Malam itu Yujin pulang berbarengan dengan Yena dan Chaeyeon dalam kendaraan terpisah.
Di perjalanannya, Yujin tak henti-hentinya memikirkan apa yang telah terjadi pada Minju tadi. Tiba-tiba, rasa ingin terus bersama dan selalu menjaganya semakin besar.
"Apa aku benar mulai mencintainya?" tanyanya pada diri sendiri.
"Apa aku sanggup terus menjaganya?"
"Tapi aku sudah melakukannya selama ini."
"Yujin ayo berpikir.."
"Tapi kalau dia hanya menganggap ku sebagai sahabat bagaimana?"
"Aishhh jinjja.." Yujin memukul stir mobilnya. Ia bingung. Sangat bingung akan perasaannya sendiri.
Sesampainya di rumah, Yujin tak langsung beristirahat ke kamarnya padahal hari ini ia lelah sekali.
Yujin mendudukkan dirinya di sebuah kursi dan berhadapan dengan sebuah piano yang ada di ruang tengahnya. Ia mulai memainkan jarinya, menekan tuts piano. Ini juga salah satu bentuk pengalihan pikirannya.
Lewat musik, Yujin mampu meluapkan perasaan yang dipendamnya dan malam itu Yujin habiskan dengan bermain bersama pianonya.
---
Yujin berjalan gontai menuju unit Sakura. Tadi, pagi-pagi sekali, ia sudah dibombardir dengan begitu banyak panggilan masuk dari Minju yang meminta untuk cepat menjemputnya. Alhasil, sekarang disinilah Yujin berada, di depan unit Sakura dan sedang menunggu dibukakan pintu oleh sang empunya.
Ceklek.. Pintu didepannya terbuka dan ada sosok Sakura terlihat disana.
"Yujin, masuk dulu. Sarapan disini."
"Tidak usah repot-repot, Noona."
"Aku dan Minju sengaja memasak lebih. Kita tahu kamu belum sarapan kan?" Yujin pun akhirnya menyetujui, lalu ikut masuk ke dalam unit Sakura dan langsung duduk di meja makannya.
"Minju mana, Noona?" tanya Yujin sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru ruang.
Sakura pun ikut memperhatikan ruangan yang sepi itu mencari keberadaan Minju yang tak ada disana, "Mungkin ke kamar mandi." Yujin hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
Tak lama setelah itu, Minju benar keluar dari kamar mandi.
"Yujinie!" sapanya sambil berjalan menuju meja makan dan hanya dibalas dengan senyuman oleh Yujin. Minju mengambil posisi duduk disebelah Yujin yang berhadapan dengan Sakura.
"Eomma-mu pergi ke rumah Halmoni dan Haraboji." jelas Yujin singkat.
"Ya, tadi Eomma sudah menelponku."
"Kamu sudah lama nggak pergi kesana."
"Memangnya mau antar?" tanya Minju sambil menatap Yujin.
"Why not?" balas Yujin.
"Yasudah, tapi pulang dulu ya? Mau ganti baju.." jawab Minju dengan nada manjanya, dan Yujin hanya mengangguk mengiyakan.
"Ayo makan, keburu dingin." ajak Sakura.
"Selamat makan!" seru Minju yang langsung memulai kegiatan makannya, disusul Sakura, lalu Yujin.
Saat mereka sedang membersihkan meja makan, terdengar suara pintu terbuka, semua atensi pun mengarah kesana.
"Hyung! Kalau ternyata kau kesini, kenapa aku yang menjemput Minju?" seru Yujin seperti tidak terima.
Takk... Sebuah sentilan mendarat di kening Yujin, "Aku ada urusan dengan Sakura di kampus setelah ini, bagaimana mau mengantar Minju pulang?!"
"Aduh," ucap Yujin sambil mengusap keningnya, "ya maaf, aku kan tidak tahu."
"Kamu terpaksa jemput aku, Ahn Yujin?" tanya Minju yang sedang mencuci piring itu.
"Anu.. bukan begitu.. tapi kan apa salahnya kalau Chae-hyung kesini sekalian mengantarmu pulang."
Minju yang sudah selesai mencuci piring hanya berjalan melewati Yujin untuk mengambil barang-barangnya.
"Aishh, kau bodoh Yujin, kenapa harus berbicara begitu." ucap Yujin dalam hati menyalahkan dirinya sendiri.
"Ayo, Yujin." ajak Minju yang kini sudah berada disebelahnya. Yujin gelagapan, "Ah, iya." jawabnya cepat dan langsung mengenakan jaketnya.
"Oppa, Eonnie, aku pulang dulu ya?"
"Hati-hati ya." jawab Sakura yang langsung memeluk Minju dan langsung dibalasnya, "Terima kasih banyak, Eonnie dan maaf kalau aku merepotkan."
"Sering-sering kesini ya, Minju. Eonnie juga suka bosan kalau sendiri terus." Sakura melepas pelukannya dan Minju hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Noona, Hyung, aku pamit. Terima kasih untuk makanannya." ucap Yujin dengan sedikit membungkuk.
"Kamu bawa motor, Yujin?" tanya Chaeyeon dan hanya dibalas dengan anggukan oleh Yujin.
"Yasudah, hati-hati ya bawa motornya. Jalanan ramai hari Minggu."
"Beres, bos." jawab Yujin sambil mengacungkan jempolnya.
---
Di parkiran, saat Yujin hendak menaiki motornya seketika pergerakannya terhenti karena Minju menahannya.
"Mmm.. Yujinie.." Yujin menatap Minju dengan tatapan heran sambil menaikkan salah satu alisnya.
"K-kamu marah ya soal semalam?" tanya Minju dengan hati-hati. Yujin duduk di motornya, menatap Minju yang masih berdiri, lalu mengusap tengkuknya sambil menghela napas.
"Aku nggak mampu bertindak, juga nggak bisa. Mana mungkin aku baik-baik saja."
Minju menundukkan kepalanya, "Mianhae.."
"Kesalahan apa yang kamu buat?"
Minju semakin menunduk, memainkan jarinya, "Sudah tahu masih tanya.."
"Aku sudah buat semua orang khawatir, Yujin. Terutama kamu, aku tahu kamu juga kesal dari awal karena tak memberitahu aku berangkat dengan Bomin. Kemarin aku nggak kepikiran buat telepon. Aku sebenarnya berharap kamu berada di sisiku.."
Yujin menangkup wajah Minju, menatap kedua manik matanya yang sayu, lalu membawa Minju ke pelukan. Minju mematung.
"Aku serius dengan ucapan ku dulu yang akan selalu menjagamu, Minju. I won't leave you alone."
Minju memberanikan diri membalas pelukan Yujin.
"Aku minta maaf kalau perkataan ku semalam menyinggung mu." Minju menggelengkan kepala, "I'm okay."
Yujin melepas pelukannya, ia masih menatap Minju.
"Minju-ya," Yujin memejamkan mata sambil mengatur napasnya, lalu kembali menatap Minju, "let me love you."
KAMU SEDANG MEMBACA
at eighteen | jinjoo ✔️
Фанфик⚠️ gender bender. Ahn Yujin, suka bernyanyi dan bermain musik. Kim Minju, suka mendengarkan Yujin yang bernyanyi dan bermain musik. "Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control...