Naga Agung tidak meminta maaf-yang mana membuatku jengkel setengah mati. Kesalahannya memang terlalu besar sampai-sampai dia butuh waktu untuk merenungkannya. Aku pun tidak pernah meminta maaf karena mengatainya, jadi, kupikir kami lumayan impas. Tapi kalau tahu begitu, seharusnya aku mengeluarkan sumpah serapah yang lebih baik.
Sisik baiknya, dia memperbolehkan para penunggang untuk berkunjung ke Dracaelum. Maka dari itu, Naga Agung membuat portal di dekat Andarmensia yang bisa dicapai dalam waktu sepuluh menit dari Desa Trankuila. Tentunya portal tersebut hanya bisa dimasuki bersama naga.
Ada sejumlah peraturan yang harus dipenuhi. Waktu dan jumlah pendatang akan dibatasi, serta tidak ada yang boleh menetap di sana kecuali para naga. Penyihir berdarah murni dan manusia biasa masih dilarang masuk, sementara para penunggang tidak diperbolehkan untuk berkeliaran sembarangan dan wajib mengikuti arahan pemandu yang telah ditunjuk oleh pihak Dewan Penunggang.
Sebagai pegawai baru, Ben dan aku ditugaskan untuk menjadi pemandu secara bergantian. Siapa lagi yang mau menghadap Naga Agung setiap kali datang ke Dracaelum kalau bukan kami? Dante dan Amethyst sudah menyatakan secara terang-terangan bahwa mereka muak pada pemimpin Dracaelum dan kembali ke daerah perbukitan yang tenang di Felgen, melanjutkan usaha perkebunan anggur keluarga Melvar, jauh dari gangguan siapa pun termasuk naga raksasa kurang ajar.
Madam Jackson turut membentuk tim ekspedisi yang dikepalai olehku untuk memeriksa keadaan setiap gua naga yang bisa dijumpai di Andarmensia dan memastikan semua naga berada dalam kondisi baik-baik saja. Baru sekarang para penunggang menaruh perhatian lebih pada naga liar dan semua itu karena permintaan Naga Agung.
Tiga bulan sudah berlalu sejak insiden yang terjadi. Memasuki musim gugur, cuaca di Dracaelum lebih sejuk dari sebelumnya sampai aku menyelipkan tangan ke dalam saku tunik hitamku. Suara ribut dari sekelompok penunggang muda yang sedang istirahat makan siang bersama naga mereka menjadi satu-satunya sumber hiburan, apalagi ketika melihat ekspresi sumringah mereka kala berkesempatan mendengar naga masing-masing bicara.
Pada kunjungan hari ini, Beast memanfaatkan waktu untuk mengunjungi pasangannya, sementara aku mengawasi rombongan kami. Beast sudah meyakinkan Lily untuk tetap tinggal di Dracaelum, mengingat jarak di antara kedua tempat sudah lebih dekat. Lagi pula, kehidupan Lily tidak akan terlalu tenang jika dia berada di Andarmensia. Semua naga pasti penasaran padanya. Lily setuju untuk sesekali berkunjung ke Andarmensia, tetapi tidak menetap sepenuhnya di sana. Biasanya sang iltas betina akan datang di akhir pekan, ketika aku dan Beast punya waktu beristirahat dari pekerjaan kami.
"Miss Adams!" Seorang gadis kecil memanggil. "Bolehkah aku menanyakan sesuatu?"
"Tentu saja, Caroline." Aku membaca kartu nama yang tersemat di dada gadis itu.
"Dulu Anda yang melakukan kunjungan pertama ke sini dan semua pelatih kami membicarakan soal hal itu. Bisakah kau menceritakannya?" gadis itu memohon. "Pelatihku bilang aku belum boleh mengetahuinya, entah kenapa."
Aku tertawa canggung. Masalahnya, aku tidak mau membuat gadis ini takut setengah mati pada Naga Agung. "Ceritanya panjang sehingga waktu kita tak akan cukup. Lain kali saja, ya."
"Apakah kau takut ketika menghadap Naga Agung?" Dia bergidik pelan. "Tadi aku takut sekali."
"Selama kau menjaga sikap, Naga Agung tidak akan marah," aku menenangkannya. Dia juga tidak akan mencabut ikatanmu dengan nagamu, pokoknya jangan khawatir!
KAMU SEDANG MEMBACA
Iltas 2: Dragons of Dracaelum
FantasyMenjadi Penunggang Naga adalah hal paling menyenangkan! Begitulah dugaan Cassidy pada awalnya. | • | Setelah sekian lama tinggal di New Orleans sebagai remaja biasa, akhirnya Cassidy bisa menjalani hidup sejatinya sebagai Penunggang Naga di Andarmen...