"kenapa jadi dirimu yang seperti bangga dengan Hades?" tanya Elisa dengan manatap Rosellia heran sekaligus curiga.
"Memang kenapa? Aku rekan bisnisnya jadi wajar saja."
"Kenapa kau menatapku seperti itu?! Dia bukan tipeku, aku hanya tertarik pada manusia saja, bukan yang setengah iblis," lanjut Rosellia dengan mata memicing menatap Elisa.
Elisa hanya membuang muka, malas untuk meladeni sahabatnya itu.
"Permisi nyonya." Seorang pelayan datang dan menyela pembicaraan antara Elisa dan Lia.
"Empat orang ksatria dari istana datang mencari tuan," ucap pelayan tersebut.
Elisa dan Lia saling menatap satu sama lain. Keduanya sudah menduga kedatangan empat kstaria dari istana, suruhan Jerry.
"Katakan pada mereka bahwa tuan tidak ada di rumah," ucap Elisa. Memang benar adanya Hades tidak sedang berada di rumah, Elisa sendiri tidak tau kemana dia pergi.
"Maaf nyonya..."
"Mereka bersikeras ingin bertemu anda dan ingin menunggu tuan di sini," lanjut pelayan tersebut berujar dengan sedikit hati-hati.
Elisa sudah menduganya. Keempat kstaria suruhan Jerry itu tidak akan pergi dengan mudah.
"Suruh mereka masuk, dan juga sajikan teh untuk mereka."
"Baik nyonya." Pelayan tersebut menunduk hormat, dan pergi menjalankan perintah Elisa.
Elisa terlihat berfikir keras. Memikirkan Hades. Entah di mana sekarang Hades. Mengapa dia pergi secara tiba-tiba dan tidak memberi tau siapapun.
"Apa kau sedang memikirkan Hades, Elisa?" pertanyaan tiba-tiba yang dilontarkan Lia membuat Elisa terkejut, lamunannya seketika buyar.
Elisa langsung menggeleng cepat. "Tidak! Mana mungkin aku memikirkannya," ujar Elisa sembari menyengir kuda.
"Hilih!"
"Ekspresi wajahmu itu tidak bisa berbohong Elisa." Lia tersenyum miring.
"Memang kenapa?!" balas Elisa dengan nada ketus.
"Sudahlah mengapa membahas itu, lebih baik pikirkan cara untuk membuat para ksatria itu pergi," lanjut Elisa dan diangguki oleh Rosellia.
Tidak lama setelahnya. Pelayan tadi kembali dengan bersama empat orang ksatria kerajaan utusan Jerry.
"Salam untuk yang mulia duchess," ujar keempat kstaria tersebut sembari menunduk hormat pada Elisa.
Elisa terkejut. Ia mengira jika keempat ksatria ini tidak akan menghormatinya atau bersikap sopan pada dirinya, malah sekarang mereka bersikap sebaliknya.
Terlebih lagi wajah mereka semua terlihat tampan. Tubuhnya gagah dan juga kekar.
"Kalian silahkan duduk di sini, pelayan akan segera membawakan teh untuk kalian." Elisa berniat pergi dari sana bersama dengan Rosellia.
Karena ruang tamu akan di gunakan oleh keempat ksatria tersebut. Elisa dan Lia berniat pergi dan menuju kamar Elisa saja.
"Tunggu duchess!" salah seorang ksatria berujar dengan lantang meminta pada Elisa.
Elisa menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan menatap laki-laki yang berani memanggil atau menjemputnya tadi.
"Kedatangan kami berempat kemari bukan untuk mengusik kedamaian rumahmu."
"Lalu?" sahut Elisa dengan wajah asuh tak acuh.
"Kedatangan kami berempat kemari adalah untuk membantu yang mulia Hades."
Elisa yang saat itu terlihat tenang, tiba-tiba mengubah ekspresi wajahnya dan menatap Rosellia. Keduanya saling menatap satu sama lain dengan ekspresi terkejut.
Beberapa saat berlalu...
Pada akhirnya Elisa tidak jadi pergi dari sana. Ia dan Rosellia duduk di sofa ruang tamu sembari menatap keempat kstaria yang tengah menyeduh teh.
"Apakah baik untuk percaya pada mereka?" bisik Elisa, bertanya tepat di telinga Lia.
"Aku juga tidak tau. Mereka terlihat bicara yang sejujurnya tadi," balas Lia dengan nada berbisik juga.
"Jadi apa kau sudah percaya pada kami duchess?" tanya salah seorang ksatria.
Elisa tersentak, ia diam. "Maaf, aku tidak bisa percaya begitu saja tanpa adanya bukti."
Ksatria itu diam, dia malah tersenyum kepada Elisa.
"Anda sangat menarik yang mulia duchess."
"Kedatangan kalian kemari adalah sebagai utusan Jerry untuk menangkap suamiku. Mungkin saja yang kau katakan adalah sebuah jebakan, tapi tidak mungkin juga jika itu adalah jebakan," ucap Elisa sembari.
"Lalu mengapa kalian menurut saja dengan perintah yang diberikan Jerry?"
"Itu adalah bagian dari rencana awal kami," jawabnya
"Kami harus berhasil membuat Jerry percaya sepenuhnya kepada kami," sambung kstaria yang lainnya.
"Setelah Jerry percaya pada kami, semuanya akan jadi sedikit lebih mudah," sahut ksatria lainnya lagi.
"Aku akan menunggu suamiku pulang dan memastikan apakah yang kalian katakan ini sebuah kejujuran atau malah hanya tipuan semata."
"Anda bisa percaya kepada kami."
Elisa hanya diam dan menatap keempat kstaria tersebut.
"Oh iya..."
"Kami belum memperkenalkan diri."
Elisa membatin. Ia jadi bersemangat saat harus melayani para cogan.
"Perkenalkan, namaku Belian. Belian
Dechweita." Itu laki-laki yang berambut merah, mengaku bernama Belian Dechweita, ia menunduk hormat kepada Elisa."Aku adalah Draffin Soccer." Dan itu yang baru saja kalian dengar adalah suara Draffin. Laki-laki dengan rambut warna hitam.
"Duchess..." Panggil salah seorang dari mereka.
"Aku Alex. Alex Van devick." Kini giliran laki-laki yang memakai pakaian rapi dan tertutup. Wajahnya terlihat dingin dan cuek. Menurut Elisa kstaria tersebut mudah untuk terbawa perasaan.
Hanya tiga ksatria yang memperkenalkan diri kepada Elisa. Lalu mana yang keempat?
"Dilan!" panggil Belian, kstaria yang memiliki rambut merah.
Dilan yang terlihat tenang menikmati teh dengan duduk santai, langsung bangkit saat suara Belian terdengar membentaknya.
"A-aku dil-dilan." Laki-laki itu berkata dengan terbata-bata. Bahkan dia tidak berani menatap kedua mata Elisa. Dia orang yang pemalu. Dilan memiliki warna mata yang unik.
"Duchess..."
"Aku berharap anda bisa percaya kepada kami," ucap Belian.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villainess Elizabeth
Fantasy[SEGERA TERBIT] Sejarah mencatat Elizabeth Bathory adalah penjahat, dan sikopat wanita terkejam di dunia pada jamannya. Siapa yang tau bahwa Elizabeth Bathory hanya seorang anak lugu yang mengharap kasih sayang sang ayah dan hanya ingin di akui. Tap...