10

514 75 9
                                    

Suasana tenang dengan musik yang mendominasi tercipta di mobil yang tengah dikendarai Bomin.

Bomin tampak menikmati itu dan masih aktif mengajak Minju berbicara, walaupun hanya dibalas sekedar oleh Minju.

Minju malas menanggapi Bomin, ia kesal karena setelah makan malam dirinya tak langsung diajak pulang.

Pikirannya pun tertuju pada sahabat-sahabatnya. Minju sadar semenjak dirinya pamit untuk pergi dengan Bomin, ada raut wajah tidak suka dari ketiga sahabat laki-lakinya. Apalagi tadi Bomin dengan kentara mengajaknya untuk cepat pergi dari sana.

Sungguh tidak enak rasanya, terutama pada Yujin. Entah mengapa, tapi Minju merasakan kalau dia telah menyakiti Yujin.

Melihat Minju yang tampak gusar, Bomin pun menepikan mobilnya.

"Minju, ada apa?"

"Tidak ada. Kenapa berhenti?"

"Minju-ya, aku ingin—"

"Sudah ku bilang tidak. Mau sampai kapan terus begini?"

"Sampai kamu berubah pikiran.."

"Tolong dengar aku, sekarang yang kau lakukan ini bukanlah cinta, juga bukan obsesi. Ini sifat keras kepala dan kompetitifmu yang berbicara," Minju menjeda kalimatnya, "Dulu kamu selalu mendapatkan apa yang kamu mau dan ini pertama kalinya kamu merasakan perasaan seperti sekarang ini. Masih untung aku mau datang bersamamu ke acara tadi."

"Kalau kompetitif kenapa? Aku hanya ingin memilikimu kembali."

"Cara berpikirmu sudah salah. Aku ini bukan barang milikmu."

"Kau juga jangan kira kau itu hebat, Minju-ya."

Minju tak berniat melanjutkan pembicaraan ini lagi, ia memalingkan wajahnya keluar jendela, "Tolong antar aku pulang."

Bomin menarik Minju dan memeluknya dengan erat. Minju berusaha menjauhkan badannya dengan mendorong Bomin, "Maumu ini apa? Jangan macam-macam!"

Bomin tak menghiraukan peringatan Minju, ia masih memaksa Minju untuk memeluknya dan dengan sekuat tenaga Minju berusaha mendorong Bomin.

Karena tenaganya lebih besar, kini Bomin sudah mencengkeram kedua bahu Minju dan berusaha untuk menciumnya. Minju mulai meneteskan air matanya, ia takut, dan dengan tenaga yang tersisa ia terus menghindari ciuman Bomin dan berhasil mendorong Bomin hingga terbentur stir mobil.

Melihat Bomin yang lengah karena kesakitan, dengan cepat Minju pun keluar dari mobil tersebut.

Sambil menangis ia berteriak ke Bomin, "Kau sungguh memalukan! Aku membencimu!" Setelah itu Minju menutup pintu mobilnya kasar, lalu lari dari sana dan tak memperdulikan orang yang melihatnya heran.

---

Yujin sedang menenangkan dirinya, ia kini sedang duduk di salah satu bangku taman di pinggir Sungai Han.

Jujur, memang ada beberapa hal yang selalu mengusik pikirannya belakangan ini dan itu cukup menggangu Yujin. Biasanya ia akan curhat ke Minju untuk sekedar melepas beban pikirannya, tapi mana mungkin ia harus curhat mengenai perasaan terhadap sahabatnya itu sendiri?

Yujin mengacak-acak rambutnya frustasi. Ponselnya pun berdering, tertera nama Minju's Eomma disana. Ia mengatur napasnya dulu sebelum mengangkat panggilan itu.

"Yeoboseyo, Eommoni. Selamat malam."

"Malam, Yujin. Apa acara di sekolah sudah selesai?"

"Sudah selesai dari tadi, Eommoni."

at eighteen | jinjoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang