Penantian Berharga || 18 🎶

69 33 136
                                    


Setiap penantian tidak ada yang sia-sia. Ia selalu memberikan arti disetiap moment-nya~

Juni, 2014...

Seluruh siswa mungkin merasa ini adalah hari paling bahagia karena setelah ini mereka semua akan libur selama dua minggu. Setibanya di depan pintu kelas, mata Tisya membelalak dengan kedatangan Faren yang tiba-tiba menampakkan wajahnya dari samping kanan.

"Hai, Cantik. Semangat ujian terakhirnya, ya. Sesuai janji aku. Kita bakal jalan sepulang sekolah."

Tisya tersenyum malu. "Iya. Kamu juga semangat, ya."

"Embel-embel panggilannya mana, nih?"

Selama pacaran, Tisya akui bahwa sikap Faren jauh dari apa yang dia bayangkan. Faren begitu perhatian. Pengertian. Manja. Penyayang. Beda dari biasanya. Mendengar itu, membuat Tisya menggeleng pelan.

"Semangat, ya, Sayang. Pacar Tisya yang ganteng badai."

Faren menyeringai. "Gitu dong. Baru pacarnya semangat. Iya, udah. Kamu masuk, ya. Nanti aku tunggu di parkiran."

"Iya," jawab Tisya lembut.

Sedaritadi, Rendu yang duduk dikursi memerhatikan keduanya yang tampak mesra, membuat hatinya rasa digelitik.

Tisya mendekat ke arah Rendu.
"Iya, sa... yang. Semangat, ya," cibir Rendu. "Geli gue dengarnya."

"Ye... iri aje lu." Tisya terkekeh.

"Sementang udah jadian, lupa sama sahabatnya. Dasar lu," canda Rendu.

Memang setelah status Tisya berubah. Hubungan dua sejoli itu kurang akrab. Mereka jarang bertemu dan berbincang. "Maaf, ya. Tapi, gue akui. Gue kangen banget sama elo. Padahal rumah kita cuma berapa langkah doang."

"Ye... baru sadar lu. Tapi gak pa-pa. Selagi ada Fanya, gue gak sepi."

"Hiewh. Oh, iya." Tiba-tiba pikiran Tisya teringat akan sesuatu. "Gue mau nagih janji lo. Siapa yang duluan jadian bakal kasih tiga permintaan.
Ha... hayo lo." Tisya mengulum senyum sembari membesarkan matanya.

"Buset. Gue gak ada bilang tiga. Jangan ngadi-ngadi lu."

"Ye... elo lupa, ya. Gak ada-gak ada. Yang jelas tiga permintaan," tegas Tisya.

Rendu memonyongkan mulutnya. "Iya, udah. Lo mau apa?"

"Ha-Ha. Gitu, dong. Tapi, tenang, Ndu. Gue belum kepengen apa-apa sekarang. Entar-an aja."

"Hih, curiga gue." Rendu menatap sinis Tisya.

"Tenang. Tisya baik kok." Tisya menepuk pelan pundak Rendu, lalu duduk di tempat duduknya.

Bel tanda masuk pun berbunyi. Seluruh siswa masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Mereka siap untuk mengerjakan soal ujian.

***

Di gerbang, Tisya menunggu Faren mengeluarkan motor. Tiba-tiba, seorang pria tinggi, berhidung mancung menyapanya. Memberikan senyuman yang begitu lebar.

"Fino." Tisya tersenyum lebar melihat Fino tampak rapi dengan pakaian bebas.

"Hai. Kamu lagi nunggu Rendu, ya?"

"Nggak." Tisya menyeringai. "Nunggu Faren."

"Oh." Fino tersenyum tipis. "Aku lupa kalian kan udah jadian."

Tisya mengulum senyum melihat raut Fino tampak tak enak untuk dipandang. Tapi, Tisya mencoba untuk tidak menggubris percakapan itu. "Cie... sekarang udah jadi mahasiswa hukum, dong."

For My First Love [SUDAH TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang