Harusnya Aku

355 3 0
                                    

Diraihnya ponsel dengan wallpaper bergambar wajah Zavena yang tersenyum memegang bunga mawar. Foto itu ia ambil saat mereka masih SMA.

Dia merutuki mengapa bukan dirinya yang bersanding dengan Zavena, mengapa harus Arga sepupunya sendiri. Dia tidak datang di saat hari bahagia sepupunya dengan orang yang terkasih.

"Seharusnya aku sudah mengatakan cinta waktu itu. Sekarang tinggallah penyesalanku. . Arghhhh" dia membanting ponselnya ke lantai. Tubuhnya merosot beserta air mata yang sedari tadi dia tahan turun juga.

Lantas ia mengambil botol lalu memecahkannya ke dinding, lalu ia menggoreskan di lengannya. Darah mulai berjatuhan. Dengan daya yang masih ada, ia menggores lagi pecahan itu berulang kali hingga tubuhnya ambruk ke samping. Apalagi kepalanya pening sedari tadi.

Tiada yang tau dirinya berada kini. Tak berapa lama, seseorang mencoba mendobrak pintu kamarnya. Dan berhasil, ia membopong tubuh sepupu sekaligus sahabatnya dan membawanya ke rumah sakit.

. . . . . . .

Saat membuka mata ia melihat sinar lampu putih dan mengedarkan pandangannya mendapati ruangan serba putih. Tak luput selang infus di tangannya.

Ceklekk
Pintu terbuka.
"Loe udah sadar?"

"Gue dimana?"

"Loe di rumah sakit. Gue tadi liat loe pingsan dan loe berdarah. Gue yang bawa loe kesini."

"ssssh,, Harusnya loe ga usah bawa gue ke sini. Gue lebih baik mati daripada harus kehilangan perempuan yang gue sayangi." pandangannya kosong ke atas dan matanya mulai berkaca kaca.

"Lo ngomong apa sih Im. Gue ini sodara dan sahabat loe. Loe juga, patah hati ke siapa loe? Perasaan loe ga ada tertarik sama cewe."

"Dia orang spesial Rez, gue sayang banget sama dia. Salahnya gue ga pernah ungkapin ke dia."

"Loe juga sih. Loe inget gue dulu, gue juga hampir ngelakuin hal yang sama kaya loe. Tapi apa? Cewe yang gue sayang yang terluka. Zavena masuk rumah sakit dan itu salah gue. Gue juga sadar, bahwa cinta itu ga bisa dipaksain.." Arez terkekeh. ".. meskipun gue masih cinta sama dia." imbuhnya dengan wajah lesu.

Baim menoleh pilu menatap Arez, 'gue juga mencintai orang yang sama dengan loe Rez'

"Udahlah Rez, itu udah dulu. Lagian kita ini beda ya. Loe waktu itu nyusahin gue sama Vena. Nah gue kan sendiri."

"Sendiri gigi loe. Loe juga nyusahin gue anjir.. Pake ga nyadar sih loe. Masa loe kesini jalan sendiri." wajahnya merengut kesal.

"Iya iya loe yang nolongin gue. Maaf, gue becanda kali. Ga usah baper." Baim melirik Arez.
"Loe tau dari mana gue di villa?" tanyanya lagi

"Dari ponsel loe tolol. Gue tadi mau ngajak loe ngafe. Eh pas GPS ngilang, gue langsung ke tempat loe. Gue kira loe di culik." ucapnya lesu

Baim terkekeh, "Siapa yang mau nyulik gue? Kan ga ada yag kenal gue di sini selain keluarga loe."

"Iya, iya.. Lagian siapa sih yang bikin Baim ini jatuh cinta? Pasti dia spesial deh. Makhluk aneh kaya loe itu mustahil jatuh cinta."

"Ada deh. Loe ga jarus tau."

"Ih loe pelit deh Im."

"Biarin.."

Mereka pun bersenda gurau. Arez sengaja melakukannya agar Baim tak mengingat lagi kejadian tadi.

'Maafin gue Rez, gue ga bisa cerita ke loe. Biar gue simpen ini sendiri.'

*****

Baim kini sudah sembuh. Ia diperbolehkan untuk pulang. Tetapi ia masih ingin membicarakan ini pada Zavena. Memgungkapkan perasaannya, persetan Zavena menolak. Ia ingin isi hatinya lega tanpa harus dihantui wanita yang kini sudah bersuami itu.

Perempuan Cantik Istri CEO Tampan (Zavena dan Arga) #SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang