51

303 62 48
                                    

Setelah berminggu-minggu tidak makan enak, akhirnya aku bisa kembali merasakan hidangan makan malam yang layak disantap.

Perjalanan timku menelusuri berbagai gua naga yang bisa kami temui di Andarmensia mengharuskan kami makan seadanya. Seringkali aku tidak berselera makan gara-gara ingin menuntaskan pekerjaan, pulang, dan tidur selama seminggu penuh. Walau pada kenyataan setelah dua hari istirahat, Madam Jackson langsung menyuruhku memandu anak-anak ke Dracaelum.

Kabar baiknya, kebanyakan naga liar berada dalam kondisi sejahtera. Paling-paling ada beberapa ekor yang kebetulan sedang bertengkar karena hal remeh dan aku terpaksa ikut membantu menyelesaikan masalah. Selain dari itu, mereka heran karena penunggang mendadak berkunjung cuma untuk menanyai kondisi mereka. Aku yakin nantinya mereka akan mendengar kabar tentang naga putih raksasa yang memaksa penunggang melakukan pemeriksaan ini.

Setelah makan malam di rumah Salvatore, aku pergi ke teras depan untuk membaca, dibantu oleh penerangan dari lentera yang tergantung di dekat pintu. Nesrin bersikeras menyuruhku bersantai dan melarangku melakukan pekerjaan apa pun. Sikap perhatiannya membuatku tak enak hati sekaligus senang. Aku memang butuh istirahat.

Dua bulan lalu, Avyana berkunjung ke Andarmensia dan membawa serta koleksi bukunya untuk dibaca olehku dan teman-temanku. Dia menitipkannya pada Immy. Wanita itu tidak menjelaskan apa-apa mengenai kedatangannya, tapi aku tahu dia hendak mengunjungi Dante. Mungkin saja ini langkah pertama Avyana untuk berdamai dengan putranya.

"Membaca apa?" Ben menempati kursi di sebelahku. Kepalanya melongok ke buku yang kubaca. "Jane Eyre? Kaia sangat menyukainya."

"Masa? Kalian sudah membacanya?"

"Sudah. Selama kau pergi, aku membaca buku-buku yang kau tinggalkan di sini. Kaia bilang dia ingin ikut mendengar, jadi aku memilih satu buku untuk kubacakan padanya. Kebetulan buku inilah yang kuambil. Kisahnya memang cukup bagus," cerita Ben. "Kaia suka pada dialog ini: 'Rasanya seperti ada tali di suatu tempat di bawah tulang rusuk kiriku, yang terikat erat dan tak bisa terlepas dari tali lain yang serupa di bagian yang sama dalam tubuh kecilmu'. Dia memintaku mengulang-ulangnya."

"Kedengaran seperti kita dan naga kita," timpalku, ikut mengingat kutipan yang dimaksud.

Ben membiarkanku lanjut membaca. Kami sama-sama diam, menikmati suasana malam di dekat lautan. Deburan ombak dan desau angin menjadi suara yang tepat untuk mengiringiku membaca. Karena hanya tersisa beberapa halaman lagi, aku semakin tenggelam dalam cerita dan baru kembali ke dunia nyata setelah mencapai kalimat terakhir.

Aku menutup buku dan menghela napas puas. Sadar bahwa aku sudah selesai, perhatian Ben kembali tertuju padaku.

"Cassie, soal rencanamu," bahas Ben, "bagaimana prosesnya?"

"Sejauh ini lancar. Meyakinkan Madam Jackson dan Mr. Lormant memang perkara sulit, tapi mereka memberi izin," kataku. "Kau tidak memberi tahu siapa-siapa, kan? Bisa gawat kalau Beast mendengar."

"Rahasiamu aman." Ben menggerakkan jemari di mulut, menarik resleting tak kasatmata. Ekspresi Ben menyiratkan bahwa masih ada yang ingin dia bahas. Beberapa kali Ben membuka mulut, tetapi kata-kata tak kunjung keluar dari mulutnya sehingga dia kembali menyandarkan diri ke kursi.

"Masih adakah yang ingin kau bahas?" tanyaku.

Karena aku sudah terlanjur bertanya, Ben akhirnya berucap, "Cassie, ketika aku memelukmu di Dracaelum, setelah kita berhasil menyelamatkan para naga, apakah ... apakah ada sesuatu yang ingin kau lakukan?"

Iltas 2: Dragons of DracaelumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang