Kabar pembatalan pertunangan Adelle dan Keenan akhirnya sampai ke telinga Amasha. Membuat sang dokter cantik menjadi gelisah. Pasalnya dia bingung, hendak bahagia atau berduka atas batalnya pertunangan dua sahabatnya. Jujur, dia merasa sedih dan kasihan terhadap Adelle yang harus menanggung gunjingan lagi karena lagi-lagi pertunangannya harus batal. Namun di sisi lain, Amasha merasa lega karena sang sahabat tidak perlu menikah dengan pria yang tidak mencintainya. Amasha yakin, Adelle sedang bahagia saat ini. Hanya saja, Amasha tidak yakin apakah Adelle akan tahan menghadapi gunjingan orang-orang yang semakin hari terdenngar semakin tidak masuk akal karena terus dilebih-lebihkan.
Di samping kabar pembatalan pertunangan, kabar bahwa Jasmine Albara resmi menjadi penerus sah Albara group juga menjadi perbincangan hangat di kalangan pebisnis. Pasalnya, Jasmine Albara yang selama ini diremehkan karena statusnya sebagai ‘anak haram’ ternyata memiliki koneksi serta mendapatkan dukungan penuh dari pebisnis besar seperti Dewa Adiwinandra.
Namun dari semua yang terjadi, ada satu orang yang tidak peduli terhadap berita-berita hangat yang melibatkannya, dia adalah Keenan Dinata. Keenan sudah terlalu senang karena dia tidak harus menikahi Adelle, jadi pria itu tidak peduli lagi dengan apapun yang terjadi. Akhirnya, Keenan bisa kembali melanjutkan perjuangannya mendapatkan cinta Amasha sang gadis pujaan.
Pria tampan yang usianya setahun lebih muda dari Amasha itu tak henti-hentinya tersenyum sembari menatap Amasha yang masih fokus dengan komputer di meja kerjanya. Keenan tak bisa berhenti kagum terhadap wajah cantik dari gadis berjas dokter itu.
Merasa risih karena terus diperhatikan, Amasha menghela napas sambil mengalihkan pandangannya dari layar komputer kepada Keenan.
“Kamu bisa duduk di sofa aja enggak? Aku risih lihat kamu berdiri di depanku sambil melotot begitu,” ketus Amasha.
Keenan terkekeh merdu, “Aku tidak melotot, aku menatapmu dengan tatapan penuh cinta.”
Amasha mendecih, “Cepetan duduk sebelum kuusir dari ruanganku!”
Keenan mengangkat kedua tangannya, seolah menujukkan gesture bahwa dia sudah kalah. Pria itu kemudian duduk di sofa panjang yang ada di ruangan pribadi Amasha.
Melihat Keenan sudah duduk dengan nyaman, Amasha kembali fokus ke layar komputer.
Beberapa saat berselang, pintu ruangan Amasha terbuka lebar. Membuat Keenan dan si pemilik ruangan kompak menoleh ke pintu, menatap Adelle Albara yang melangkah ringan memasuki ruangan. Bungsu Albara itu meletakkan handbag nya ke atas meja sebelum menjatuhkan tubuhnya ke sofa, tepat di samping Keenan.
“Keenan, kamu pengangguran, ya? Kenapa setiap hari ada di sini, sih? Bukannya kerja!”
Keenan mendengus mendengar ucapan Adelle. “Kalimat itu datang dari gadis yang setiap hari bolos kerja dan pergi ke sini.”
Adelle terkekeh, “Aku bebas bolos kerja sesukaku, karena aku bukan penerus perusahaan kayak kamu.”
“Sejak kapan kamu jadi tidak bertanggung jawab seperti ini?”
“Sejak pertunanganku dengan Ben batal?” tanya Adelle tidak yakin, “pokoknya sejak beban hidupku berkurang satu persatu. Mulai sekarang aku mau menjalani kehidupan sesuai keinginanku, seperti kak Chriss.”
“Bisa enggak kalian berantemnya di tempat lain aja? Kalian enggak lihat aku lagi kerja? Aku harus mengetik catatan medis pasienku untuk diserahkan kepada dokter utama,” Amasha menatap dua sahabatnya yang asik berdebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amasha (END)
General FictionRambutnya selalu diikat berantakan, bibirnya pucat dan kering karena tak pernah memakai lipbalm, bulu matanya tak selentik gadis kebanyakan. Tapi wajahnya tetap cantik, senyumnya selalu menarik. Dia bukan orang miskin, gadis itu bisa membeli pabrik...