1004

2K 413 57
                                    

Juni 2008

"Cerita yang menarik bukan, Kisaki?"

Hanma meletakkan puntung rokoknya di dekat dupa. Ia menghembuskan napasnya yang membawa asap putih nikotin. Sejujurnya ia tidak pandai bercerita tapi mengingat ia telah berjanji untuk menceritakannya pada Kisaki ketika dia berada di dalam peti matinya.

"Kau tau, Kisaki."

Hanma menurunkan kepalanya dan melihat batu nisan bertuliskan Kisaki Tetta. Pandangannya menerawang jauh.

"Rasanya ada sesuatu yang kurang dan sialnya aku lupa apa itu."

Hanma mendadak tertawa kecil di depan batu nisan Kisaki. Ia tengah mentertawakan bagaimana dia bisa-bisanya melupakan sesuatu yang terus menganggunya selama ini. Sesuatu itu seperti sebuah mainan kesayangannnya yang diambil paksa dan dia tidak bisa melakukan apapun untuk mengambilnya kembali bahkan dia diberi sugesti untuk tidak mengingat jika dia mempunyai mainan itu.

"Menjengkelkan," gerutunya.

Titik-titik air mulai turun dari langit kelam. Hanma tersenyum tipis sebelum beranjak dari depan batu nisan Kisaki. "Lain kali aku akan berkunjung lagi, Kisaki. Jika mereka tidak lagi mengejarku hahaha..."

Langkah lebar Hanma membawanya pergi dari area pemakaman diiringi dengan semakin derasnya air hujan yang turun. Terpaksa, ia menunggu hujan reda di halte yang tak jauh dari pemakaman. Sebatang rokok ia jepit di mulutnya dan tangan kanannya memainkan pematik api bertubuh wanita seksi yang sudah berkarat.

Manik emasnya menatap jalanan aspal di depannya yang mulai kosong dan basah seluruhnya oleh air hujan. Ia kembali melamun. Tengah berpikir keras dan mencoba mencari apa yang ia lupakan serta ia lewatkan dari semua kenangan yang pernah terjadi.

Dari awal dia yang memang suka sekali mencari tantangan dan adrenalin tinggi khas seorang yankee sejati mulai mencari masalah dengan terus bertarung hingga mendapatkan julukan Grim Reaper –Dewa Kematian Kabukicho lalu pada akhirnya ia berada di titik jenuhnya sebelum bertemu Kisaki yang menjadikannya pion caturnya. 

Berhadapan dengan Mikey dibawah bendera Moebius –ia senang sekali bisa bertarung dengan Mikey meski kemampuan Mikey itu seperti bukan manusia saja. Pertarungan itu akan menjadi momen yang sangat manis ♡

Kemudian membentuk geng Valhalla dimana faktanya itu untuk Mikey, mengibarkan bendera perang pada Touman pada Halloween dimana terjadi insiden berdarah, Baji mati di tangan Kazutora dan dirinya yang sibuk bertarung dengan Draken yang mengatainya zombie.

Kemudian...

"Teru-teru bozu..."

Hanma kembali pada kesadarannya ketika suara nyanyian yang terdengar merdu juga familiar tertangkap indera pendengarannya. Ia yang tadinya bersandar pada tiang halte mendadak menegakan tubuhnya ketika suara nyanyian itu semakin jelas terdengar.

"... Watashi no negai wo kiita nara..."

Rokok yang tadi diapit mulutnya jatuh begitu saja saat mulutnya terbuka, terpekur dengan pemandangan yang tak jauh darinya. Sesosok yang menggunakan jas hujan putih dengan payung transparan berjalan di bawah derasnya hujan.

".... Sorete mo kumotte naitetara..."

Sosok itu menggunakan masker putih hingga menutupi parasnya. Dalam pegangan payungnya terdapat gantungan boneka penangkal hujan. Begitu pula dengan tudung jas hujannya yang tak dikenakan malah dijadikan tempat tiga boneka penangkal hujan yang sekilas mirip dengannya.

Hanma yakin ia tidak pernah bertemu dengannya. Tapi entah kenapa rupa, paras dan sosoknya begitu familiar hingga membuat jantungnya berdetak tak karuan. Matanya memanas tanpa sebab.

Tepat saat sosok itu berhadapan dengannya, mengangkat payungnya dan menurunkan maskernya, air mata sudah tidak dapat dibendung lagi. Tumpah ruah seperti hujan ini.

"... Sonata no kubi wo chon to kiru zo..."

Hanma merindukan mata yang berbinar cantik itu.

Hanma merindukan pipi gembil yang selalu memerah itu.

Hanma merindukan ulasan senyum yang nampak sangat memikat itu.

Hanma merindukan segalanya dari gadis yang kini tanpa rasa bersalah melambaikan tangannya riang lalu suara yang lembut menyapanya.

"Hallo..."

Senyuman getir terulas di wajah yang basah air mata. Kedua tangannya terkulai lemah di samping sisi tubuhnya. Manik emasnya menatap sendu penuh haru rindu pada sosok itu.

"Brengsek."


***

THE GRIM REAPER

THE GRIM REAPER [Hanma Shuji]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang