Prolog

3.6K 239 20
                                    

"Ardean!"

Dean menoleh kebelakang saat merasa terpanggil, pria yang sedang melangkah menyusuri koridor rumah sakit itu segera menghentikan langkahnya.

Dan jantung Dean langsung berdebar tak karuan saat melihat seorang gadis yang memakai jas putih kebanggaan dokter melambai kepadanya.

Dean tersenyum sambil membalas lambaian tangan si gadis. Dia menurunkan tangannya kemudian berbalik agar bisa melihat gadis itu dengan lebih jelas.

Si gadis segera menghampiri Dean dan berdiri di hadapan pria itu.

"aku pikir salah orang, ternyata beneran kamu. Apa kabar Dean?"

Masih sambil tersenyum, Dean menganggukkan kepalanya, "aku baik, kamu sendiri apa kabar?"

Gadis di hadapan Dean tersenyum ceria, "aku juga baik. Udah lama ya kita nggak ketemu?"

"iya, udah sekitar lima tahun mungkin," sahut Dean berbohong.

"kamu ngapain di rumah sakit, kamu sakit? Atau keluargamu?"

Dean menggeleng, "nggak, kok. Aku mengantar Isa, dia ada pemeriksaan rutin," Dean menyebut nama sahabatnya.

Si gadis mengangguk paham.

"Dokter!"

Gadis itu menoleh saat seorang perawat wanita berlari menghampirinya.

"ada apa?" tanya gadis itu kepada perawat.

"ada pasien masuk IGD, korban tabrak lari. Kakinya patah dan kepalanya terbentur trotoar jalan," si perawat menjelaskan.

"sudah ditangani?"

Si perawat mengangguk, "ada beberapa perawat di sana, tapi tidak ada satupun dokter IGD yang bisa memeriksa karena semuanya sedang menangani pasien. Dokter bisa tolong memeriksanya?"

Gadis itu mengangguk, kemudian beralih ke Dean lagi.

"Dean, lain kali kita ngobrol lagi, ya! Aku pergi dulu!"

Dean mengangguk.

Gadis itu berbalik dan langsung lari bersama perawatnya.

Dean menatap punggung mungil yang perlahan menjauh itu.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Dean melihat gadis itu di rumah sakit. Dean sering datang kesini diam-diam hanya untuk memperhatikan si gadis. Namun hari ini, si gadis yang selalu diperhatikan oleh Dean itu akhirnya menyadari keberadaan Dean di rumah sakit dan menyapanya. Membuat Dean berdebar.

Gadis itu. . .

Rambutnya selalu diikat berantakan, bibirnya pucat dan kering karena tak pernah memakai lipbalm, bulu matanya tak selentik gadis kebanyakan. Tapi wajahnya tetap cantik, senyumnya selalu menarik. Dia bukan orang miskin, gadis itu bisa membeli pabrik lipbalm kalau dia mau. Dia hanya tak sempat memakainya karena terlalu sibuk menyelamatkan banyak nyawa. Dia seorang dokter, pewaris rumah sakit besar. Konglomerat generasi ketiga, pemilik sah Adiwinandra hope hospital.

Dia adalah Amasha Adiwinandra, gadis yang menetap di hati Dean sejak bertahun-tahun lalu.

*****

Amasha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang