Keenan mengetuk pintu ruangan Amasha, tanpa menunggu sahutan dari sang pemilik ruangan, pria itu bergegas masuk dan menutup pintu lagi. Keenan menghampiri meja Amasha, kemudian meletakkan segelas ice Americano ke atas meja, dia lalu menatap Amasha yang sedang duduk di depan mejanya.
“menikahlah denganku, Amasha!”
Amasha menatap Keenan dengan tatapan datar, “kamu lagi mabuk ya? sampai ngelamar aku pakai segelas kopi begini.”
“grandma menyuruhku untuk segera menikah, tapi aku tidak mengenal gadis manapun selain kamu dan Adelle,” ujar Keenan.
Amasha meraih ice Americano dari Keenan kemudian menyeruputnya sekali, “kalau gitu nikahi Adelle aja, sebentar lagi dia kan mau putus sama Ben.”
“aku memang sangat menghormati keluarga Albara, tapi aku sama sekali tidak berniat menjadi bagian dari mereka. Terutama keluarga Ainesh Albara,” kata Keenan.
“kenapa?” tanya Amasha sambil meletakkan kembali gelasnya ke atas meja.
“karena aku membenci Ryu Albara,” sahut Keenan.
Amasha mendecih.
Keenan melangkah menuju sofa, pria tampan itu segera duduk di sofa menghadap Amasha.
“aku melihat aksimu di pernikahan Cathy Albara,” ujar Keenan.
Amasha berdecak sambil menoleh kepada Keenan, “udah lama aku nggak kekanakan begitu.”
Keenan terkekeh, “aku suka.”
Amasha mengerutkan dahi, “suka apa?”
“aku suka kamu yang kekanakan, itu mengingatkanku pada sosokmu yang periang di masa lalu. Entah sejak kapan kamu tumbuh dewasa dan menyebalkan seperti sekarang.”
“menyebalkan?” beo Amasha.
Keenan mengangguk, “menyebalkan, kamu sekarang adalah si disiplin yang gila kerja. Di pikiranmu hanya ada pekerjaan. Kamu tidak punya waktu untuk bermain bersamaku atau Adelle lagi. wah, semakin memikirkannya aku semakin kesal, Masha.”
Amasha mengangguk setuju, “benar juga, sejak kapan aku jadi begini?”
“entahlah,” sahut Keenan, “terkadang aku merindukan sosok ceriamu. Hatimu sekarang benar-benar dingin dan keras, ya? kamu tidak pernah mengeluh lagi kepadaku seperti dulu. Amasha benar-benar sudah berubah menjadi orang asing.”
“aku nggak berubah, Keenan. Aku cuma tumbuh dewasa.”
Keenan tak menyahut, dia hanya menatap wajah Amasha.
“kenapa lihatin aku begitu?” tanya Amasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amasha (END)
General FictionRambutnya selalu diikat berantakan, bibirnya pucat dan kering karena tak pernah memakai lipbalm, bulu matanya tak selentik gadis kebanyakan. Tapi wajahnya tetap cantik, senyumnya selalu menarik. Dia bukan orang miskin, gadis itu bisa membeli pabrik...