Amasha memasuki ruangan pribadinya. Dia berjingkat kaget saat mendapati Keenan sudah ada di ruangan.
“Keenan, kapan datengnya?” tanya Amasha sambil masuk dan segera menutup pintu ruangan.
“satu jam yang lalu,” sahut Keenan, “kamu baru selesai operasi?” tanya Keenan.
Amasha mengangguk, kemudian menghampiri Keenan yang duduk di sofa.
“mataku ngantuk banget, tapi aku lapar,” kata Amasha sambil menjatuhkan diri di samping Keenan.
“aku sudah menduga, jadi ku bawakan cheese cake untukmu,” kata Keenan.
“mana?” tanya Amasha.
“di mejamu,” sahut Keenan sambil menunjuk meja kerja Amasha.
Dengan senyuman lebar, Amasha menghampiri meja kerjanya dan langsung meraih bungkusan di atas meja itu kemudian duduk di kursi kerja.
“ruanganmu pindah lagi,” kata Keenan.
“iya, ruangan lamaku terlalu sempit dan pengap, jadi aku minta pindah. Kamu tahu dari mana ruangan baruku ini?”
“Cici yang mengantarku,” sahut Keenan.
Amasha mengangguk paham kemudian mulai melahap cake pemberian Keenan.
“apa semua dokter residen punya ruang pribadi begini?” tanya Keenan.
Amasha tertawa kecil, “tentu saja nggak! Aku satu-satunya dokter residen yang diberi ruang pribadi mewah seperti dokter spesialis khusus bangsal vip begini.”
Keenan mengangguk paham, “apa boleh buat? Kamu kan pemilik sah rumah sakit ini.”
Amasha menggeleng, “aku bukan pemilik! Aku cuma dokter residen biasa yang kebetulan bekerja di sini.”
“terserah bagaimana kamu menyangkalnya, sayang.”
“aku bukan sayangmu, Keenan,” protes Amasha.
“sebentar lagi aku akan menjadikanmu sayangku. Cepat atau lambat, kamu akan segera menjadi nyonya Dinata,” kata Keenan.
Amasha mendecih, menghadapi Keenan memang butuh kesabaran. Pria dingin dan jarang berbicara ini anehnya selalu cerewet kepada Amasha sejak mereka masih kecil.
“kembalilah ke Inggris dan nikahi gadis bangsawan, Keenan! Apa yang kamu harapkan dariku?’
“aku, kakak dan orang tuaku sudah bukan bagian dari keluarga bangsawan Inggris, Masha! Bahkan kewarganegaraan kami Indonesia.”
Amasha mengangguk, “ya, terserahmu Keenan. Atau kembali ke California dan berkencan dengan aktris Hollywood, itu juga bukan ide buruk, kan?”
“sangat buruk, Masha! Apa kamu sebegitu inginnya aku meninggalkan negara ini? Kenapa kamu terus mengusirku?”
Amasha tertawa, “biar kamu cepat sadar kalau aku ini bukan pilihan yang tepat buatmu, Keenan. Aku udah berkali-kali menegaskan kalau aku nggak akan memilih salah satu di antara kamu dan Ryu.”
Keenan mengangguk, “aku tahu, aku hanya memastikan. Jika memang bukan aku, setidaknya jangan Ryu! Aku tidak suka kalah darinya!”
“ya, kalian rival abadi!”
“mau jalan-jalan denganku?” tanya Keenan, mengalihkan pembicaraan.
Amasha menggeleng, “aku piket jaga malem hari ini.”
Keenan mengangguk mengerti, “oke, nanti aku akan mengirimkan makan malam untukmu.”
“makasih, Keenan. Kamu emang paling the best!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Amasha (END)
General FictionRambutnya selalu diikat berantakan, bibirnya pucat dan kering karena tak pernah memakai lipbalm, bulu matanya tak selentik gadis kebanyakan. Tapi wajahnya tetap cantik, senyumnya selalu menarik. Dia bukan orang miskin, gadis itu bisa membeli pabrik...