Epilog

307 65 26
                                    

Satu tahun kemudian

◂ ◈ ❁ ◈ ▸

"Ini penghinaan!"

Aku menyuruh Beast diam. "Jangan banyak bergerak."

"Pertama, kau memaksaku meminum ramuan aneh itu dan sekarang ukuranku tidak ada bedanya dengan kuda," Beast memprotes. "Kedua, kau berani memasang sadel ini, seolah mempertegas bahwa aku memang kuda!"

Aku menyambungkan sabuk terakhir dari sadel khusus naga buatan Santiago. Ketika aku berdiri, kepala Beast terasa lebih dekat dan kecil dibanding sebelumnya. Berkat itu pula aku bisa memeluknya dengan mudah. "Tenanglah, ramuan ini tidak akan bertahan selamanya."

Kata-kata penenang ditambah usapan lembut yang kuberikan di lehernya membuat kegelisahan Beast berkurang, walau wajahnya masih menunjukkan ketidaksukaan. "Kaia bakal menertawakanku, dan aku harus apa kalau Lily datang?"

"Mereka tidak akan tahu. Ketika mereka melihatmu lagi, tubuhmu sudah kembali seperti semula."

Sekarang ini kami berada di tepi hutan dekat Belt Centras. Aku meraih botol kaca kecil berisi cairan biru yang Immy berikan padaku, hasil kerja kerasnya bersama Santiago selama setahun penuh yang sudah terbukti keberhasilannya dan aman untuk digunakan.

"Kalau kau mau mempermalukanku—"

Aku mendecakkan lidah. "Aku tidak sejahat itu, Beast."

Mendengarku berkata demikian, barulah Beast tutup mulut. Kubuka tutup botol dan berkonsentrasi sejenak sambil membayangkan tujuan kami. Setelahnya, kutuangkan setetes cairan itu ke tanah.

Bermula dari tetesan kecil, sebuah lingkaran terbentuk, sedikit demi sedikit menjadi sebuah pentagram berpola rumit yang seringkali kulihat kala para penyihir merapal mantra. Setelah menutup rapat botol kaca tersebut, aku memasukkannya ke dalam tas kecil yang kukenakan layaknya sabuk di pinggang. Di dalamnya, ada beberapa botol lainnya yang telah diberi segel. Cairan sihir di dalamnya terlindungi oleh wadah kaca anti-pecah.

Aku naik ke atas sadel Beast sebelum pentagram selesai terbentuk. Ketika sihir telah sempurna, secara otomatis kami berpindah tempat pada hitungan ketiga.

Perjalanan melalui teleportasi memang tak pernah menyenangkan; selalu saja membuat kepala pening ketika sampai di tujuan, apalagi kami berpindah begitu saja, tanpa wadah yang membantu mengurangi guncangan. Namun, semakin sering membiasakan diri, rasa mual pun berkurang. Beast berupaya menyeimbangkan kakinya dan beberapa kali hampir tumbang. Kira-kira selama tiga menit, kami menghabiskan waktu untuk menghilangkan efek samping teleportasi.

Pemandangan lautan menyambut kami. Aku merongoh saku untuk memeriksa sebuah foto, meyakinkan diri bahwa kami telah tiba di tempat yang benar. Berkat Avyana, aku bisa mengumpulkan beberapa foto dan nama tempat yang hendak kukunjungi bersama nagaku.

"Ini bukan Andarmensia," Beast berkata lirih. Desau angin laut nyaris mengalahkan suaranya.

"Memang bukan." Aku meraih ramuan berwarna abu-abu dari tas pinggangku dan meminumnya. Kuberikan ramuan yang sama kepada Beast, supaya kami bisa berjelajah tanpa terlihat siapa pun, meski kami tetap harus berhati-hati karena tubuh kami tetap bisa menabrak sesuatu. "Nah, sekarang kita bisa terbang dengan tenang."

Iltas 2: Dragons of DracaelumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang