Saar berkunjung setelah kami semua selesai makan dan sedang bersiap-siap tidur. Naga itu datang dengan semangatnya yang kelihatan tak pernah surut.
"Kuharap kalian menikmati waktu di Dracaelum," harapnya. "Makanya aku tidak mau mengganggu ketika tahu kalian pergi."
"Apa ada masalah?" tanyaku, cemas. Dari tadi aku sudah membayangkan semua kemungkinan terburuk supaya tidak terkejut lagi ketika mendengar penyampaian Saar.
"Oh, tentu tidak, Cassidy. Aku cuma ingin menyampaikan pesan dari Naga Agung. Beliau meminta kau dan Beast untuk datang besok. Aku akan mengantar kalian ke sana."
"Kalau boleh tahu, untuk apa?"
"Beliau tidak memberitahu, hanya meminta kalian datang."
Beast mendengus. "Apakah cerita kami kemarin kurang panjang?"
"Kalian baru menceritakan awal pertemuan sampai peristiwa penaklukan Asmodeus," Saar membalas. "Masih ada banyak yang perlu beliau ketahui."
"Jadi dia akan mengorek informasi dari kami lebih dalam? Mencari-cari kesalahan dalam ikatan kami?"
Tatapan riang Saar berubah dalam waktu singkat begitu mendengar pertanyaan Beast. Sorot dinginnya tak dia tutup-tutupi. "Aku yakin Naga Agung hanya ingin mengenal para penunggang bersama naga mereka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Dan akan lebih baik kalau kau berpikir sebelum melontarkan tuduhan seperti tadi."
"Oh, begitu," tanya Beast dengan kepala lebih ditegakkan, pertanda dia tidak ingin kalah saing. "Maaf kalau aku tidak memahami pemimpin kalian. Aku cuma tidak mengerti kenapa dia masih mengizinkan Ergo dan Olga membunuh penyihir dan merendahkan status penunggang, sementara di sisi lain beliau juga ingin mengenal manusia lebih dalam."
"Kau perlu ingat bahwa Naga Agung mendahulukan kepentingan naga daripada manusia. Tujuan melakukan semua ini pun demi para naga di Andarmensia." Saar melangkah mendekat tanpa terlihat gentar. Meski Beast jauh lebih besar darinya, naga ekatza itu tetap percaya diri. "Kau sudah merasakannya sendiri, kan? Sekalipun kau terbiasa tinggal di antara manusia, tak pernahkah terbersit keinginan untuk memusnahkan kaum yang telah merenggut segalanya darimu?"
Mata Saar melirik sedikit ke arahku, dan dia mendenguskan tawa dengan senyum di wajah. "Barangkali kau tidak punya kebebasan semacam itu di Andarmensia," tambah Saar. "Izinkan aku undur diri. Selamat malam."
Kepergian naga itu tidak meredakan ketegangan suasana. Beast bernapas berat di sebelahku, seakan dia hendak meraung dan mengejar Saar, kemudian menyiksa ekatza itu dengan asap halusinasi. Sementara aku sibuk memikirkan maksud dari kalimat terakhir yang diucapkan naga itu.
***
Keesokan harinya ketika berkunjung ke Pegunungan Famhaire, aku masih merasakan hawa yang sama sewaktu memasuki tempat Naga Agung. Sosok raksasanya membuatku duduk mematung; perasaanku bergejolak, campuran antara keinginan untuk segera pergi dan rasa mual. Saar mendarat setelah kami, kemudian memberikan salam dalam bahasa Drakonian kepada pemimpinnya.
"Sesuai yang Saar sampaikan, aku berniat menanyakan lebih banyak hal pada kalian," Naga Agung menjelaskan ulang. "Tapi aku ingin bicara pada Beast dulu. Cassidy, Saar akan mengantarmu keluar."
Beast menoleh cepat ke arahku dan Saar. "Girsta Don, saya bisa—"
"Kau tetap di sini, Beast," Naga Agung memotong. "Aku yakin Saar akan mengantar Cassidy dengan selamat. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Beast masih menoleh dengan tatapan melotot sekaligus memelas ke arahku, seolah berharap aku akan menolak dan meminta untuk diantar olehnya saja. Masalahnya, aku bahkan tidak sanggup bicara panjang lebar pada naga raksasa di dekatku, apalagi membantahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iltas 2: Dragons of Dracaelum
FantasíaMenjadi Penunggang Naga adalah hal paling menyenangkan! Begitulah dugaan Cassidy pada awalnya. | • | Setelah sekian lama tinggal di New Orleans sebagai remaja biasa, akhirnya Cassidy bisa menjalani hidup sejatinya sebagai Penunggang Naga di Andarmen...