"Yujin.." pintu studio Yujin terbuka, ada Ibunya berdiri di sana. Yujin yang baru selesai melakukan rekaman suara langsung berjalan menuju Ibunya.
"Ada apa, mom?"
"Kamu sedang rekaman?" Yujin menjawab dengan sebuah anggukan, "Ya, tapi ini sudah selesai tinggal edit beberapa bagian saja."
"Eomma minta tolong antar cookies ke rumah Chaeyeon, Yena, dan Minju, ya?"
"Ah, okay. Wait a minute. I have to turn this off first."
"The cookies are in the kitchen and already packed. Kamu tinggal antar saja, Eomma mau siap-siap pergi dengan Appa. Okay?"
Yujin mengangkat jempolnya. Setelah itu, ia kembali ke komputernya dan sedikit menyelesaikan pengerjaan lagunya. Setelah memastikan semua tersimpan, ia langsung mematikan komputernya dan menuju dapur.
Disana sudah ada tiga paper bag yang berisi cookies buatan Ibunya, langsung saja diambilnya ketiga paper bag itu.
Tujuan pertamanya adalah rumah Yena, lalu Chaeyeon, dan yang terakhir adalah Minju.
Tak memerlukan waktu lama bagi Yujin untuk mengantarkan cookiesnya ke rumah Yena dan Chaeyeon, karena kedua sahabatnya itu sedang tidak ada di rumah, jadi Yujin hanya bertemu dengan Ibu mereka saja.
Kini Yujin telah berada didepan rumah Minju dan sedang menunggu untuk dibukakan pintu.
"Hai!" sapa Yujin saat pintu telah terbuka, "Ini, Eomma membuatkan cookies." jelasnya sambil memberikan paper bag-nya pada Minju.
"Thank you, bilang Eomma ya! Sini masuk, aku membuatkan bulgogi kesukaanmu."
"Tumben?" tanya Yujin heran.
"Hanya ingin." jawab Minju dengan santai setelah meletakkan cookies nya di meja, kemudian ia kembali ke dapur untuk melanjutkan kegiatan memotong bahan-bahannya.
Yujin berdiri disebelah Minju, "Perlu ku bantu?" Minju menggeleng, "Sudah duduk saja."
Cup.. Yujin menjatuhkan sebuah kecupan di pelipis kiri Minju, "Okay then." kemudian ia memutuskan untuk menunggu di meja makan sambil bermain game di ponselnya.
Pipi Minju sudah memerah, ia tak bisa menahan rasa malunya. Dengan gugup, Minju melanjutkan memasak.
Beberapa waktu kemudian, Minju yang sudah selesai memasak mulai menyiapkan makanannya di meja makan. Dilihatnya Yujin tertidur dengan lengannya sebagai bantal dan ponsel yang masih di genggaman tangannya.
Dengan hati-hati, Minju membangunkan Yujin sambil menepuk pelan bahunya, "Sayang, bangun.."
"Hmm.." Yujin mulai terbangun dari tidurnya. Matanya langsung terbuka lebar melihat masakan Minju yang sudah tertata rapi dihadapannya.
"Minum dulu nih, kamu tumben banget ketiduran sore-sore?" tanya Minju sambil memberikan segelas air pada Yujin.
"Tiba-tiba ngantuk aja tadi." jawab Yujin setelah menghabiskan airnya.
"Cuci muka dulu gih, terus langsung makan." Yujin hanya mengangguk, kemudian langsung menuju wastafel untuk membasuh mukanya dan secepat mungkin kembali ke meja makan.
"Selamat makan!" seru Yujin masih agak lemah karena nyawanya belum sepenuhnya kembali. Dengan perlahan Yujin menyantap masakan Minju.
"Gimana? Enak?" tanya Minju dengan senyum khasnya.
"Selalu." jawab Yujin tak kalah manisnya sambil menatap Minju. Kemudian mereka pun makan bersama.
Selesai makan, Minju merapikan meja dan mencuci piring, sedangkan Yujin membuat teh untuk teman makan cookiesnya.
Setelah selesai merapikan semuanya, Minju pun ikut bergabung dengan Yujin yang sudah menunggu di ruang tamu.
"Yujinie.."
"Ya sayangku.." adanya Minju disebelah Yujin, membuat Yujin menghentikan aktivitasnya bermain ponsel dan langsung memperhatikan kekasihnya itu.
"Aku mau ngomongin tentang hubungan kita kedepannya gimana."
Mendengar intonasi Minju yang rendah, Yujin gugup. Tapi sebisa mungkin Yujin menyembunyikan kegugupannya itu.
"Kenapa sayang?"
"Ya mau ngomongin gimana nanti kalau kita udah LDR."
"Harus banget diomongin sek—"
"Iya." Dengan cepat Minju memotong perkataan Yujin.
"Nggak bisa kita nikmat—"
"Nggak, Yujin, bulan depan kamu sudah berangkat."
"Aku cuma mau kita nikmati waktu bersama dulu."
"Aku yang nggak bisa berhenti mikirin tentang nanti, Yujin."
"Kamu kira aku nggak mikirin ini juga? Aku selalu mikirin gimana cara biar aku bisa terus ada buat kamu, Minju!"
Mata Minju mulai berkaca-kaca, "Kamu bentak aku?"
Ya, memang tadi Yujin sedikit meninggikan suaranya. Setelah itu, Yujin hanya menundukkan kepala. Ia sungguh tidak ingin membicarakan ini.
"Ini pertama kalinya kita jauh dalam waktu yang lama, kamu ngerti nggak sih?!" Kali ini Minju yang sedikit berteriak. Yujin tersentak.
Melihat air mata Minju yang sudah menggenang di pelupuk matanya, Yujin langsung membawa Minju ke dalam pelukan, "Maaf, aku nggak maksud bentak kamu."
Tangis Minju pun pecah di dalam pelukan Yujin.
Cukup lama Yujin berpikir untuk merangkai kata-kata terbaik supaya bisa menenangkan Minju.
Dengan sekali tarikan napas, Yujin mulai berbicara, "We can get through this, sayang. Kita bisa selalu cerita tentang kegiatan masing-masing, kalau ada masalah jangan dipendam sendiri, kita bisa video call tiap malam, dan masih banyak lagi yang bisa kita lakuin nanti." ujar Yujin sambil menenangkan Minju.
"Sudah ya, jangan nangis terus..."
"Hiks.. hikss..." Minju masih terus menangis.
Yujin melepas pelukannya, lalu menatap Minju. Tangannya terulur untuk menghapus air mata Minju.
"Minju, hatiku ini sepenuhnya punya kamu, selamanya juga akan begitu. Geogjeonghajima.. " tegas Yujin sambil menggenggam kedua tangan Minju.
Minju kemudian memeluk Yujin dengan erat dan kembali menangis, "Jangan tinggalin aku, Yujin.. hiks.. hiks.."
Di lubuk hati Yujin paling dalam, ia juga enggan meninggalkan Minju. But, life must go on right?
———
Congratulations IZ*ONE for winning favorite female group in MAMA 2020 and for Panorama comeback!<3
Note :
Maaf banget untuk updatenya lama dan sedikit banget kali ini, semoga kalian tetep suka! Btw, kira-kira mereka bisa bertahan ga ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
at eighteen | jinjoo ✔️
Fiksi Penggemar⚠️ gender bender. Ahn Yujin, suka bernyanyi dan bermain musik. Kim Minju, suka mendengarkan Yujin yang bernyanyi dan bermain musik. "Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control...