Yang pada baca ulang sambil nungguin Amasha update, Love you. Haha. Ngaret banget yah bun, kayak ban dalem.
Tenang, Amasha udah update nih. Jadi kalian jangan lupa apa? Jangan lupa ingatan! Becanda, jangan lupa vote dong!
Btw makasih banget 1k readers Amasha dan 100k Readers Selamat tinggal luka. Bissmilah, yok Amasha juga bisa 100k!
*****
“Amasha, kamu ikut?” tanya Faza, dokter IGD yang datang bersama para medis setelah Amasha menelfon pihak rumah sakit.
“aku nggak bisa ikut, Za. Harus memberi kesaksian ke pihak polisi demi membantu penyelidikan,” sahut Amasha.
“oke kalau gitu,” sahut Faza.
“dia bisa selamat, kan?” tanya Amasha.
“dari prediksiku peluang dia untuk selamat sangat besar berkat pertolongan pertama yang kamu berikan. Kamu berhasil menghentikan pendarahan di kepalanya,” Faza menjawab.
“selamatkan dia ya, Za. Aku nggak kenal sama dia, tapi entah kenapa aku merasa dia harus diselamatkan.”
“Masha, semua pasien memang harus diselamatkan,” tegur Faza.
“bukan gitu maksudku, tapi… udah deh, kamu buruan naik sana! Semua udah di dalam ambulance tuh!”
Faza mengangguk, dokter tampan itu segera berpamitan kepada Amasha selaku rekan kerjanya dan kemudian naik ke Ambulance yang membawa Devina menuju Adiwinandra hope hospital.
Setelah Faza pergi, Amasha kembali menghampiri Dean yang sedang berbincang serius dengan beberapa polisi di tempat kejadian tabrak lari Devina.
“Dean,” panggil Amasha.
Dean menoleh kepada Amasha, “perlu ku temani ke kantor polisi?”
Amasha menggeleng, “nggak usah, Dean. Kamu kan ada meeting penting sama klienmu. Aku pergi sendiri aja.”
“kamu nggak shock?” tanya Dean khawatir.
“Dean, aku ini dokter. Situasi kayak gini nggak cukup besar untuk membuatku shock atau panik. Aku pernah mengalami situasi kritis yang lebih parah lagi. Jadi kamu nggak perlu khawatir, ya?”
Dean mengangguk kaku, pria itu mengeluarkan kunci mobil dari saku jas kemudian memberikan kepada Amasha.
“kamu pakai mobilku aja, kamu juga buru-buru karena ada jadwal operasi, kan? Jadi setelah dari kantor polisi bisa langsung ke rumah sakit, nggak perlu nunggu taksi,” Dean menyarankan.
Tanpa pikir panjang, Amasha mengangguk sambil menerima kunci mobil Dean.
“makasih, Dean. Maaf ya, pertemuan kita kacau lagi,” kata Amasha sambil berlari meninggalkan Dean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amasha (END)
General FictionRambutnya selalu diikat berantakan, bibirnya pucat dan kering karena tak pernah memakai lipbalm, bulu matanya tak selentik gadis kebanyakan. Tapi wajahnya tetap cantik, senyumnya selalu menarik. Dia bukan orang miskin, gadis itu bisa membeli pabrik...