Makan Malam

328 7 0
                                    

Arkan (Ayah Arga) dan Margareth (Ibu Arga) menyambut keduanya dengan ramah. Meskipun keluarga kaya tidak membuat mereka membedakan kelas sosial dalam hidup mereka. Mereka menganggap semua sama yang membedakan hanyalah sifat dan perilaku seseorang. Keluarga Arkan adalah keluarga yang sangat baik, ramah, dan suka menolong. Terbukti mereka merupakan salah satu donatur terbesar yayasan Panti Asuhan dan SMA Pertala sekolah Zavena dahulu.

Mereka berdua duduk berdampingan di kursi ruang makan.
Zavena masih diam tak bergemim. Entah apa yang akan dilakukannya dia sendiri bingung.

"Kok diem saja. Siapa sih namanya Arga?" Margareth memulai percakapan sambil melirik perempuan di samping Arga.

"Saya Zavena tante, Saya adalah ka.." tiba - tiba ucapannya terpotong.

"Dia pacar aku ma,.." Arga mengambil omongan Vena. Zavena pun melototkan matanya terkejut atas apa yang Arga katakan. Zavena menoleh pada Arga meminta penjelasan. Tapi sang empunya hanya tersenyum smirk.

"Rupanya anak mama ini sudah punya pacar ya. Padahal mama mau jodohin kamu sama anak temen mama. (seketika menutup mulut) Maaf Zavena, tante kelepasan." Mama menyengir kuda.

"He iya gapapa tante." sahut Zavena.

Apaan sih Tuan Arga, gue kan bukan pacarnya. Kenapa dia harus bohong sih. Ih kesel deh gue.
Zavena melirik Arga sekilas

"Hmm maaf telat, aku dan Ba.." ucap seseorang mengenakan hem putih tulang dengan celana kain hitam dan sepatu fantofel hitam mengkilat. Memasuki ruang makan membersihkan entah apa yang kotor di lengan hemnya. Menoleh ke meja makan dan menghentikan omongannya saat menangkap sosok perempuan yang dikenali. Perempuan yang selama ini mengisi hati dan fikirannya.

"Arez sudah datang. Ayo nak duduk. Kita menunggu kamu. Baim kemana?" tanya Papa Arkan.

"Ah iya pa, Baim masih parkir mobil bentar lagi masuk. Aku habis lari ke kamar kecil. Jadi Baim aku tinggal." membuka kursi, duduk lalu melihat Papa.

Di kursi lain, Zavena memperhatikan seorang lelaki tak jauh tampan dari Arga yang kini duduk di hadapannya. Apakah dia Arez bosnya dahulu? Kalau dilihat memang ia.
Ia terus memperhatikan Arez yang berbicara dengan papanya. Wajahnya masih sama seperti dahulu. Ada sedikit kerinduan dalam hatinya mengingat Arez lah yang membantu membiayai uang jajan nya saat sekolah dulu.
Arga memperhatikan Zavena. Ada rasa yang berbeda dalam hatinya ketika perempuan yang baru disebut pacar itu memperhatikan lelaki lain.

Arga berbisik tepat di telinga Zavena membuat sang empunya merinding.
"Lepas tatapanmu padanya. Kau adalah kekasihku. Jangan membuatku murka."

Zavena mengangguk kemudian menunduk.

Beberapa detik kemudian, datang lelaki bertubuh tegap, mengenakan celana blue jeans yang sobek bagian lututnya. Berkaos abu polos dan arloji yang menjadi hiasan tangannya. Langsung duduk di kursi makan tanpa disilahkan.

"maaf aku telat, tadi Arez ninggalin aku tante, om." ucapnya

"tidak papa. Berhubung kalian berdua sudah datang ayo kita mulai makan malamnya." ajak Papa berbicara sambil menoleh ke arah Arez dan Baim yang duduk berdampingan.

Zavena tambah kebingungan. Selain Arez ada juga Baim yang mirip dengan sahabatnya dulu. Tetapi mereka berbeda. Kalau Baim di SMA memakai kacamata dan rambut belah pinggir. Dan di sini Baim adalah lelaki yang keren dengan tampilan yang modis dan tanpa kacamata. Segera Zavena membuang rasa penasarannya sambil memakan hidangan yang tersaji.

"Semua, kenalkan ini Zavena, calon istriku." ucap Arga santai sambil mengelap mulut dengan tissue saat menyelesaikan makannya.

Sontak semua kaget tak terkecuali Zavena.
"uhukk uhukk" Zavena tersedak mendengar omongan Arga.

Arga mengambil air minum dan memberikan kepada Zavena,
"ini minum dulu, hati- hati sayang."

"iya, terima kasih.."

Di tempat lain, Arez menahan sesak saat melihat pemandangan di depannya lantas ia memalingkan wajah ke samping kiri. Ada raut kecemburuan ditampilkan wajahnya. Sementara Baim yang sedang minum pun terbatuk. Sedari sampai ia tak melihat kalau di hadapannya ada seorang wanita. Saat sampai ia hanya melihat ke arah tante, om, dan sepupunya. Sempat ia melihat Zavena namun hanya sekilas, karna pada saat dilihat Vena sedang menunduk. Dan saat Baim makan, 8a hanya sibuk memainkan ponselnya dan fokus pada makanannya. Hingga terdengar sebuah nama yang sangat dirindukannya, ya Zavena. Nama yang tak asing baginya. Ia melihat ke depan dan dengan jelas bahwa wanita itu adalah sahabatnya sekaligus orang yang ia cintai. Ia pun ikut bingung bagaimana bisa Zavena adalah calon istri sepupunya.

"Za ve na?" Baim membuka suara menanyakan apa benar dia adalah sahabatnya. Semua melihat ke arahnya.

"Iya,, " Jawab Arga datar.

"Zavena? Gue ga nyangka itu loe. Gue,, gue.. Baim,, Grada Baim William. Sahabat loe. Apakah loe lupa?"

"Baim?" Baim mengangguk sambil tersenyum lebar. Zavena melotot tak percaya.

"Tetapi kenapa loe berbeda? Gue juga tadi mengira bahwa loe adalah Baim sahabat gue. Tetapi tampilan kalian berbeda, gue ga mengenali bahwa itu loe."

"Loe apa kabar?" tanya Baim lagi masih menatap Zavena penuh rindu.

"Gue baik - baik aja Im. Dan loe apa kabar? Loe berhutang penjelasan ke gue dan Rara."

"Gue baik, untuk itu, gue minta maaf. Gue akan jelasin lain waktu. Tapi apa loe tidak merindukan gue?"

"Ehemm.." Arga tak terima atas pertanyaan Baim. Baim pun menoleh sebentar dan kembali menatap Zavena.

"Zav, apa loe tidak merindukan gue?"

"Gue juga rindu sama loe. Kenapa loe ga menghubungi Rara selama pergi? Kami merindukan loe." ucap Vena sedih. Arga menoleh tak suka menampilkan raut kecemburuan. Tapi dugaannya salah saat Zavenanya mengklarifikasi.

"Apa benar lo kangen gue?"

"Iya Im, lo kan sahabat gue. Masa gue ga kangen si sama lo. Lo udah gue anggap kakak gue sendiri Im." Baim langsung menurunkan bibirnya. Menampilkan wajah sedihnya. Arga dan Arez sama - sama menyungging senyum kemenangan.

"Ayo sayang ikut aku. " ajak Arga. Zavena hanya patuh mengekori langkahnya.

"Ma, Pa, kita ke belakang dulu." orang tua Arga mengangguk dan tersenyum.

Kini mereka tiba di sebuah kolam renang milik keluarga Arkan. Mereka duduk di kursi berbatas meja kayu dan 2 gelas minuman seperti jus yang entah kapan Bibi Meli menaruhnya di atas meja. Arga menghirup udara dan menghembuskannya. Segera menoleh ke arah Zavena.

"Kamu pasti ingin menanyakan hal tadi kan? Tanya saja, aku akan jawab."
.
.
.
Terima kasih readers.. Maaf kalau typo, masih belajar.. Hehe,, selamat membaca.. Ini hasil karya pertama aku guys
Semoga kalian senang 😍
.
Ttd Ana Putri
.
Instagram : @anggraenianaputri

Perempuan Cantik Istri CEO Tampan (Zavena dan Arga) #SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang