Minju diam saja setelah mendengar pernyataan Yujin, raut wajahnya tenang, tapi matanya masih tetap menatap Yujin untuk mencari kejujuran dari pernyataannya.
Yujin masih sabar menunggu respon dari Minju, ia pun menggenggam salah satu tangannya.
"I've been thinking about this for a long time.. Aku nggak berharap kalau kamu punya perasaan yang sama ke aku, tapi tolong biarin aku cinta sama kamu."
Minju masih tetap memandang Yujin, tangannya mengusap kepala Yujin, "I never thought you would be like this, Yujin."
"Maaf aku bertindak sejauh ini."
Yujin menunduk, "Aku benar-benar nggak bisa kalau hal seperti semalam terjadi lagi ke kamu. For sure, aku juga sudah sering bilang ini ke kamu."
Minju mendekatinya dan langsung memeluknya, "You're the best thing that ever happened to me, Yujin. Thank you."
Tak dipungkiri, Minju menahan rasa senang sekaligus rasa gugupnya. Hari ini lah yang ia selalu bayangkan, dimana yang didamba menyatakan perasaan yang ternyata sama dengan apa yang dirasakannya.
Ya, Ahn Yujin mencintainya.
Minju semakin mengeratkan pelukannya, "Aku sayang kamu, Yujin. Serius."
Yujin tersenyum kecil dalam pelukan Minju, yang tadinya ia diam mematung, sekarang mulai membalas pelukan Minju.
Tak berselang lama, dari depan lobi ada dua sejoli yang baru keluar dan hendak menuju parkiran, tapi tiba-tiba salah satu dari mereka menghentikan langkahnya.
"Sayang, kenapa berhenti? Ayo, kita kan buru-buru." gerutu si perempuan.
"Akhirnya...."
Merasa aneh karena tiba-tiba kekasihnya berhenti dan tersenyum, si perempuan pun mengikuti arah pandang kekasihnya.
"Heee??!" ucapnya tanpa sadar sambil menutup mulutnya, tak percaya akan pemandangan yang dilihatnya.
"Aku harus mengabadikannya. Kita punya pasangan baru." Chaeyeon segera mengambil ponselnya, membuka kamera, lalu membidik ke arah Yujin yang sedang menggenggam tangan Minju sambil menatap Minju dengan senyum manisnya, apalagi disana terlihat dengan jelas kalau pipi Minju merona.
---
Hari sudah malam, tapi Yujin dan Minju masih berada di perpustakaan untuk belajar. Awalnya mereka bertiga, tapi Yena pulang lebih dulu karena sudah lelah katanya."Yujin.." panggil Minju dengan pelan sambil mengusap tangan kiri Yujin karena Yujin sedang fokus menjawab latihan soal.
Yujin mengangkat kepalanya, menatap Minju, "Ada apa?"
"Kenapa Melbourne?" tanya Minju.
"Hm?"
"Kamu tahu maksudku.." Minju menunduk, memainkan ujung kertas dihadapannya.
"Aku kan belum tentu diterima disana, sayang." kini Yujin menggapai tangan Minju untuk digenggam.
"Kalau ternyata kamu diterima?" Minju kembali menatap Yujin.
"Kamu masih bisa liburan ke Melbourne atau aku pulang ke Korea." jawab Yujin dengan santainya.
"Yujin, aku nggak bercanda. Aku nggak mau kamu jauh dari aku.." ucap Minju dengan nada memelas.
Hening..
Yujin tampak berpikir sebelum membalas perkataan Minju. Ia menarik napasnya, "Aku tahu long distance memang berat. Aku juga nggak bisa bilang kalau kita pasti bisa jalanin semuanya tanpa hambatan. Tapi aku percaya kalau kita bisa berkomunikasi dengan baik." Yujin tersenyum sambil mengusap tangan Minju menggunakan ibu jarinya.
"Kita bisa saling percaya kan?" tanya Yujin memastikan.
Minju ragu untuk menjawab 'iya', tapi dirinya bisa melihat keyakinan Yujin dari sorot matanya, setelah itu ia mengangguk dengan yakin.
"Pulang, yuk? Aku capek, sudah malam juga." ajak Yujin untuk mengubah suasana.
Ia tahu Minju sedang berperang dengan pikirannya sendiri, begitu pula Yujin yang sudah memikirkan hal ini sejak awal, hanya saja ia tak mau begitu terlihat kalau sedang ada pikiran.
---
2 bulan telah berlalu, mungkin itu adalah 2 bulan terberat bagi Yena, Yujin, dan Minju karena mereka harus belajar intensif untuk ujian, dan untungnya semua sudah berakhir hari ini. Semua rangkaian ujian yang mereka harus lalui sudah selesai dan tinggal menunggu hasilnya saja.
Selama itu juga, bagi Yujin dan Minju adalah perubahan dalam kisah mereka. Entah mereka bisa dibilang sepasang kekasih atau bukan, tapi semenjak Yujin menyatakan perasaannya, Minju seperti menerima.
Yujin juga sebenarnya tidak terang-terangan meminta Minju untuk menjadi kekasihnya, semua berjalan begitu saja. Semoga tidak ada rasa sakit ataupun tangis selama mereka menjalin 'hubungan', itu harapan Yujin.
Hari ini, hari yang menegangkan bagi Yujin, karena hari ini lah pengumuman penerimaan mahasiswa baru di University of Melbourne. Ia sudah gelisah sejak pagi hari menunggu e-mail masuk dari Melbourne.
Orang tuanya sudah kembali ke Korea dan sekarang mereka sedang mengadakan acara kecil-kecilan karena Yena, Yujin, dan Minju sudah selesai ujian.
Hari menjelang malam dan rumah Yujin cukup ramai karena dipenuhi oleh 4 keluarga. Tak lupa Yena dan Chaeyeon juga mengajak kekasihnya. Mengenai hubungan Yujin dan Minju, semua yang ada disana sudah mengetahui kalau Yujin telah menyatakan perasaannya. Ini juga karena Chaeyeon yang membeberkan.
Awalnya memang tidak ada yang percaya, tapi kalau dilihat dari cara Yujin memperlakukan Minju dan begitu sebaliknya, nothing is impossible kalau keduanya saling cinta.
Para orang tua sedang berbincang di ruang tengah seperti tidak pernah kehabisan topik, pasti ada saja yang dibahas. Yang lebih muda juga sedang berbincang di teras belakang rumah sambil bermain permainan papan.
Ting! Ada notifikasi masuk di ponsel Yujin, matanya terbuka lebar saat mengetahui isi pesannya. Ia menutup mulutnya karena tak percaya. Yena yang berada disebelahnya pun segera mengambil ponsel Yujin dan membaca isi pesannya.
"OH MY GODNESS!" ujar Yena sedikit berseru sambil menutup mulutnya juga.
"What?" tanya Chaeyeon heran. Ia langsung mengambil ponsel Yujin dari Yena dan ikut membaca pesannya.
"Yes, Yujin. You made it." Chaeyeon langsung membawa Yujin ke pelukannya, Yena juga ikut memeluk Yujin.
Sakura, Minju, dan Yuri hanya bisa menatap haru kepada 3 orang bromate yang masing-masing juga berstatus sebagai kekasih mereka.
"MOM, DAD! I'M GOING TO MELBOURNE!" seru Yujin sambil mengangkat kedua tangannya, lalu ia bangun dari duduknya dan berlari ke ruang tengah memeluk kedua orangtuanya.
"Aku diterima di Melbourne." lirih Yujin didalam pelukan kedua orangtuanya.
"Selamat, nak!" ucap Ayah Yujin.
"Selamat, Yujin!" seru orang tua Chaeyeon, Yena, dan Minju kompak.
"Terima kasih, Eommoni, Aboji." ucap Yujin sambil membungkukkan badannya ke para orang tua.
Chaeyeon, Yena, Sakura, Minju, dan Yuri sudah menyusul ke dalam.
"Selamat, sayang.." Minju berjalan mendekati Yujin dan langsung memeluknya. Yujin membalas pelukan itu.
"I'm sorry." bisik Yujin.
Minju melepas pelukannya dan menghela napas, memaksakan dirinya untuk tersenyum. Dia benar-benar belum bisa menerima ini.
Kisahnya dengan Yujin baru dimulai, tapi ia harus terpisah jarak dalam waktu yang cukup lama.
Memang benar apa kata Yujin yang bilang kalau mereka bisa saling mengunjungi disaat liburan, tapi yang Minju inginkan hanyalah sosok Yujin agar selalu berada didekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
at eighteen | jinjoo ✔️
Fanfiction⚠️ gender bender. Ahn Yujin, suka bernyanyi dan bermain musik. Kim Minju, suka mendengarkan Yujin yang bernyanyi dan bermain musik. "Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control...