Taman

320 8 0
                                    

PoV Zavena

Aku masuk ke dalam kamar dan membuka kotak pemberian Tuan Arga. Saat terbuka, mataku melotot dengan mulut menganga. Ternyata isinya adalah high heels berwarna merah polos hampir mirip dengan punyaku yang patah tadi. Tetapi yang membuat takjub adalah harga sepatu ini lumayan menguras kantong. Apalagi gajiku sebagai karyawan sangat tidak cukup untuk membeli barang tersebut. Bisa - bisa diriku menghabiskan waktu 1 tahun bekerja hanya untuk barang mewah tersebut tanpa makan dan minum.

ternyata Tuan Arga baik juga ya. Tampan, tapi sayang sombong.

Selanjutnya aku mencoba heelsnya, ternyata ukurannya sangat pas. Entah kebetulan atau mengira - ngira, sampai sedetail itu menemukan heelsku.
Tunggu dulu, kenapa dari tadi aku memujinya. Pftt, aku tidak mungkin suka padanya. Mungkin karna dia melakukan kebaikan hari ini. Oke aku terima. Terima kasih Tuan Arga yang sombong ucapnya bermonolog sambil senyum mengejek.
Aku melangkah menuju kamar mandi, segera ku basuh tubuh kusutku ini. Setelah itu aku memasak mie instan, lalu memakannya. Selanjutnya aku tidur menjemput alam mimpi yang menungguku.

..

Hari ini adalah hari minggu. Aku sedang libur bekerja. Aku mencuci baju dan membereskan rumah.
Hfft selesai juga. Tak butuh waktu lama untukku melakukan semua. Kini aku sudah siap dengan kaos oblong dan celana training. Aku masih belum membeli handphone, padahal saat olahraga di taman nanti lebih nikmat mendengar musik dan earphone seandainya aku mempunyai telepon genggam itu. Hmm tapi ya sudahlah. Aku akan membelinya saat gajian nanti.

Aku pun sampai di taman tak jauh dari rumahku. Aku menginjakkan jalanan kecil di sepanjang taman itu. Lumayan ramai , sepertinya orang - orang menikmati hari libur ini. Segarnya udara ditambah kumpulan bunga yang tertata rapi dan pepohonan kecil di sana. Sangat indah menurutku.

Setelah cukup ber jogging ,  aku menemukan bangku yang kosong. Segera pantat mulusku ini mendaratkannya di bangku tersebut. Cukup lelah. Keringatku juga sudah lumayan dan aku mengelap menggunakan handuk yang ku lilitkan di leher sedari tadi. Tak lupa botol air minum yang ku bawa. Segera ku minum dan ku habiskan. Selelah ini setelah sekian lama aku tidak olahraga.

Aku kembali berlari kecil dan aku berhenti. Sebelah tempat tadi, aku merenggangkan otot seperti orang yang sedang senam. Tiba - tiba ku dengar ada yang memanggil. Aku menoleh ke belakang, hebe rupanya aku ge er. Bukan aku yang dipanggil, melainkan orang lain. Mungkin nama kita mirip. Aku melanjutkan aksiku lagi. Tangnku kuangkat ke atas dengan kaki lurus ke bawah. Memejamkan mata sejenak menikmati segarnya suasana taman.

Pukk

"Maaf.." seseorang memegang bahuku.
Sontak aku membuka mata. Dan,

" Tuan Arga." Aku menutup mulutku yang menganga.

Arga mengeenyit.

"Maaf Tuan,, " Aku menunduk. Eh tunggu dulu aku kan tidak salah. Kenapa harus minta maaf. Hfft gara - gara gugup aku sampai salah tingkah begini.

"Permisi.." Tiba - tiba aku berlalu pergi.

" Tunggu." Arga

Sekilas aku berhenti. Belum sempat memutar badan, Arga sudah ada di hadapanku.

"I... Iya Tuan Arga. Ada yang bisa saya bantu?" Arga dengan tampang datarnya memperhatikanku yang sedang gugup dan menunduk.

apalagi kesalahanku. Dia yang sudah menabrakku. Kenapa aku lagi yang disalahkan. aaa,,,.,,, Tuhan, bantu ak u uuu..

"Jangan menunduk. Tatap lawan bicaramu." Arga masih dengan keadaanya.

"ii ya Tuan."  mengangkat wajah menatap lekat Arga dan melamun.

Mata itu,,,,, aku ingat. Dia yang hampir menabrakku saat aku masih SMA dulu. Mengapa kita bisa bertemu lagi. Dia Bosku pula. Ahh apakah ini kebetulan. Atau jangan - jangan benar kata Rara, bahwa kami berjodoh. Ahh..
Aku menggelengkan kepala.

Arga menyungging senyum, "Aku tau aku tampan. Banyak yang ingin mendekatiku. Kau adalah gadis beruntung yang bisa dekat denganku."

Tiba - tiba Aku tersadar dari lamunan.

Cihh .. Ya aku tau kau tampan. Tapi kau sangat sombong. Aku tidak tertarik sama sekali dengan pesonamu itu.

" Ah iya maaf Tuan. Aku emm maksudnya Saya.. Eee."

"Tidak usah gugup. Aku tau aku tampan. Kalau boleh kamu ikut saya hari ini."

"Kemana Tuan? "

"Temani saya mengitari taman ini. "

"Bba baik Tuan.."

Kami pun mengitari taman tanpa ada yang membuka suara sama sekali. Hanya keheningan, dan,

"Kita duduk di situ!" tunjuk Arga pada sebuah kursi menghadap kolam ikan.
Aku mengangguk meng iyakan ajakan Tuan Arga. Kami pun duduk bersama di sana. Keheningan tercipta kembali.

" Kau, sudah berapa lama bekerja di kantorku?" tanya Arga memecah keheningan.

"Baru empat hari Tuan." Arga mengangguk paham.

"Siapa namamu?" tanya Arga.

"Perkenalkan nama saya Zavena, Tuan bisa panggil saya Zav atau Vena."

"Hm. Kalau namaku kau pasti sudah tau. Jadi aku tidak perlu memberitahumu lagi. Dan satu lagi, jangan memanggilku dengan Tuan. Ini bukan kantor, tidak perlu menggunakan bahasa formal. Cukup Arga, aku , kamu, atau saya !"

"Eee iya Tu,, eh Arga maksudnya. Tapi ngomong - ngomong, kenapa Tu, eh Arga ada di sini?"

"Tadi saya tidak sengaja lewat sini. Melihat taman ini mengingatkan saya pada oma saya. Oma saya senang sekali dengan taman. Jadi saya menyempatkan diri ke sini, sekalian mengitari dan melihat - lihat suasana taman ini. Cukup menyejukkan." Arga menatap ke depan tanpa melihatku.

"Emm, kalau boleh tau. Kemana oma kamu Arga?"

Arga menoleh ke arahku. Seketika aku terpaku. Dia sangat tampan dan mampu menghipnotisku. Lau aku menghilangkan rasa gugupku dengan membuang muka dan kembali memperhatikannya yang menghadap tanpa melihatku lagi .

"Omaku sudah tiada sebulan lalu."

"Maaf Ga, aku tidak tau."

"Hmm." sahutnya.

Kami pun kembali mengheningkan kata. Dan akhirnya aku yang mengajak Arga untuk keluar dari taman ini karna tak baik berdekatan lama - lama dengannya. Aku bisa mati kutu dibuatnya.

"Arga makasih sudah meengajakku mengobrol."

"Hm. Lalu kau akan kemana?"

"Say, em aku mau pulang. Kebetulan rumahku tak jauh dari sini. Disilahkan jika ingin mampir mungkin. Tapi rumahku tak sebagus rumah Anda."

"Masih saja bicara formal. Lagian tidak masalah kalau rumahmu kecil. Karna kau sudah mengijinkanku. Maka aku akan mampir ke rumahmu itu. Mari saya antar kamu."

"tapi Ga, ini dekat lo." Zavena menolak.

"Ini perintah. Bukan ajakan. Cepat masuk." Arga sudah masuk ke mobil.

"Duduk di depan. Jangan di belakang. Nanti saya dikira sopir kamu." imbuhnya.

Aku pun mengangguk setuju.
Alhasil kami pulang bareng. Tak berapa lama, kami pun tiba di istana sederhanaku.

.
.
.
.
Terima kasih readers.. Maaf kalau typo, masih belajar.. Hehe,, selamat membaca.. Ini hasil karya pertama aku guys
Semoga kalian senang 😍
.
Ttd Ana Putri
.
Instagram : @anggraenianaputri

Perempuan Cantik Istri CEO Tampan (Zavena dan Arga) #SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang