11

249 77 8
                                    

Setelah tiga puluh menit terbang, kami sudah singgah di sebuah pulau kecil tak berpenghuni di sebelah barat Andarmensia. Ukurannya cukup untuk menampung enam naga, walau agak berdesakan — ya, pulaunya memang sekecil itu.

"Beristirahatlah selagi bisa," Ergo berkata. "Selama dua hari penuh ke depan, tak akan ada tempat yang bisa disinggahi."

Terbang dua hari penuh kedengaran seperti berjalan dua hari penuh bagiku. Ben, Dante, dan Immy membantu menyalurkan sihir untuk menguatkan sayap para naga.

"Ayolah, itu tidak sesulit yang kalian bayangkan," tepis Olga ketika Ben menawarkan mantra yang sama padanya dan Ergo. "Kami tidak selemah itu."

Kendati sangsi, akhirnya tak ada yang mau mendebat kedua iltas itu. Toh, mereka sudah pernah terbang ke Andarmensia dan baik-baik saja tanpa bantuan sihir.

"Seharusnya kuberi sihir untuk bokong kita juga," keluh Immy dari belakangku ketika perjalanan kembali dilanjutkan. "Bayangkan duduk seperti ini selama dua hari. Itu pun kalau perhitungan kedua iltas tersebut akurat. Bisa saja ini memakan waktu lebih lama."

"Atau lebih sebentar," celetukku. "Bisa jadi mereka hanya melebih-lebihkan."

Immy menyandarkan dagunya di pundakku. "Kau selalu saja berhadapan dengan naga iltas, ya? Bahkan dalam kasus ini, kau dan Beast yang duluan menemukan mereka."

"Kurasa dugaan Madam Jackson benar, bahwa Beast bisa menarik perhatian Ergo dan Olga."

"Lagi pula, nama macam apa itu? Ergo dan Olga? Seperti tokoh dalam telenovela murahan," Immy mendengus. "Walau lebih baik dari Beast. Nagamu seperti karakter dalam Beauty and the Beast, hanya saja kau bukan Belle."

Aku menyikutnya perlahan. "Kalau mau mengolok namanya, mending kau terbang sendiri."

"Dengan senang hati aku akan berteleportasi sendiri kalau saja hal tersebut bisa kulakukan. Sayangnya aku tidak tahu ke mana tujuan kita dan kau juga bilang kalau Dracaelum hanya bisa dimasuki naga."

"Omong-omong, tak pernahkah kau dengar nama tempat itu? Biasanya penyihir berkutat dengan buku-buku kuno. Siapa tahu ada yang membahas tentang pulau tersebut."

Kurasakan gelengan Immy. "Ini pertama kali aku mendengar soal naga bersihir murni. Madam Jackson tidak banyak menjelaskan ketika memintaku datang; aku baru mendengar cerita lengkapnya darimu saat awal perjalanan sehingga Santiago pun tidak sempat mencari tahu soal Dracaelum. Padahal biasanya pria itu tahu banyak hal. Selain itu, tidakkah kau pikir ini mencurigakan? Dracaelum tidak pernah terdengar selama berabad-abad. Lalu, kedua naga ini datang dan membeberkan segala sesuatu."

"Posisi kita serba salah, Immy. Kalau syarat tidak dipenuhi, kedua iltas itu pun tidak akan pergi, yang berarti akan ada lebih banyak kematian."

"Atau...." Immy mengetuk-ngetukkan tangan ke pegangan pedangku. "Kau tahu?"

Aku mendecakkan lidah. "Kau mau menyuruh penunggang naga melakukan itu sementara kami punya kesempatan untuk kembali memunculkan eksistensi naga iltas di Andarmensia? Madam Jackson atau penunggang lain tidak akan bersedia. Setelah itu Mr. Lormant akan mewakili kemarahan setiap penyihir karena kami tidak berhasil mengusir pelaku pembunuhan."

"Masuk ke sarang naga yang tidak kita kenali sama bodohnya dengan membiarkan mereka berada di Andarmensia."

Aku mengangguk lesu. "Setidaknya kita punya naga, dan mungkin komunikasi bisa terjalin lebih baik kalau kita mencoba meluruskan kesalahpahaman dengan menunjukkan bahwa penunggang naga tidak seburuk itu. Setelahnya, kita bisa meyakinkan bahwa penyihir juga telah berubah."

"Kau kedengaran seperti karakter utama dalam buku, Cassie; percaya diri dan selalu meyakini jalan terbaik. Keoptimisan kalian terkadang membuatku geram."

Iltas 2: Dragons of DracaelumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang