04

3.5K 625 83
                                    

Bukan keinginannya untuk berbicara seperti tadi. Kazutora hanya tidak ingin jika gadis yang sepertinya menjadi mangsa yang dicari Hanma tempo hari itu terluka. Sialan, apa yang sedang dipikirkan Hanma? Kenapa dia melibatkan seorang gadis seperti ini?!

"Ano..."

Kepala Kazutora terangkat. Kini tidak ada lagi jubah putih besar miliknya sekarang (Name) sudah menggunakan Toppoku Valhalla milik Hanma. Lelaki itu malah melepaskan Toppoku miliknya sendiri dan memberikannya ke (Name) dengan alasan Chome belum mengambil stock lagi.

Lihatlah sekarang tubuh mungil (Name) tenggelam di dalam Toppoku Hanma. Kemeja putih dengan celana jeans hitam sepaha ditambah legging yang senada itu kalah ukuran sehingga orang pasti akan menyangka kalau (Name) hanya menggunakan Toppoku saja.

Kazutora bangkit berdiri. Ia menghembuskan napas lalu menyentuh lengan kanan (Name). Dengan telaten ia menggulung lengan Toppoku Hanma yang kebesaran agar (Name) bebas bergerak.

(Name) menatap Kazutora yang telaten membenarkan lengan seragamnya yang baru. "Terimakasih untuk ini dan tadi."

Kazutora tak membalas. Ia menyelesaikan terlebih dahulu lengan Toppoku yang kepanjangan itu. Ia malah jadi teringat salah satu mantan temannya yang memahami tetek-bengeknya tentang fashion. Ia menurunkan lengan (Name) setelah dirasa cukup rapi dan mengulas senyum.

"Tak apa. Lagi pula kau kuat 'kan. Kau layak masuk Valhalla."

(Name) mengulum bibirnya. "Tidak juga, aku tidak kuat." Ia menatap lurus ke bola mata Kazutora yang tadi sempat sedikit sayu, seperti tengah merindukan seseorang. "Aku hanya memanfaatkan berat tubuh Baji-san saja."

Kerutan samar tercetak di dahi Kazutora. "Maksudnya?"

(Name) tersenyum tipis.

"Semisalkan Baji-san mempunyai berat diantara 55 hingga 60kg lalu bandingkan dengan berat tubuhku yang hanya 43kg maka jelas sekali ada selisih diantaranya. Selisih itu bisa jadi menguntungkan atau malah merugikanku. Tepat saat Baji-san melayangkan pukulannya ke arahku, dia menumpukan berat badannya pada kepalan tangannya yang kemungkinan itu adalah selisih dengan berat tubuh kami.

"Berat badan kami pun seimbang. Akan tetapi, saat melakukan pukulan itu Baji-san malah tidak pula menumpukan berat badannya pada pijakan kakinya sehingga banyak sekali celah yang ada. Lagipula..."

(Name) menghentikan penjelasannya. Ia menoleh pada lelaki yang keluar dari markas.

"Baji-san... tadi itu pukulan knockout 'kan?"

Baji yang baru saja keluar untuk sekedar mencari angin terkejut saat namanya dipanggil (Name) yang tengah tersenyum.

"Hah? Apa?"

"Kau hanya akan mengeluarkan satu pukulan saja 'kan? Karena kau yakin aku akan tumbang dalam sekali pukulan."

Baji mulai paham. Ia menggaruk pipinya. "Ya, kau tau. Aku tidak tega memukul wanita."

"Kau juga lupa mengatur pernapasanmu. Dalam sebuah petarungan, mengatur pernapasan itu sangat penting karena ketika kita kelelahan lalu pasukan oksigen menipis dan tidak bisa mengatur dengan baik maka aliran darah pun menyempit karena banyaknya karbondioksida yang terkandung dalam paru-paru.

"Bayangkan sebuah balon jika terus-terusan diisi udara, balon itu akan terus mengembang hingga membesar... dan...

"Boom!"

(Name) merentangkan tangannya ke atas lalu ke samping dengan ekspresi wajah yang lucu dipandang dan sedikit melompat kecil seakan mempresentasikan bagaimana balon pecah itu.

THE GRIM REAPER [Hanma Shuji]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang