7

476 72 3
                                    

Semakin hari, Yena dan Yuri semakin dekat, buktinya saat ini Yuri sedang latihan bersama Yujin dan band, Yena tetap setia untuk menunggunya. Tapi Yena belum berani untuk mengutarakan perasaannya, katanya masih ingin pendekatan dulu.

Berbeda dengan Yujin, yang semakin hari semakin ragu dengan perasaannya pada Minju, walaupun perasaan itu terus berkembang. Yujin takut jika nanti ia melibatkan cinta, persahabatan yang telah terjalin lama akan menjadi sia-sia. Ia juga takut, suatu saat nanti ia menyakiti Minju, dan jelas Yujin tak mau hal itu terjadi.

Yujin ingin sekali curhat kepada Yena dan meminta pendapat sahabatnya itu, tapi Yujin selalu berpikir bila masalah perasaannya ini masih bisa diatasi sendiri.

"KERJA BAGUS UNTUK HARI INI!!" dan di dalam studio pun menjadi ramai dengan tepuk tangan dari yang baru selesai latihan. Mengingat acara ulang tahun sekolah tinggal dua hari lagi, mereka pun memaksimalkan latihannya sampai latihan terakhir sekarang ini.

Memang sudah jadi kebiasaan Yujin dan bandnya bila diundang untuk mengisi sebuah acara, mereka selalu menyelesaikan sesi latihan dua hari sebelum hari H dan menggunakan waktu kosongnya itu untuk beristirahat karena sudah latihan dengan intens di hari-hari sebelumnya.

"Terima kasih atas bantuan kalian semua." Yuri membungkukkan badannya dengan sopan setelah berterima kasih.

"Sama-sama, Yuri-ssi. Lain kali kalau perlu pengiring, hubungi saja kami!" ucap Jisung selaku pemimpin dari band.

"Benar, Yuri-ssi. Walaupun nanti kita sudah lulus, kita akan tetap membantu jika kau membutuhkan." tambah Junghwan.

"Sekali lagi, terima kasih semuanya. Senang bisa bekerja sama dengan kalian, sayang sekali ini event terakhir kita di sekolah."

Semua yang ada di ruangan itu pun raut wajahnya berubah murung setelah mendengar pernyataan yang diungkapkan Yuri. Karena memang benar, itu event terakhir mereka di sekolah sebagai siswa. Mungkin di tahun-tahun berikutnya mereka akan datang sebagai alumni.

Setelah acara ulang tahun sekolah ini selesai, seluruh kegiatan belajar mengajar akan kembali seperti semula. Dan bagi Yujin dkk, mereka sudah tak memiliki waktu untuk bermain-main lagi karena setelah ini pasti banyak persiapan untuk ujian kelulusan yang akan datang.

Semuanya pun memutuskan untuk kembali pulang. Termasuk Yena yang akan mengantar Yuri pulang.

"Yena-ya, cepat pulang. Ingat kita harus ke rumah Minju." pesan Yujin. Yena mengangguk dan mengangkat jempolnya sebagai jawaban.

"Yujin, aku pamit pulang."

"Hati-hati ya kalian." Yujin melambaikan tangannya setelah mengantar Yena dan Yuri ke depan rumahnya. Setelah itu, ia langsung masuk ke dalam rumahnya dan memutuskan untuk bersiap-siap.

---

Yujin sedang berjalan menuju rumah Minju dengan membawa sebuah paper bag ditangannya. Tiba-tiba ponselnya berdering, terlihat di layar kalau Ibunya yang menghubungi, Yujin pun berhenti dan mengangkat panggilan itu.

"Yeoboseyo.."

"Yujin, sudah di rumah Minju, nak?"

"Ini sedang jalan kesana."

"Kadonya sudah dibawa?"

"Sudah, Eomma. Bagaimana kabar Appa?"

"Appamu baik, ia sedang mandi sekarang, baru pulang kerja."

"Baiklah kalau begitu."

"Yasudah kalau begitu, Eomma nanti menelpon kesana."

"Nde, Eomma. Cepat pulang."

"Nde, anakku tercinta."

Setelah itu sambungan terputus. Saat sudah sampai di depan rumah Minju, ia langsung memencet belnya. Tak lama pun pintu terbuka.

"Aboji, annyeonghaseyo." kata Yujin sambil membungkuk dengan sopan.

"Yujin, silahkan masuk." Yujin pun masuk ke dalam rumah Minju, tak lupa dengan paper bag yang dibawanya, ia pun menyerahkan paper bag tersebut kepada Ayah Minju, "Aboji, ini untukmu. Selamat ulang tahun."

"Ah, terima kasih, Yujin-ah. Tak perlu repot-repot." jawab Ayah Minju sambil menepuk pelan bahu Yujin.

"Wah, Eommoni sepertinya sibuk sekali. Ada yang bisa ku bantu?" tanya Yujin saat melihat Ibu Minju sedang menata meja.

"Aigo, kau datang cepat sekali. Tidak usah, ini sudah selesai." Yujin pun memutuskan untuk menyalami Ibu Minju yang sudah selesai dengan pekerjaannya.

"Minju mana, Eommoni?"

"Mungkin masih bersiap-siap di kamarnya. Duduk, Jin, kalau mau minum ambil sendiri ya. Eomma ganti baju dulu."

"Nde, Eommoni. Terima kasih." Yujin pun duduk di ruang tamu bersama Ayah Minju. Mereka pun mengobrol santai sampai keluarga Chaeyeon dan Yena datang. Yujin pun langsung memberi salam. Tak lama setelah itu, Minju dan Ibunya bergabung di ruang tamu sambil menunggu Yena yang belum datang karena mengantar Yuri.

Saat Yena sudah datang, mereka semua langsung memulai acara ulang tahun Ayah Minju dengan makan-makan, tak lupa juga mem-video call Ayah dan Ibu Yujin yang tak dapat bergabung secara langsung disana. Rumah Minju menjadi ramai penuh dengan suka cita.

Selesai makan, semua berkumpul di ruang tamu. Chaeyeon, Yena, Yujin, dan Minju duduk di karpet sedangkan para orang tua duduk di sofa.

"Yena, Yujin, Minju, kalian sudah ada rencana untuk lanjut kemana setelah lulus?" tanya Ayah Chaeyeon tiba-tiba. Yena, Yujin, Minju pun saling memandang.

"Hm, aku ingin mengambil Business Administration di Seoul National University atau di Sungkyunkwan University." jawab Yena.

"Kalau aku akan mendaftar di jurusan Theater atau Fashion Design di Sungkyunkwan University." Setelah mendengar jawaban Minju, semua langsung menatap ke arah Yujin.

"Aku sudah mendaftar di University of Melbourne, ambil Music dan Fine Arts. Minta doanya ya semua." jawab Yujin sambil mengusap tengkuknya.

"Kapan kau daftarnya?" kini Chaeyeon yang bertanya.

"Tadi malam, Hyung."

"Yujin dari kecil memang ingin kuliah disana, dulu dia sering menonton pertunjukan yang diadakan oleh Departement of Arts-nya, dan dia ingin menjadi bagian dari itu semua." jelas Ayah Yujin yang masih terhubung. Semuanya pun mengangguk mengerti.

Tapi ada satu orang yang terlihat gelisah setelah mendengar jawaban Yujin. Bisa tebak?

Ya, orang itu adalah Minju. Ia tampak gelisah dan tak terima dengan pernyataan Yujin yang akan melanjutkan pendidikan di kota kelahirannya, apalagi itu sudah menjadi keinginannya sejak kecil.

Dalam hati Minju paling dalam, ia tak ingin berpisah dari Yujin. Tak bertemu dengannya sehari saja Minju sudah resah, apalagi harus jauh dari Yujin. Belum tentu jika Yujin sudah berkuliah disana akan sering pulang ke Korea.

Yujin hanya bisa menatap Minju yang berada di seberangnya. Sebenarnya ia juga tak ingin meninggalkan Minju, tapi ia harus mengejar cita-citanya disana untuk menjadi seorang lulusan sarjana musik yang jenius. Toh juga kalau Yujin sukses, semua orang akan bangga dengannya, termasuk Minju.

at eighteen | jinjoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang