boleh." Tisya mengangguk, lalu menunduk.

Mereka jalan beriringan, sesekali Tisya melihat wajah Faren penuh hati-hati. Terlihat sangat dekat ketampanan Faren semakin membuat Tisya terpesona. Hidungnya yang mancung dan kulit wajahnya yang mulus tanpa jerawat membuat Tisya gemas. Kelas mereka sudah di depan mata, Tisya menghentikan langkahnya.

"Nah, ini kelas aku," tunjuk Tisya ke sebelah kirinya. "Dan itu kelas kamu." Tisya menunjuk ke sebelah kanan.

"Makasih, ya." Faren tersenyum merekah.

Itu tadi apa? Kenapa sikap dia berubah semanis itu? Dalam sehari, sifatnya yang dingin bisa menjadi hangat.

Tisya menggeleng. "Tisya! Sadar. Lo masih ada pacar. Lo jangan gitu," gumam Tisya pelan menyadarkan dirinya yang seolah terkena sihir sikap Faren. Sembari menghela napas Tisya masuk ke dalam kelas.

***

Seperti biasa, sewaktu jam istirahat Tisya memakai handsfree dan duduk di samping pohon untuk menonton youtube. Ia mencari berbagai macam tarian untuk diberikan hari rabu kepada teman penari. Sedang asyik melihat tarian, tiba-tiba Fino datang mengejutkan Tisya dengan duduk di samping gadis itu.

"Hai, kok sendirian aja," ujar Fino.

"Iya, biasa. Aku mau konsentrasi ngafal tarian untuk lusa. Malas aja dikeramaian entar terganggu."

"Hmmm, jadi aku nganggu nih?"

Tisya tersenyum tipis sambil menggeleng. "Enggak, kok."

Suara wanita yang terdengar ribut mengalihkan pandangan Tisya dan Fino. Mereka melihat para gadis mendekati Faren untuk mengajak makan bersama. Sorotnya tak teralih melihat Faren yang mengabaikan para gadis, Tisya menghela napas sambil memanyunkan bibir. Ada perasaan sedih dan kesal menjalar dijiwanya.

"Tuh, kan. Baru aja aku bilang kemarin, udah jadi nyata sekarang," ucap Fino. "Semua gadis suka sama Faren."

Tisya memiringkan bibir. "Iya, kamu benar."

"Tapi, gak pa-pa ... aku lega bisa bebas dari cewek centil itu semua. Jadi gak ada yang nganggu kita lagi."

Tisya tersenyum tipis, seharusnya mendengar ucapan Fino membuat hatinya bahagia, namun nyatanya berbanding terbalik, ia justru sedih.

For My First Love [SUDAH TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang