A Reason || 13🎶

57 31 68
                                    


April, 2014...

Seturunnya dari mobil Sedan berwarna merah. Tisya menyipitkan mata melihat Rendu yang tampak begitu semringah. Dari semenjak berangkat bersama tadi, Rendu tidak mau memberitahu alasan apa dan mengapa dia mau mengendarai mobil hari ini.

Merasa penasaran Tisya mencoba bertanya sekali lagi. "Oi, kenapa bawa mobil, sih?"

Melihat Tisya yang begitu penasaran, Rendu tertawa jail. "Kali aja si Fanya mau gue antar pulang nanti. Dia gak mau naik motor."

Tisya lupa, sekarang Rendu berada ditahap mengejar cinta kedua. "Hah, masa? Pantesan mereka gak pernah pergi bareng."

"Siapa?"

"Faren dan Fanya."

Kemudian, mata Rendu teralihkan melihat Fanya yang ingin berjalan ke koridor sekolah. Cepat-cepat Rendu berlari mengejar langkah Fanya, membuat Tisya yang melihat perlakuan tersebut menggelengkan kepala.

"Morning," sapa Rendu sembari tersenyum lebar.

Tisya mengembangkan hidung, terheran-heran melihat sikap Rendu yang begitu manis.

"Pagi juga, Bang," jawab Fanya lembut.

"Kamu jadi pulang sama aku, kan?" Rendu menaikkan alis sembari tersenyum gemas. "Aku bawa mobil hari ini."

Fanya mengantup mulut. "Hmm. Gimana ya."

Tisya yang memerhatikan tingkah Fanya yang tampak malu-malu langsung tersenyum. "Gak apa, pulang aja sama Rendu, dia gak makan orang kok. Jangan takut."

Rendu mengangguk senang melihat Tisya kali ini membantunya.

"Bukannya takut, Kak."

"Terus?" Tisya menaikkan alis.
Berpikir. Kira-kira apa yang membuat Fanya ragu menerima ajakan Rendu. Lalu, Tisya menjentikkan jari seperti mendapatkan ilham dari otaknya. "Oh, kamu gak hanya berdua Rendu kok, nanti aku juga ikut ngantarin kamu."

Senyum tulus pun terbit di wajah Fanya. "Beneran, Kak? Iya, udah. Kalau gitu aku mau."

Tisya ikut tersenyum lebar.

"Iya, udah, aku ke kelas duluan ya, Kak, Bang." Fanya mengeloyor pergi.
Sepeninggal Fanya, Rendu berangsur berdiri di samping Tisya. "Hih."

Rendu menyeka lengan Tisya menggunakan sikunya. "Lo, kok ikut, sih?"

"Udah untung gue bantu. Dia gak akan mau kalau cuma kalian berdua. Jelas dia bukan cewek gatal yang sekali diajak cowok langsung mau."

Rendu menyeringai. "Oh, iya, ya. Makasih, ya. Tisya Velovenka."

"Hiewh." Tisya menatap sinis sembari memiringkan bibir. "Geli gue dengar lo manggil aku-kamu gitu."

"Yee, syirik aja lo. Kayak lo enggak aja sama Faren."

"Ha-ha. Sama Faren mah beda."

"Iya, sama. Fanya juga beda." Rendu menjulurkan lidah.

Tak ingin melanjutkan debat yang akan berujung panjang. Tisya mengalah. "Masuk kelas, yuk!" Tisya tersenyum melihat Rendu yang tak berhenti tersenyum senang.

Saat di depan mading. Rendu menghentikan langkahnya, melihat beberapa pengumuman yang tertempel di sana. Rendu mulai membaca.

Kening Rendu mengerut. "Hah, perpisahan diganti dengan acara promnight? Apaan, nih. Kok diganti, sih. Terus, ini juga." Rendu menunjuk paragraf akhir. "Yang wajib ikut serta dalam pengisian acara adalah ekskul musik, tari, dance, dan teater."

Tisya melongo mendengar ucapan Rendu. Kemudian, ia mulai ikut membaca. Mata Tisya fokus pada tulisan kecil yang ada disebelah kanan kertas. "Semua ketua ekskul diharapkan rapat dijam istirahat pertama. Hih, pasti ada Fino dan Shasha, deh," gumam Tisya.

For My First Love [SUDAH TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang