"Kau benar-benar datang, Minjeong-ah." kata Yujin sambil tersenyum memandangi perempuan itu.
"Temanku sedang kembali dari rantauan, mana mungkin aku tak menemuinya." balas perempuan yang dipanggil Minjeong itu.
Mendengar itu, Yujin kemudian membawa Minjeong ke dalam rangkulannya. Mereka itu berteman dan sudah saling mengenal sejak lama. Minjeong juga merupakan salah satu teman pertama Yujin di Korea walaupun berbeda sekolah. Mereka mengikuti kursus musik yang sama dan dari situlah mereka menjadi dekat.
Minjeong dengan aktif mengajak Yujin berbicara dan berbagi cerita. Selain dengan Minju dan sahabat perempuannya yang lain, Yujin juga cukup terbuka dalam hal berbagi cerita dengan Minjeong. Itu karena Minjeong juga seorang pendengar yang baik.
Bosan hanya duduk terus memandangi sungai. Yujin mengajak Minjeong ke sebuah kedai es krim dan setelah itu kembali lagi ke tempat duduk mereka sebelumnya.
"Kenapa kau ambil jurusan fashion design? Kau benar-benar ingin berhenti bermusik?" tanya Yujin disela-sela dirinya memakan es krim. Minjeong hanya mengangguk sebagai jawaban, ia sedang asyik menghabisi es krimnya.
"Kau mau es krim lagi, hm?" tanya Yujin lagi setelah melihat es krim Minjeong yang sudah habis.
"Tidak usah, Yujin. Itu sudah cukup." jawab Minjeong sembari membersihkan mulutnya dengan tisu. Ia juga memberi beberapa lembar tisu ke Yujin yang baru saja selesai dengan es krimnya.
"Aku ada beberapa demo lagu, kalau kau mau akan ku berikan padamu." ucap Yujin yang sekarang sudah menghadap ke Minjeong. Ia senderkan lengannya ke sandaran kursi dengan tangan yang menopang kepala.
"Aku sudah tidak tertarik, Yujin. Sekarang aku hanya ingin menjadi seorang desainer yang handal." jawab Minjeong dengan santai.
Minjeong sekarang menghadap Yujin, "Ah, ngomong-ngomong teman yang sekelompok denganku pacarnya juga kuliah musik di Australia. Tapi aku tidak tahu namanya. Aku tidak bertanya karena tidak ingin tahu juga. Lagi pula waktu itu aku lupa kau kuliah dimana dan baru ingat tadi saat kau bercerita."
Yujin hanya menahan ketawanya saat mendengar cerita Minjeong.
"Itu aku, Minjeong-ah." kata Yujin.
"Ooooh—ah, oh, tunggu.. kau?" tanya Minjeong dengan mengernyit. Yujin mengangguk, "Iya, aku. Pacar Minju teman sekelompokmu itu aku, Kim Minjeong alias Winter."
"Ya! Jadi sahabat perempuan sekaligus tetanggamu yang sering kau ceritakan itu Minju?" Yujin mengangguk lagi menjawab pertanyaan itu.
"Omona sesange.. bagaimana bisa Seoul sekecil ini.." kata Minjeong sambil menggelengkan kepalanya. Yujin hanya terkekeh mendengar itu.
"Aku sudah tahu sejak ia mulai bercerita kalau sedang mengerjakan sebuah baju dengan seorang yang dipanggil Winter di kampusnya. Aku sudah yakin kalau itu dirimu. Dan benar saja, saat Minju mengirimkan selca-nya denganmu, itu benar-benar Winter yang ku kenal." jelas Yujin.
"Kalau begitu panggil aku Winter mulai sekarang."
"Shireo! Minjeong lebih baik."
Minjeong langsung memberikan sebuah pukulan di bahu Yujin.
"Yaaak! Appo!" kata Yujin yang terus menerus mengelus bahunya yang sakit bekas pukulan Minjeong.
"Minjeong-ah, boleh aku bertanya sesuatu?" Kini posisi Yujin sudah seperti semula, Minjeong juga sudah berhenti memukuli Yujin dan kini sudah beralih menatap Yujin kembali.
"Siapa itu Chani?" tanya Yujin dengan hati-hati.
"Wae? Ada apa dengannya?"
Yujin tampak berpikir, apakah ia harus ceritakan ini atau tidak. Tapi setelah menimangnya, Yujin memutuskan untuk menceritakan kejadian sebelumnya yang sampai membuatnya sekarang berada di pinggiran Sungai Han dan meminta Minjeong datang menemuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
at eighteen | jinjoo ✔️
Fanfiction⚠️ gender bender. Ahn Yujin, suka bernyanyi dan bermain musik. Kim Minju, suka mendengarkan Yujin yang bernyanyi dan bermain musik. "Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control...