46

231 67 20
                                    

Entah sudah berapa lama kami berada dalam perjalanan. Kendati para naga serasa terbang dengan kecepatan normal, pemandangan berubah-ubah dengan cepat setiap kali aku mengedipkan mata dan anehnya semua itu terjadi secara mulus sampai-sampai aku tidak sadar. Kalaupun kami hendak melewati gugusan pulau atau karang kecil, tahu-tahu pada detik berikutnya tidak tampak apa pun lagi.

Ketika melihat karang dengan bentuk yang tidak asing di depan kami, Dawn langsung meminta agar sihir dihilangkan. Sekarang, aku baru bisa memperhatikan detail gelombang air yang bergerak-gerak di bawah kami. Deru angin terasa lebih kencang daripada sebelumnya. Aku pun merasakan kalau perpindahan kami tidak secepat tadi.

Semakin mendekati batas luar Dracaelum, kulihat awan mendung telah membayangi langit. Dalam waktu kurang dari lima menit, seharusnya kami bisa mencapai tujuan, tetapi warna kelabu terus menebal. Dari baliknya, terlihat cahaya putih yang sesekali disertai suara rendah guntur.

Naga infernos Madam Jackson berhenti, diikuti semua naga. Kepalanya mendongak ke atas, mengamati langit mendung dengan waspada. Menyadari keanehan itu, Mr. Lormant segera bertindak dengan memberi isyarat kepada penyihir lain dan merapalkan mantra. Pelindung pun terbentuk di antara kami semua.

"Kau ingat ketika dulu Saar muncul?" Immy bertanya dengan suara pelan. Aku mengangguk pelan, memahami maksud dari pertanyaannya. Kami masih belum bergerak maju, entah menunggu apa. Kepala Dawn tidak pernah turun, tetap mengawasi langit.

Gemuruh jantungku tak kalah dari suara petir yang mulai membahana. Sekilas, suasana terlihat seperti akan hujan. Namun dinilai dari wajah Dawn dan dua naga Dracaelum lainnya, kupikir firasat Immy akan terwujud.

Tanganku mengepal di atas sisik Avru. Ketegangan merambat sepanjang tulang belakangku, membuat seluruh bulu kuduk meremang. Dawn mulai terbang ke depan dan perlahan kami mengikuti. Ketika itulah, halilintar menyambar tepat di depan kami bagaikan tangan dari langit yang memukul permukaan laut.

Sang pelaku tidak lagi menyembunyikan diri. Aku tahu cepat atau lambat dia akan keluar dari balik awan. Saar melesat ke hadapan kami diikuti dua naga Dracaelum. Aku tidak sempat melihat reaksi para penunggang ketika menyaksikan seekor naga ekatza muncul hadapan mereka. Yang kutahu hanyalah, aku tidak berani memalingkan pandangan; takut kalau aku lengah, maka petir Saar akan langsung menyambarku.

"Biasanya aku tidak pernah meleset," Saar berkata tenang. "Yang tadi itu hanya sebagai peringatan."

Immy berbisik dari belakang, "Demi langit, dulu dia menyapa kita dengan gaya, sekarang dia mau membunuh kita dengan gaya."

"Jangan sekarang, Immy."

"Maaf, cuma mau meredakan ketegangan." Ketika tangannya menyentuh lengan bawahku, kurasakan kulit kami sama-sama dingin. Kepalaku mendadak kosong, tidak tahu harus berbuat apa.

Saar mengamati Dawn, Opal, dan Azure. Dia mendecak-decakkan lidah. "Sungguh menyedihkan. Apa yang kurang dari kebaikan Naga Agung sampai kalian berkhianat?"

"Rencana Naga Agung tidak akan berhasil, Saar," Dawn membalas. "Kau tahu naga-naga itu menderita ketika Naga Agung memutus ikatan mereka dengan—"

"Mereka tidak menderita," Saar mendesis tajam. "Baru dua hari dan kau sudah mengharapkan mereka untuk ceria? Lihatlah beberapa waktu ke depan dan kau akan sadar betapa bahagianya mereka karena terlepas dari kekangan para penunggang."

"Dan bagaimana caramu menjelaskannya pada naga-naga ini?" tanya Dawn, merujuk pada kumpulan naga di belakangnya. "Kau pikir mereka bersedia membuang penunggang mereka demi Dracaelum?"

Saar menyeringai. "Aku tidak melihat ada yang salah dari pertukaran itu; membuang manusia kecil pengganggu demi mendapatkan sebuah dunia sempurna bagi para naga sebagai gantinya. Kedua hal itu bahkan tidak sebanding."

Iltas 2: Dragons of DracaelumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang