02

4.3K 675 73
                                    

Hanma menempatkan bokongnya di sofa yang ada, membuat anggota Valhalla yang lain lebih memilih menyingkir dari sana. Luka yang didapatkan dari pertarungan kemarin hanyalah luka kecil. Tinggal menunggu dua hari lagi maka semua luka lebam di wajahnya akan menghilang. Ia mengambil sebatang rokok dan menyelipkannya di belah bibirnya. Ia menghisap rokok tanpa apinya sejenak. Menyesakkan paru-parunya terhadap oksigen rasa nikotin.

Baru dia mengambil pemantik api berbentuk kotak dengan ukiran seorang wanita bertubuh seksi. Asap putih mulai mengepul tatkala ia menghembuskan nafasnya lalu menyandarkan punggungnya.

Hah... rasanya menyenangkan sekali. Rasa pahit di mulutnya mulai menghilang.

Tiba-tiba saja otaknya mulai memikirkan sosok bermantel jas hujan putih itu. Sosok itu benar-benar menyembunyikan rupanya dan hanya menyisakan iris mata yang berkilauan. Tak bisa dipungkiri, ia tertarik dengan iris mata yang seperti kaca itu. Rasa-rasanya ia ingin mencongkel bola mata itu dan menempatkannya di jar agar setiap hari dia bisa memandangnya.

Oh, atau mungkin ia jual saja di pasar gelap. Bola mata itu pasti akan terjual dengan sangat mahal.

Tawa kecil keluar dari mulutnya. Ada-ada saja pemikirannya ini.

Rokok yang menyala langsung ia hisap penuh hingga setengah lalu menghembuskannya. Ia menatap rokok yang terapit di jarinya. Abu rokok mulai berguguran dengan sendirinya.

Sial, kenapa dia masih memikirkan sosok itu!

Hanma berdecak. Ia mematikan rokok yang masih setengah itu lalu keluar dari markas. Sebelum itu ia memberitahukan salah satu bawahannya.

"Aku mau mencari mangsa."

Sosok berkepala plontos berblonde itu mengangguk acuh, ia disibukkan dengan makanan ringannya. Hanma tidak mau ambil pusing dengan sikapnya itu. Ia keluar dari markas. Kedua tangannya tersimpan rapi di saku jaket Valhalla.

Kemudian, ia memacu langkah kakinya kemanapun agar pikirannya tak lagi berfokus pada sosok itu.

-----------------------

Hanma mengibaskan tangannya. Ia menatap malas pada preman di daerah ini yang semuanya ambruk dihajar olehnya. Ia sengaja melakukan itu karena masih tidak bisa menghilangkan sosok putih itu dalam pikirannya.

Itu lebih baik menurutnya ketimbang orang yang mengantuk malah menghajar orang tidak dikenal dan jika lapar membakar mobil.

"Sialan kau. Hidupku menjadi tak tenang karenamu."

Meninggalkan para preman yang masih tersungkur di tanah, Hanma kembali melanjutkan langkahnya hingga ia berada di sebuah taman kecil. Ia menatap kumpulan anak kecil yang tengah memainkan boneka penangkal hujan sembari menyanyikan lagu.

"...Teru-teru Bozu... teru bozu...

(Biksu biksu botak, biksu botak)

"... Ashita tenki ni shite o-kure...

(Buatlah esok hari menjadi cerah untukku

".... Itsuka no yume no sora no yo ni...

(Seperti mimpiku pada suatu waktu)

".... Haretara kin no suzu ageyo...

(Jika cerah, ku beri kamu bel emas)

"... Watashi no negai wo kiita nara...

(Kabulkan keinginanku)

"... Amai o-sake wo tanto nomasho...

(Lalu kita minum sake)

THE GRIM REAPER [Hanma Shuji]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang