Confession Day (人*'∀`)。*゚+
(Chapter 34)Beast berencana menggali tanah di pulau yang dia tempati, ingin membuktikan sendiri kata-kata Naga Agung.
Cassie dan Imrie sudah tertidur. Beast bersiap memulai rencananya. Namun, sesosok naga yang terlihat dari kejauhan mengubah pikirannya dalam sekejap. Lily sedang terbang ke suatu tempat, barangkali mengunjungi teluk favoritnya lagi.
Tanpa pikir panjang, Beast segera bergerak ke tepi pulau dan mengepakkan sayap secepat mungkin ke arah naga betina itu. Mereka bertemu tepat di satu titik dan Beast tidak mencoba berbasa-basi. "Apakah kau tahu pernah ada manusia di tempat ini?"
Lily mengerutkan kening. "Eh, selamat malam juga? Dan aku tidak mengerti maksudmu."
"Naga Agung sudah memberi tahu," Beast berkata tidak sabaran. "Apakah kau juga mengetahuinya?"
Alih-alih menjawab, Lily cuma menggerakkan kepala, menyuruh Beast mengikutinya. "Lebih baik jangan bicarakan itu di dekat mereka." Dia menunjuk ke arah naga-naga Dracaelum yang beristirahat di pulau masing-masing. Kendati berada jauh di atas, bisa saja ada naga yang menguping.
Merasa tak sabaran, Beast menambah laju terbangnya. "Cepat sedikit, Lily!" Beast menyuruh, volume suaranya dipelankan tetapi tetap tegas.
"Kita tidak sedang dikejar kematian, jadi tenanglah sedikit."
Teluk barat termasuk salah satu lokasi yang jauh dari para naga sehingga bisa menjadi tempat yang cocok untuk membicarakan persoalan serius. Mereka mendarat di pesisir dan Lily segera bicara, "Ya, aku tahu soal manusia Dracaelum."
"Dan kau tidak berencana memberi tahu?" Beast bertanya dalam nada berbisik berbalut kejengkelan.
"Memangnya apa yang bisa kuceritakan? Pertama-tama, kami dilarang menyinggung soal manusia, bahkan terhadap sesama naga di Dracaelum. Itu topik tabu. Kedua, kupikir tidak ada gunanya menceritakan semua itu." Cakar depan Lily menggaruk pasir, membentuk sebuah galian kecil. "Lagi pula kau benci manusia, kan? Apalagi orang-orang jahat itu."
Ucapan Lily memang tidak salah. Beast pun bukannya peduli pada manusia di Dracaelum. Hanya saja, makhluk mana yang tidak kaget mendengar semua pengakuan pada makan malam tadi? Bahkan wajah Cassie sudah mengalahkan warna dari sisik Naga Agung setelah mendengar keseluruhan cerita.
"Apa kau marah padaku?" tanya Lily. "Maaf, seharusnya kuceritakan lebih awal."
Beast menggeleng. "Aku tidak marah, hanya agak tidak percaya pada kebenaran itu. Kau benar, mereka cuma orang-orang jahat yang pantas mendapat ganjaran." Disertai helaan napas, Beast mencoba menenangkan dirinya yang sempat tegang. "Kalau kau punya penunggang, sulit untuk tidak cemas."
"Aku yakin tidak semua naga di sini tahu, terutama naga yang masih muda. Aku sendiri mendengarnya dari Dawn. Naga yang tahu pun tidak akan menyinggungnya secara terang-terangan." Lily bergidik. "Membicarakannya saja sudah membuatku ngeri. Lebih baik kita ganti pembahasan saja."
Lily duduk di atas pasir, diikuti Beast. Laut terlihat sama indahnya seperti malam-malam sebelumnya. Ombak kecil menyapu pesisir sesekali. Berada di dekat laut membuat Beast teringat pada Cassie. Setiap musim panas, gadis itu akan belajar berenang sementara Beast menunggu di tepi pantai, mengawasi gerak-gerik Ben dari kejauhan sekaligus menyemangati penunggangnya dengan cara khas iltas.
Pada memori lain, Beast teringat pada kenangan yang lebih lama, ketika Cassie mengajarkannya cara menulis nama gadis itu di atas pasir pantai. Diam-diam, Beast mencoba menggerakkan salah satu cakarnya, membentuk guratan yang masih dia ingat sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iltas 2: Dragons of Dracaelum
FantasyMenjadi Penunggang Naga adalah hal paling menyenangkan! Begitulah dugaan Cassidy pada awalnya. | • | Setelah sekian lama tinggal di New Orleans sebagai remaja biasa, akhirnya Cassidy bisa menjalani hidup sejatinya sebagai Penunggang Naga di Andarmen...