Kepiluan || 25🎶

48 29 115
                                    


April, 2015...

Seluruh murid kelas tiga Bina Karya telah berdiri di depan mading menanti pengumuman kelulusan sekolah. Dan untuk kelulusan masuk universitas akan diumumkan lewat link di hape masing-masing. Tisya, Rendu, Faren telah tegak bersama. Berdekatan.

Salah satu petugas sekolah menempelkan beberapa kertas. Disaat itu juga mereka berbondong-bondong melihat nama masing-masing tak terkecuali mereka bertiga. Ketika nama itu tertulis LULUS serempak mereka berpelukan sembari tertawa bahagia. Tak lama, Kepala Sekolah memberitahu mereka untuk menelusuri link yang sudah dikirim lewat pesan.

Tisya, Faren, Rendu menyebar ke lain arah. Jantung Tisya berdetak sangat cepat sambil menutup sebelah mata. Dengan perasaan takut ia membuka pesan tersebut. Baru membaca "Congratulation" Tisya langsung berteriak kegirangan. Dibukanya kedua mata untuk melanjutkan membaca informasi sampai bawah.
Dengan cepat ia beringsut ke tempat Faren dan Rendu. "Gimana? Kalian lulus?"

Raut Faren tak begitu bahagia. Ia menunjukkan layar ponselnya ke Tisya. Namun, yang ada dipengumuman itu seharusnya mengundang kebahagiaan. "Kamu lulus. Selamat, ya."

"Gue lulus di Stanford, Sya," sahut Rendu kegirangan.

Tisya manggut-manggut sambil mengantupkan mulutnya dengan kuat. Matanya memanas, pandangannya sudah kabur. Yang seharusnya terjadi mereka semua terlihat bahagia, tapi raut itu seperti tertimpa duri yang begitu tajam.
Kerongkongan Tisya rasa tercekat.

Apa ini akhir dari kita bertiga?

Melihat raut Tisya tak begitu tulus, membuat senyum yang ada di wajahnya pudar. Rendu menghela napas, merasa bodoh tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Faren juga lulus keluar negeri, yang mengartikan, Apa Tisya akan sendirian?

***

Sorot mata Rendu mengarah kepada Tisya yang terduduk di trampolin. Dengan pelan ia berangsur mendekati wanita yang sejak tadi menunduk sambil memainkan kuku jempol.

"Hai, Bodoh," sapa Rendu dengan ceria. Namun, Tisya hanya tersenyum tipis, lalu menunduk lagi.

"Boleh gue pergi, Sya?" tanya Rendu setelah lama terdiam.

Pertanyaan itu seperti boomerang. Tisya menegakkan kepalanya. "Lo mau pergi?"

"Gue nanya, Sya. Apa boleh gue pergi?" tanya Rendu lembut.

"Emang ngaruh?"

Selama ini, Rendu selalu memegang janji dan selalu bertanggung jawab atas perkataannya. Untuk meninggalkan Tisya sendirian bukanlah hal yang sulit tadinya untuknya. Namun, segalanya terasa berat ketika mendengar kelulusan Faren.

"Iya. Jadi, gue tanya sekali lagi. Boleh gak gue ..."

"Nggak!" potong Tisya cepat.

Jawaban itu mengejutkan hati Rendu. Dadanya terasa sesak melihat mata Tisya yang kian berair.

"Gue gak mau elo pergi juga. Cukup Faren," sambung Tisya sambil meneteskan air mata.

Suara itu terdengar seperti gumaman. Serak dan berat. Dengan cepat tangan Rendu mengusap air yang ada di pipi Tisya. "Oke. Gue gak akan pergi. Janji R-T gak akan diingkari."

Mereka selalu mengingatkan sebuah perjanjian yang pernah dibuat. Rendu-Tisya akan selalu bersama dan gak akan pernah terpisahkan. Selamanya akan menjadi sahabat yang selalu berbagi suka dan duka.

"Gue egois, ya?"

"Enggak. Udah jangan nangis. Tenang... Janji R-T selalu gue pegang kok." Rendu gak akan pernah meninggalkan Tisya." Rendu mengulang kata itu agar ia senantiasa selalu ingat walau sempat terlupa sementara.

For My First Love [SUDAH TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang